Setelah part ini belum tentu bakal up cepet2, belum ada draftnya sih wkkkk
Happy reading 😘Aku kembali menggali informasi dalam kepala pemilik tubuh asli. Pusing melanda setiap kali aku terbangun dalam tubuh inang. Ninda Bestari yang asli telah mati karena mempertahankan diri dari tindak asusila si breng*** Samuel. Sekarang dirriku akan mengambil alih tanggung jawab pemilik tubuh asli. Menjalani hidup sebagai wanita ini, walau rasanya bertansmigrasi itu selalu melelahkan.
Dulu dirinya tak sengaja mengobrak-abrik ketenangan manusia. 900 tahun lalu, bersama gurunya Yaswanta, jiwaku yang bernama awal Gayatri adalah pemburu siluman. Dengan cara itu aku yang sebatang kara berharap jiwaku tidak akan melalui lingkaran hidup manusia yang sengsara dan melelahkan seperti reinkarnasi. Nyatanya, aku justru terjebak dalam 1000 kali reinkarnasi. Entah ini kehidupan yang ke berapa yang aku jalani ini. Bahkan aku sampai lupa pada jati diri.
"Permisi, boleh aku berfoto denganmu?"
Lamunanku buyar, beberapa gadis belia dengan pakaian yang sama persis mengerubungi. Sepertinya mereka anak SMA. Aku mengangguk, mencoba menarik senyum kala flash kamera ponsel menerpa kulitku.
"Makasih kak Ninda, makasih kak Ninda, sampai jumpa. Bye..." begitu serentetan kalimat berirama riang yang disampaikan dengan binar kekaguman dari sekumpulan gadis itu. Entah kenapa rasa bahagia menyusup dalam relung. Mungkin ini perasaan pemilik tubuh asli, pikir Ninda.
Setelah itu seperti kaki ini memiliki kendali sendiri, aku mendapati diriku memasuki sebuah mobil putih besar yang ternyata sudah ada supir yang menunggu.
"Mbak sudah selesai?"
Aku mengangguk canggung. Dalam ingatan, lelaki yang mulai beruban itu adalah mantan guru SMA pemilik tubuh asli yang dipecat karena skandal perselingkuhan dengan sesama guru. Pemilik tubuh asli menerimanya menjadi supir hanya karena dulu pernah menjadi wali kelasku dan beberapa kali menalangi biaya SPP pemilik tubuh asli yang sering sekali menunggak.
"Sudah Pak, kita pulang ya."
Aku bersandar lelah pada jok mobil, pikiranku mempelajari tentang kehidupan Ninda asli dengan seksama.
Hidup hanya bersama ibu yang seorang pejual warmindo malam. Beruntungnya sejak usia Ninda SMP, ibu mengirimnya ke asrama. Ninda tidak lagi jadi bahan gunjingan teman-temannya karena disangka memiliki ibu wanita malam.
Ketika seorang lelaki datang dan mengakui pemilik tubuh asli sebagai ayahnya, sang ibu yang wanita pemberani jadi histeris. Belakangan Ninda tahu bahwa dirinya hanya anak hasil perkosaan. Ibunya masih suka ketakutan akibat trauma ketika melihat ayahnya. Ibunya meninggal empat tahun lalu di rumah sakit karena menderita kanker rahim.
Tidak cukup masa muda kedua orang tua pemilik tubuh asli yang suram yang membuat Ninda dan aku, karena perasaan Ninda menular padaku juga, merasa menderita. Sang ayah datang untuk menanggung hidup Ninda yang sebatang kara. Membawanya masuk dalam keluarga baru sang ayah.
Ada kakek yang merasa bersalah karena terlambat mengetahui keberadaan sang cucu, melimpahinya dengan kasih sayang. Ada ibu dan adik tiri yang memusuhinya setiap saat. Terakhir, ketika keluarga ayahnya bangkrut selepas meninggalnya kakek membuat penderitaan Ninda tak ada habisnya. Kini Ninda hidup sendiri walau sesekali ayahnya mengunjungi. Kewajiban ayahnya menafkahi seorang anak dari ibu tirinya menjadi tanggung jawab Ninda.
Mengapa pemilik tubuh asli baik sekali, bisa saja Ninda mengelak dari sesuatu yang bukan murni kewajibannya. Sementara ayahnya hanya keluar masuk klub, mabuk-mabukan dan suka membuat onar dengan dalih memanfaatkan koneksi bisnis.
Aku berjanji pada pemilik tubuh asli, akan menyelesaikan urusannya sebagai Ninda. Imbalannya aku akan berusaha jadi kaya raya agar kelak bisa melalui masa tua dengan tenang dan nyaman. Tidak perlu menikah, pria adalah masalah baru. Adopsi dua atau tiga anak, maka hidupku dijamin bahagia.
Sayangnya rencana tak seindah realita. Ketika aku pulang ke rumah sederhana yang Ninda beli dari hadiah menang ajang bakat di pinggiran kota, seseorang datang. Menyerahkan sebilah kartu nama berwarna dark grey dengan tulisan silver yang mencolok. Tertulis nama Tamawijaya Wiguna tanpa embel-embel gelar. Hanya nomor telpon di bawah namanya serta nama perusahaan di ujung kiri atas sebagai informasi kecil.
"Tuan kami menunggu telpon anda, terima kasih." Begitu ucapan singkat pria dengan setelah serba hitam yang berdiri di depan pagar rumahnya. Setelah aku menerima kartu nama tersebut pria itu pergi dengan satu anggukan kecil.
Tamawijaya Wiguna? Gunadigital Group? Aku mencoba meretas nama ini dari memori Ninda, hanya secuil informasi. Gunadigital Group adalah studio film, production house, dan agensi manajemen artis dan model. Sementara nama Tamawijaya Wiguna ini begitu asing bagiku.
Semalaman aku mempelajari tentang pemilik tubuh asli, wanita bertubuh proporsional ini begitu cantik. Kulitnya yang putih sepertinya diperlakukan dengan baik oleh si pemilik asli. Aku bahkan mengetes suaraku sendiri yang menurut ingatan sudah meluncurkan 3 lagu. Agensi belum memberinya manager pribadi, namanya Mbak Dahlia yang memenejeri beberapa penyanyi dalam naungan agensi ajang bakat.
Tahun ini kontraknya akan segera diperbarui, maka Ninda aku segera mencari agensi baru. Apakah Tamawijaya ini menginginkan aku bergabung dengan agensinya? Tapi mana mungkin, bukankah internet bilang Tamawijaya diketahui sebagai presiden direktur Gunadigital? Memangnya ada urusan apa sampai presdir perusahaan sekelas Gunadigital menghubungi dirinya? Aku berpikir keras, tapi tak menemukan jawaban apapun.
"Mbak Dahlia,"
"Ninda, mbak dengar tentang kamu di set. Tapi maaf, mbak sakit. Besok biar agensi yang mengatasinya." Sesorang yang dipanggil Mbak Dahlia itu memotong ucapanku.
"Memang ada apa?" Suaraku yang terkesan malas dan cuek ini mungkin membuat wanita di seberang telepon sedikit heran, yang ku pelajari biasanya Ninda itu kalem dan sopan sekali walaupun di telpon. Aish, prsetan dengan sopan santun.
"Serius kamu enggak tahu? Cek semua media sosial. Semua orang membicarakan kamu."
"Media sosial?" Aku sedikit asing dengan istilah ini, maklum kehidupan sebelum ini yang aku jalani ada di abad 19. Dimana ponsel dan internet masih belum digunakan secara luas dan secanggih jaman ini. Beruntung sekali jiwa asliku adalah materi yang cerdas, segera bisa belajar hal baru seperti ponsel dan internet dengan menggunakan kemampuan pemilik tubuh asli.
"Mbak udah cek IG kamu, sepertinya follower kamu nambah lagi. Kalau sejak dulu kamu berani bikin skandal begini, namamu udah terkenal sejak lama." Aku ingin memutar bola matanya, negara ini memang aneh.
"Siapa Tamawijaya Wiguna?" Aku bertanya datar.
"Hah?"
"Dia kirim orang ke rumah, orang itu menyerahkan kartu namanya. Memangnya ada artis yang dihubungi dulu oleh calon bossnya?"
"Nggak ada. Serius kamu enggak tahu Tamawijaya?" Mbak Dahlia meyakinkan.
"Oke berarti itu orang iseng." Simpulku tidak mau rumit, tanpa perlu menjawab pertanyaan Mbak dahlia.
"Heh, tunggu dulu. Coba kamu tunjukin kartu namanya?"
"Enggak perlu, baru saja aku buang ke sampah." Itu benar, saat Dahlia menjawab pertanyaanku tentang tidak ada calon bos yang akan menghubungi dulu calon artisnya.
"Heh, Ninda! Masak kamu buang gitu aja. Apa kamu nggak bisa melihat peluang?"
"Mbak aku capek? Aku tutup ya?" Tanpa menunggu persetujuan lawan bicara, aku sudah menutupnya. Tak peduli jika Dahlia mengomel sepanjang malam.
Sebenarnya aku ingin benar-benar tidur, mengharap setelah bangun nanti aku kembali berada di perbatasan dua dunia. Barangkali aku bisa merayu petugas dua alam untuk menyeberang tanpa perlu melanjutkan hukuman. Sayangnya itu tidak pernah terjadi. Aku selalu terbangun dalam tubuh inang yang aku tempati dan menjalani takdirku sampai mati lalu reinkarnasi lagi.
Tiba-tiba aku merasa hidungku penuh dan aku bersin dua kali. Hatiku membatin, siapa yang tengah membicarakan aku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunangan Misterius Presdir
ChickLitNinda Bestari melebarkan karier dari yang semula penyanyi baru keluaran ajang bakat, ke seni peran. Bertemu dengan salah satu aktor yang hampir melecehkan dia, Ninda berusaha menjaga diri hingga pingsan karena mengalami gegar otak. Baru saja Ninda...