10. Seribu 'Mengapa' dari Ninda

1.3K 325 64
                                    

Happy mother's day
Aku dapat video manis dan sebatang coklat dari putriku, emaknya langsung nangis penuh haru, nggak nyangka dia udah besar dan seromantis itu 🥰
Eh, kok malah curhat 😆
Happy reading 😘

_________

"Anda mengenal ayahku?"

"Aku juga mengenal Surya Mawardi, kakekmu." Ungkapnya ringan, mengurai sedikit demi sedikit jalinan tanya dalam kepalaku.

"Oh ya?" Sepertinya Ninda tidak tahu soal ini. Aku tidak dapat menggali apapun dari kenangan pemilik tubuh asli.

"Dan seharusnya kamu tahu siapa aku." Lanjutnya. Cara Tama menaikan sebelah alisnya membuatku merasa terpojok, seperti aku tengah tertangkap basah berbohong. Dia memiliki aura dewa yang sulit sekali ku tepis. Aih, kenapa dalam kehidupan ini aku bertemu dengannya.

Aku tertawa canggung, tapi siapa yang berani mengatakan dengan lantang bahwa aku benar-benar tidak tahu menahu tentang dirinya.

"Anda adalah presdir Gunadigital Group, siapa yang tidak tahu anda?" Senyumku pun menjadi senyum cengengesan. Bagaimana ini, di depan seorang Tamawijaya aku bisa mati gaya, situasi ini sangat mirip ratusan tahun silam.

Tamawijaya menarik dompet dari saku belakang celananya, gerakannya biasa tapi aku merasa sayang melewatkan apapun yang dia lakukan. Itu adalah keanggunan yang proprosional seperti burung merak dan gagah berwibawa seperti raja hutan. Dia mengeluarkan sebuah potret berukuran 4x6 yang tampak lawas, tapi berhasil menyedot semua perhatianku.

Aku melengkah mendekat hanya untuk terperangah bodoh. "Ini...?" kenapa mirip pemilik tubuh asli dalam usia yang lebih muda.

"Tunanganku saat masih duduk di kelas 2 SMA." Jelasnya memakai irama yang dipenuhi teka-teki. Mata tajam dengan senyum sejuta makna itu tak sedikitpun beralih dari diriku yang kini menahan nafas. Mati aku.

"Surya Mawardi pernah membawa gadis ini 7 tahun lalu ke kediaman kami, sayangnya aku memang tengah dalam meeting penting waktu itu."

Aku lunglai, mengapa ingatan ini datang terlambat? Ninda begitu disukai keluarga Wiguna dalam perjumpaan pertama yang tidak pernah lagi ada kelanjutannya tersebut. Mengapa jiwaku harus merasuki tubuh ini? Mengapa?

Jadi ungkapan 'kelak kau akan selalu berada di sisi cucuku' itu adalah isyarat pertunangan untuk Ninda dari pria tua berwibawa itu? Dalam mataku kini, terlintas sebuah rekaman ingatan 7 tahun silam. Dua orang pria yang sudah beruban tengah bercengkrama dengan akrab sementara pemilik tubuh asli duduk di sebelahnya dengan raut polos. Gadis itu, Ninda seperti sedang asyik melamun dalam dunianya sendiri, jadi dia hanya menanggapi ucapan salah satu kakek sambil lalu.

Si pemilik tubuh asli terlalu lugu atau bodoh, sih?

Lagi-lagi aku tertawa menutupi kecanggungan yang sepertinya hanya aku saja yang merasakannya.

"Aku terlalu kecil waktu itu, apa yang anda harapkan dari gadis ingusan umur 17 tahun. Ehhe, iya... gadis di foto itu pasti sudah melupakannya." Aku kembali menyerahkan foto itu padanya, foto Ninda.

"Gadis di foto ini mempermainkan kami, dia mengangguk setuju waktu itu. Bahkan kerja sama dengan ayahnya terus berjalan sampai ayahnya kehilangan usahanya dan membuat kami merugi." Tamawijaya tak sedikitpun berpaling dari ku hang merasa telapak kakiku tengah terpatri kuat-kuat di lantai.

"Tama..." aku bukan Ninda yang dulu. Aku, Ninda yang sekarang tidak akan mengambil resiko dengan berada di sisimu.

"Itu sudah lama sekali, anda bahkan bisa mendapatkan 1000 kali gadis yang lebih segala-galanya." Bahuku melorot, rasa tak enak yang muncul kubalut do'a agar Tamawijaya tak akan memperpanjang urusan ini.

Tunangan Misterius PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang