17. Yaswanta atau Tamawijaya

1.5K 231 25
                                    


Semoga hari ini urusanku dan urusan kalian lancar, bahagia selalu yes...

Bab selanjutnya ke Karyakarsa ya

Love you all😘

***

Aku memilih merambah ke internet, sambil mengurangi dada yang bergetar tak tenang karena sebentar lagi orang itu datang. Youtube menjadi tujuanku. Berita-berita mengenai Kristal wara-wiri, mulai dari awal karir hingga kenangan-kenangan semasa hidup dari sahabat dan keluarga. Tidak lupa ada ucapan yang mengarah padaku secara terang-terangan yang membuatku tersinggung.

Ada tayangan eksklusif dari Samuel beberapa menit yang lalu, yang menkonfirmasi hubungannya denganku hanya sebatas teman. Tuduhan khalayak padaku tidak berdasar, karena di luar produksi film, kami tidak pernah bertemu secara pribadi. Kabar yang dihembuskan sebelum ini hanya cara tim produksi untuk mendongkrak rating. Samuel meminta semua orang untuk berhenti menyeret-nyeret namaku, sebelum ada tindakan hukum dari sisiku.

Anehnya tidak ada setengah jam ke belakang, semua berita yang menyangkutpautkan aku dengan kematian Kristal lenyap.

Aku sampai mencoba pergi ke kanal Fb, Twiter, IG, semuanya bersih. Tidak ada jejak namaku selain terlibat dengan Film Gangster In Love yang akan tayang 2 bulan mendatang setelah melewati proses editing yang tidak sederhana.

Aku merenung, mengapa begini? Apa ini tindakan Samuel? Kalau benar, berarti pria itu masih punya hati nurani.

Moodku membaik drastis, aku ingin makan yang pedas-pedas untuk merayakan. Berencana memesan tomyam pedas, ayam bakar pedas, ikan bakar pedas, pokoknya yang pedas. Tapi ingat, Tama akan ke sini.

"Al, bisa kamu bantu aku ganti baju?" Dua hari ini aku tidak berganti. Jangankan berganti pakaian, mandi saja tidak. Dengan kondisi tangan yang sakit begini, aktivitas sederhana saja membuatku kesulitan.

"Mbak, sebelum ini apa-apa sendiri ya?" Tanyanya ingin tahu sembari membuka pintu kamar mandi lebih lebar untukku.

"Ada pembantu, datang seminggu tiga kali buat bersih-bersih, kadang mencuci dan setrika." Dia adalah wanita paruh baya yang rumahnya tidak jauh dari komplek ini.

"Oh, kalau urusan makan beli terus, mbak?"

Aku mengingat Ninda yang lebih suka makan mie instan. Pemilik tubuh asli walau tidak pandai memasak, tapi bukan berarti tidak bisa sama sekali. Ninda dibesarkan dalam garis ekonomi rendah, wajar kalau bisa melakukan apapun secara mandiri. Hanya saja, jiwa menghemat Ninda sudah tidak tertolong.

"Kadang aku memasak sendiri." Padahal selama aku menjadi Ninda, aku selalu memanfaatkan aplikasi penjual makanan untuk mempertahankan hidupku. Tabungan pemilik tubuh asli memang tidak banyak menurut tingkat mata uang jaman ini, tapi tidak bisa dikatakan miskin juga. Ku rasa metode berhemat Ninda memang berhasil.

"Oh, ya?"

Alvia juga membantu membersihkan wajahku dengan perawatan malam. Walau lebih awal dari biasanya, setidaknya nanti aku bisa langsung tidur. Beberapa menit setelahnya, ketika aku berniat kembali rebahan. Pintu kamarku yang terbuka di ketuk seseorang.

Itu adalah pria yang memiliki tinggi badan mendominasi, pintu itu hanya tinggal beberapa inci saja dari kepalanya. Tatapan matanya yang sedalam lautan seperti akan mampu menghanyutkan aku ke lautan terdalam. Aku berdehem canggung, ingin menyapa tapi takut cara yang ku gunakan akan terlihat salah bahkan jadi aneh.

"Bapak sudah datang, masuk pak..." Alvia berkata sopan setelah mengangguk penuh kesopanan.

Heh, ini kamar seorang gadis. Apa kata tetangga kalau ada seorang pria yang bukan siapa-siapa tiba-tiba masuk.

Tunangan Misterius PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang