6. Benci Tapi Cinta

1.5K 262 27
                                    

Aku menjauh dari tatapan angkuh nan sombong Samuel Felix dan Kristal Angela. Dua orang itu nampak begitu ingin menguliti ku karena peristiwa kemarin yang tentu saja masih hangat di ingatan.

Sebenarnya setelah memiting si Samuel itu, tubuh ini bukan sama sekali baik-baik saja. Otak yang terus berputar, tenaga yang diforsir, membuat fisikku lelah. Sepertinya aku memang perlu menyempatkan waktu mengatur olahraga yang sesuai denganku. Yoga dan aerobik sebagai olahraga pilihan pemilik tubuh asli tidak akan membantu ketika terdesak seperti kemarin. Apalagi tubuh ringkih ini jelas akan menguntungkan pihak lain apabila aku terjebak dalam situasi sulit.

"Giliranmu masih lama, pelajari saja naskah itu sementara aku akan mencari Pak produser, aku punya sedikit urusan."

Aku mengangguk pada ucapan Mbak Dahlia. Melirik pada beberapa orang yang memandangku berbeda dari sejak pemilik tubuh asli bergabung dengan kru ini. Setidaknya mereka harus berpikir dua kali jika mau mencari gara-gara denganku sekarang.

Pemeran wanita utama, bernama Latisya adalah kekasih dari Barry yang diperankan oleh Samuel. Keduanya saling jatuh cinta ketika tak sengaja Latisya membantu Barry yang tengah melarikan diri dari musuh. Barry adalah pimpinan gangster yang disegani di kota itu, memiliki latar belakang berbeda dengan Latisha yang hanya seorang perawat kecil.

Suatu hari musuhnya yang tau kelemahan Barry adalah seorang Latisya, menculik gadis itu agar Barry menyerah. Barry memang datang menyelamatkan Latisya tapi hubungan indah mereka berakhir begitu saja saat Latisya dibawa ke markas oleh Barry. Memergoki seorang wanita simpanan tinggal bersama Barry membuat Latisya kecewa. Wanita simpanan bernama Candy, diperankan oleh Kristal Angela. Yang mana ada dua adegan panas yang mereka perankan. Tidak salah, Kristal malakukan banyak hal demi bisa mendapatkan peran itu.

Heran sekali pada pemilik tubuh asli, mengapa dia harus memilih peran yang seperti ini? Aish, merepotkan sekali. Apalagi pada akhirnya si pemeran utama wanita harus mati di tangan wanita simpanan lalu membuat Barry murka dengan membunuh Candy stelah itu Barry bunuh diri. Film macam apa ini, bolehkah ku lempar saja benda ini. Aku menutup skenario dengan kesal.

Aku bahkan memijit tengkuk yang tiba-tiba jadi kaku. Kalau diingat lagi Ninda sudah melalui banyak adegan. Sekarang tersisa satu per delalapan adegan dari total yang harus diambil. Kalau lancar, maka dalam dua minggu seluruh adegan akan tuntas. Tapi apakah Samuel dan Kristal akan bisa bekerja sama?

Benda persegi tipis di dalam tasku bergetar. Ku baca baik-baik, itu adalah pesan dari orang yang dalam kontak diberi nama Sekretaris Niko. Aku mengernyit, mencari memori akan siapa orang ini.

Ninda Bestari, pesan ini dikirim karena sampai hari ini kau belum juga membalas email kami. Pembagian royaltimu dinaikkan menjadi 70:30. Itu adalah harga tertinggi yang bisa kami tawarkan. Tetapi jangan khawatir, kau akan jadi prioritas agensi kami. Dijamin kau akan menghasilkan banyak setelah ini.

Sekarang sudah ada beberapa iklan, jadwal manggung, dan beberapa naskah yang kami kumpulkan untukmu, bahkan kamu bisa mengajukan mini concert. Segera tanda tangani dokumen elektronik yang kami kirim ke emailmu sebelum penawaran ini kadaluarsa.

Aku termenung, mengapa sampai seperti ini? Ada apa hingga sekretaris bos - aku akhirnya tahu orang ini adalah sekretaris Bos Dita - menghubungi sendiri. Apakah Multi Art kekurangan artis bertalenta?

Pemilik tubuh asli memang memiliki x factor dalam suaranya. Dari beberapa lagunya yang tadi pagi sempat ku dengarkan saat perjalanan menuju studio televisi, Ninda memiliki teknik vokal yang mumpuni. Suaranya tidak hanya merdu tapi juga halus, luar bisanya dapat mencapai nada sopran dengan mudah. Seharusnya tanpa melebarkan karir ke dunia peran, Ninda bisa melampaui apa yang disebut kesuksesan.

"Ninda mari ku bantu riasan dan kostummu" itu adalah Jesi Tan, seorang make up artis pro spesialis pertunjukan. Dia mampu membuat orang sehat tampak sakit, orang tidak cantik bakal mirip Angelina Joly atau bahkan Dilraba Dilmurat. Sedikit terkesan pada pria kemayu ini, karena sejak awal aku bergabung tidak sekalipun membedakan aku yang pemula. Walau tampangnya yang terawat itu terlihat angkuh.

"Kamu dari Multi Art kan, Beb?"

Aku berdehem kecil, tangan halus Jesi Tan melapisi kulit wajahku dengan krim lalu mengaplikasikan banyak sekali jenis lainnya. Matanya memandang lurus dengan bola mata bulat dan bulu mata lentik.

"Aku dengar seseorang membelinya, jadi apa kamu tahu bos barumu?" Katanya dengan gaya sok tahu yang kemayu.

"Bos baru?"

Apakah itu penyebabnya aku mendapat tawaran yang lebih baik, padahal sebelumnya tidak begitu?

"Yakin kamu belum bertemu dia?" Jesi Tan mengangkat sebelah alisnya.

"Sebulan ini aku jarang ke kantor, kakak tahu sendiri, film ini menyita waktu kami" ini benar, menurut ingatan Ninda memang tidak pernah datang ke kantor agensi dalam kurun satu bulan ke belakang.

"Ah, sayang sekali. Padahal aku dengar dia pria yang mempesona."

"Oh"

"Hanya oh, dedek? Kenapa kamu tidak gemes seperti wajahmu yang cantik ini. Oh ayolah, harusnya kamu lebih ekspresif. Kamu seorang artis, aku yakin kalau kamu banyak belajar kamu bakal sangat terkenal." Jesi Tan menghentikan tangannya di wajahku hanya untuk menatap tak percaya.

Aku mengendik, "Ku rasa aku memang tidak pandai akting." Mungkin setelah proyek ini, aku akan fokus ke tarik suara. Targetku adalah jadi diva bukan aktris peran begini.

"Awal bergabung, kamu sudah penyendiri. Ku pikir karena belum kenal. Bahkan agensimu tidak memberimu asisten." Itu benar, sesekali aku akan ditemani oleh Mbak Dahlia atau asisten Mbak Dahlia, seringnya Pak Agung supirku, yang menunggui sembari membawakan barang bawaanku.

"Dua hari ini kamu punya ekpresi menarik lain. Datar, dingin, sedikit sombong dan kamu terlihat lebih menarik dan hidup."

"Terima kasih kalau itu pujian."

"Dan mulutmu tajam ternyata." Tambah Jesi jujur.

"Maaf, aku memang begini, tidak bisa berpura-pura." Ini benar, aku bukan Ninda yang lebih memilih menutupi perasaanya.

Jesi Tan terbahak mendengar jawabanku. Setelah itu kami tenggelam dalam aktivitas masing-masing, Jesi yang mendadani wajahku, dan aku yang terus mempelajari naskah aneh ini.

Hingga beberapa jam setelah Jesi selesai, aku baru mendapat panggilan sutradara. Mbak Dahlia yang terus menemani padahal biasanya tidak peduli, menepuk pundakku.

Dengan pandangan profesional aku menatap Samuel yang dengar-dengar bahunya cidera karena peristiwa kemarin. Tapi hari ini dia tampak gagah seperti biasa. Walau ku tarik lagi persepsiku mengenai wajah tampannya. Karena di atas langit masih ada langit, Samuel tampan masih lebih tampan Tamawijaya.

Ha? Mengapa aku jadi membandingkan dengannya?

Bunyi klip dari Clipboard asisten sutradara membuatku segera konsentrasi.

"Tisya..." tatapan Barry alias Samuel meredup. Sejuta rasa bersalah tergambar di rautnya yang maskulin. Cambang tak terawat itu menggelitik Latisya untuk membelainya, tapi itu dulu. Sekarang cinta itu jadi benci yang menggerogoti. Cinta tapi benci membuat Latisya tersiksa hingga tubuhnya jadi kurus.

Aku menyalahkan Ninda mengapa mau bergabung dalam film dengan cerita mengerikan begini.

"Cut!" Sutradara berteriak tak puas. "Ninda, perbaiki ekspresimu. Bayangkan kamu tengah ada dalam posisi benci tapi cinta. Marah tapi rindu. Bukan ekspresi dingin seperti hendak membunuh begitu." Sutradara yang ku panggil Om Tio itu memprotes mimik wajahku yang sebenarnya menahan jijik pada Samuel.

"Ulangi!" Teriak sutradara.

"Bilang kalau kamu menyesal membuat ulah denganku. Ku rasa sekarang kamu  mengerti akibat membuatku marah." Samuel tersenyum dengan pongah. Nadanya kelewat sombong.

"Maksudmu?" Tanyaku datar tak mengerti.

"Seharusnya abangku sudah memperingatkanmu lewat orangnya."

Aku tak sempat mencerna ucapan Samuel ketika asisten  sutradara menutup clipboardnya dan berteriak, "satu, dua, action!"

Nyalakan bintang yess🙏

Tunangan Misterius PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang