4. Seperti Bukan Ninda

1.6K 304 30
                                    

Pray for Semeru, dan beberapa wilayah di Indonesia lainya yang tengah berduka menghadapi bencana. Terimakasih buat kalian yang sudi mengkhawatirkan aku ya, love kalian banyak-banyak... 😘
Steve masih dalam proses, Kalisha kehilangan ide, masih aku cambuk lagi hehe maafkan.

______

Saat aku berharap bangun kembali di perbatasan dua dunia, aku justru terbangun di pagi buta karena gedoran tak elit di pintu rumah ini.

"Apa sih, masih pagi astaga!!" Kesal aku membuka pintu dan mendapati wajah heran Mbak Dahlia yang mengernyit menatapku.

"Kamu enggak enak badan atau lagi 'pms', bangun tidur mood udah berantakan aja?" Mbak Dahlia mungkin menyadari perubahan sikapku. Mungkin Ninda yang baik hati itu tak pernah menunjukkan emosi negatifnya.

"Wajahmu kenapa?" Matanya terlihat meneliti wajahku yang kusam. Seketika mata jeli manajerku itu membelalak berlebihan.

"Kamu melewatkan membersihkannya semalam? Oh my gosh!! Ada apa denganmu? Lihat minyak itu, tempe dan tahu bakal kelelep saat ditempel di pipimu." Katanya mendramatisir. Wanita itu masuk ke dalam rumah ini tanpa dipersilahkan. Dia menuju kamar tanpa pintu di sebelah kamarku dengan bibir mengomel.

Dia juga memperinci jadwalku beberapa minggu ke depan yang sepertinya padat tanpa celah. Padahal kontrak kami akan segera berakhir akhir bulan ini. Kenapa aku merasa agensi sedang mencambukku sebelum aku dijual ke pemilik baru sih?

"Sana mandi, pakai masker antioksidan masih kelar. Jangan lupa pasang semua skin care pagimu dengan teliti." Ingatnya dengan wajah serius. Mbak Dahlia kembali menuju kamar tempat aku menyimpan beberapa kostum dan sepatu yang menurut ingatan tidak banyak.

Aku menghela nafas mencari ingatan tata cara perawatan wajah yang biasa dilakukan pemilik tubuh asli. Begini ya, perkembangan metode kecantikan tahun ini. Memang ribet dan mainstream. Pantas wajah ini begitu cantik dan bersinar.

"Ninda semua baju-baju ini sudah pernah kamu kenakan semua. Kamu harus membeli baju baru lagi. Nanti aku akan menghubungi desainer agar kamu punya sedikit lebih banyak lagi busana. Jangan terlalu mengandalkan sponsor."

"Tidak usah, aku sepertinya tidak ingin memperpanjang kontrak dengan agensi."

"Memangnya kenapa? Kamu ingin dapat prioritas? Bagaimana dengan tawaran bos tempo hari?"

"Tawaran bos?" Aku memejamkan mata sejenak, terbayang seorang wanita yang lebih tua dari Mbak Dahlia dengan potongan rambut pendek. Matanya yang jeli menandakan wanita itu pemikir. Ingatan Ninda membawaku kembali pada beberapa hari lalu.

Wanita dengan rambut pendek itu menawari pembagian honor atas kontrak menjadi 60:40 yang awalnya 50:50. Bagusnya Ninda menolak karena menginginkan pembagian 70:30. Agensi hanya menaungi, kami para artis yang bekerja keras, mengapa mereka mesti serakah?

Mbak Dahlia mengatakan pukul sepuluh pagi ini aku harus menghadiri live musik di salah satu studio televisi nasional daerah Jakarta Selatan. Wanita ini juga bilang, aku perlu membawakan dua lagu dan sedikit basa-basi dengan pembawa acara lalu segera berpindah lokasi untuk melanjutkan syuting film bersama Kristal Angela dan Samuel Felix. Oh, aku tidak tahu berapa lama lagi harus berinteraksi dengan mereka.

Ponselku berbunyi bip, tapi karena akhirnya mbak Dahlia mengambil alih urusan make up untuk wajahku, aku jadi tak bisa leluasa. Sebagai salah satu pelaku dunia hiburan, Mbak Dahlia ini memiliki banyak kemampuan salah satunya merias wajah.

"Tunggu, di mobilku ada gaun sponsor dari Verma Boutiq. Sebenarnya untuk Hana Risma sih, tapi tidak akan jadi masalah kalau kamu yang memakainya."

Tunangan Misterius PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang