11. Sejarah Luka Ninda

1.3K 278 69
                                    

Hay hay.... Ninda datang 🥰
Happy reading 😘

Setelah Tama pergi, aku tidak bisa tidur walau lelah. Tatapan misterius Tama yang terkadang berganti menjadi tajam atau malah menakutkan membuatku ragu memutuskan langkah yang harus aku ambil untuk menjauhinya.

Seperti ungkapan legend jaman ini, 'beginilah cinta deritanya tiada akhir' itu memang nyata-nyata kurasakan. Pedihnya rasa perih akibat cinta dalam kehidupan pertamaku masih basah membekas. Aku salah mencintai pria yang dalam sekali lihat, bisa membuat orang lain rendah diri, baik dari segi penampilan, latar belakang, maupun kemampuannya. Dan di kehidupan ini, aku tak ingin mengulanginya lagi dengan Tamawijaya.

Belum lagi cinta-cinta lain dalam kehidupan setelahnya, walau tak seberkesan cinta pertama namun selalu berhasil membawa sensasi linu yang tak kunjung hilang ketika mengingatnya.

Aku tidak bisa istirahat lama-lama, lagi pula hanya pergesaran sendi yang bagiku cukup ringan. Memang ngilunya masih membuat perut melilit, tapi sebelum kehidupan ini aku pernah menderita luka yang lebih serius. Seharusnya ini bukan apa-apa. Tama saja yang lebai sampai-sampai subpesialisas ortopedi didatangkan semua.

Mbak Dahlia meninggalkan aku bersama Fira, asistennya. Namun beberapa menit lalu, gadis itu nampak gelisah dan aku paham dia pasti punya kepentingan lain. Fira mengatakan adiknya mendadak pulang dari pelatihan militer setelah dua tahun tidak pulang sama sekali. Jadi aku menyuruhnya pergi.

Aku menyantap cemilan malamku yang sempat disiapkan Fira. Goji berry yang baik untuk kesehatan menjadi menu tetap untuk diet pemilik tubuh asli.

Masih pukul sembilan, televisi tengah memutar lagu india yang sedang ngetrend. Liriknya seperti tengah menertawakan diriku yang sempat lupa pada visi awalku ketika bertatapan dengan Tama, bahwa di kehidupan ini aku tidak akan jatuh cinta.

Doa tak lagi berguna untukku
Obat-obatan tak juga berguna untukku
Sejak aku jatuh cinta padamu
Setiap kali aku menarik napas dalam-dalam
Setiap kali aku menutup mata
Aku hanya melihatmu kekasihku

(Potongan lirik Dilko Kaara Aaya - Arjit Sign)

Pintu kamar terbuka membuatku menoleh. Sosok pria masa lalu dari kisah pemilik tubuh asli masuk dengan bunga dan sekeranjang buah di tangan.

Aih, apa lagi ini? Ninda yang awal mula hidupnya tidak beruntung, kini menjadi gadis yang digandrungi pria-pria tampan dan kaya. Sayangnya nasib pemilik tubuh asli memang kurang mujur, saat kakap-kakap ini mendekat, dia malah mati konyol di tangan pasangan Samuel dan Kristal.

Banyu Indraningrat tersenyum tipis, dia meletakkan keranjang buah di meja. Lalu tangannya menyerahkan seikat tulip putih dalam buket cantik kepadaku yang sama sekali tidak ku terima.

Bunga tulip putih itu maknanya adalah sebuah permintaan maaf, apakah pria ini akhirnya menyadari kesalahannya?

Aku enggan bergerak, mataku yang jeli terus mempelajari gestur Banyu dengan tenang. Aku tahu Banyu menjadi sedikit salah tingkah karenanya. Kira-kira apa yang pemilik tubuh asli sukai dari pria ini, selain dari fisiknya yang rupawan? Yah, walau lebih tampan Tama kemana-mana. Eh?

Aku menggeleng, kembali memfokuskan diri. Mengapa luka yang ditinggalkan Banyu ini masih sangat nyeri?

"Ninda, bagaimana keadaanmu?"

Aku mencebik sebagai reaksi pertanyaannya, tapi tak merubah sedikitpun cara mata ini menatap. Seharusnya dia tidak perlu bertanya keadaanku, bukankah sudah jelas tangan kiri ini tengah ku gendong?

"Katakan saja ada apa, Pak Banyu sampai datang sendiri?"

"Aku, hanya mengkhawatirkan kamu..." katanya dengan mimik tak berdaya, wajah Banyu yang mendung disertai tatapan kerinduan membuatku ingin segera mengusirnya pergi. Aku tidak suka menjilat ludah, oke memang Ninda yang mengalami secara langsung bukan aku. Namun, pria selalu membuat hidupku repot, ada Tamawijaya yang kini perlu juga ku pikirkan. Tidak sanggup kalau harus memikirkan pria lainnya lagi.

Tunangan Misterius PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang