Silakan Vote dan komentarnya untuk chapter ini.
Mari membiasakan diri mengapresiasi suatu karya.Happy Reading ♡
***
"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh~"
Tidak ada jawaban.
"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh."
Masih belum ada tanda-tanda balasan.
"ASSALAMU'ALAIKUM ... OI, FEY!"
"Yahh, masih ngebo ini mah."
Di dalam kamar, Fey menggeliatkan tubuhnya, tampak terganggu dengan suara menggelegar milik Angga dan Deo di luar sana. Setengah sadar dia menepuk sisi kanan kasur yang kosong. lho, Karina dimana?
"Rin," panggil Fey dengan suara seraknya.
"Rin ...."
Tetap tidak ada sahutan. Mau tidak mau gadis itu bangun dari pembaringan. Jam beker di nakas adalah benda pertama yang mendapat perhatiannya hari itu.
Pukul 10.45 WIB.
Tidak bisa disebut pagi, tapi juga belum dianggap siang. Gimana menyebutnya? Yang pasti jam segitu Fey baru saja bangun. Tak patut ditiru.
Dengan langkah sempoyongan Fey membuka jendela kamarnya. Menilik ke bawah --ke arah para kawan-kawan begajulannya yang nggak tahu etika bertamu. Buktinya sampai teriak-teriak begitu. Hufftt ... sudah terlatih Fey direcoki mereka.
"Nggak usah berisik, masuk aja nggak dikunci," kata Fey masih dengan muka bantal. Nggak apa-apa, sama Enigma squad nggak pernah kenal kata jaim. Sebab yang jaim justru kena ledek.
"Kalo nggak dikunci mah udah pada di dalem kali," sahut Jeje yang sedang duduk lesehan di teras rumah Fey sembari sibuk membalas satu per satu pesan masuk di ponselnya.
"Buruan Fey, uduk gue keburu dingin nih," sambar Angga menyangking bungkusan plastik hitam ke atas.
"Sebentar gue cuci muka dulu," kata terakhir Fey sebelum kembali masuk.
Paling tidak cuci muka, sikat gigi, ganti baju. Mandi? Nggak usahlah, Fey lagi mode hemat air kalau hari minggu. Jadi, siap-siapnya kala itu cuma berlangsung 15 menit. Kemudian berjalan keluar menuju pintu depan, membukakan pintu untuk teman-temannya.
Tetapi belum sampai Fey membukanya, pintu setinggi dua meter itu sudah lebih dulu dibuka dari luar. Ya, Karina adalah orang pertama yang melangkah masuk, baru setelah itu teman-temannya mengekor seperti anak bebek. Eh bukan, mereka mah anak soang.
"Kunci lo bawa?" tanya Fey saat Karina berlalu di hadapannya dengan sebuah keranjang buah. Jangan tanya pemberian siapa, karena sudah jelas dari Tante Citra --mamanya Karina.
"Ehehe, iya kebawa." Dia menyengir lebar lalu melanjutkan perjalanan ke dapur.
Selain Karina, Enigma squad formasi lengkap pun turut memenuhi rumah Fey. Menyebar ke segala penjuru rumah. Hal pertama yang Fey temukan adalah Jeje yang masih saja sibuk dengan ponsel --kali ini bukan chatingan, melainkan dia sedang teleponan.
Bicara soal Jeje alias Jenathan Riyadi, kalian pasti bertanya-tanya ada berapa sih jumlah ceweknya? Perasaan komunikasian terus 24/7. Please, jangan tanya itu. Karena jawabannya bikin orang-orang nggak percaya.
Sebrengsek-brengseknya Jeje, dia kalau pacaran ya cuma ke satu cewek. Dia tidak pernah membuat hubungan dibalik hubungan lain. Yaa, cuma kenalannya-- Enigma squad biasa menyebutnya simpanan, ada banyak. Jadi kalau putus satu, ngantre seribu. Sudahlah jangan ngomongin dia terus, bahaya jika mengenal Jeje lebih jauh. Takut respect.

KAMU SEDANG MEMBACA
To RAFEL
Teen Fiction"Lo mau tahu, Ka, kenapa gue pilih hidup sebagai pembangkang?" Raka terdiam membiarkan gadis itu mengungkapkan isi hatinya sendiri. "Karena ...." Tidak ada yang tahu alasan apa yang membuat Fey betah dikenal sebagai pembangkang ulung yang disegani...