*18 | Antara Si Kembar

5 0 0
                                    


Coba tebak, hal paling tidak mungkin apa yang bisa terjadi di dunia ini? Jeje jadi sadboy? Ardan punya cewek? Atau, Nadeo bucin?

Semuanya mungkin kok. Semua bisa terjadi kalau yang di atas sudah berkehendak. Tapi ya ...

Apa harus di antara ketidak-mungkinan yang ada di dunia ini, interaksi Raka dan Enigma squad harus jadi salah satunya?

Entah sudah berapa lama waktu yang berlalu. Rasanya tidak terlalu lama dan tidak cepat juga. Hanya butuh 5 bulan untuk mereka saling menerima eksistensi satu sama lain. Meski awalnya bagai dua kutub yang saling bersinggungan, namun lambat laun kebekuan Enigma dapat Raka cairkan. Begitupun Fey.

Sejujurnya tujuan utama Raka hanyalah pada gadis itu. Felicia Agatha Farren. Raka ingin sekali mengembalikan sosok Fey seperti semula. Menuntunnya supaya mau berbalik arah menjadi pribadinya yang dulu. Tekad yang entah datang dari mana, tapi yang jelas, Raka benar-benar ingin membuat hidup Fey jadi jauh lebih baik.

Selama 5 bulan kebelakang, intensitas pertemuan mereka terbilang cukup sering. Entah bertemu di sekolah, atau malah di RSJ. Tak jarang keduanya terlibat obrolan yang dalangnya pastilah karena Rayyan. Raka juga selalu membantu Fey ketika gadis itu sedang kesusahan. Seperti saat ini contohnya,

Di hari sabtu siang yang cerah. Yakin sekian juta persen kalau warga Naruna pasti tidak akan percaya dengan pemandangan menarik di sebuah ruang keluarga milik keluarga Farren itu. Dimana Seorang Raka Andrian Dinata berdiri tegak di hadapan Enigma Squad yang terduduk berpangku dagu. Hikmat mendengar untaian penjelasan dari Raka selaku tutor matematika dadakan. Sedari siang tadi mereka semua memang sedang mengadakan sesi les, alias belajar bersama. Karena terhitung seminggu lagi, mereka semua akan menghadapi ujian akhir semester ganjil.

Kok bisa Raka? Tentu saja bisa.

Niat hati kedatangan Raka ingin mengajak Fey belajar bersama, tetapi dia salah prediksi. Seharusnya jangan di hari sabtu dan minggu. Karena rumah Fey di hari itu pasti selalu di jadikan markas tongkrongan untuk Enigma. Alhasil, les dadakan pun tercetus begitu saja.

Haaahhh ...
Tidak apa-apalah.

Sekalian saja Raka membantu memperbaiki nilai anak-anak tersesat itu. Mengembalikan warna hitam pada rapor mereka yang banyak didominasi tinta merah. Memang bukan tanggung jawabnya, namun Raka murni ingin menolong. Sebisanya. Kalaupun gagal, yang penting mereka semua sudah berusaha memperbaiki.

"Ada yang mau ditanyakan?" tanya Raka di tengah sesi pembahasannya.

Tangan kanan milik Nadeo mengacung tinggi. Raka langsung mempersilakannya bicara. "Ini bisa nggak sih statistiknya kita skip dulu? laper nih gue butuh suply micin."

Raka sudah menghela napas dalam. Ia kira Deo ingin bertanya seputar pelajaran. Sabar, ka, sabar. Walau setidaknya lumayan juga dapat 20 menit mereka membahas materi statistika.

"Yaudah, kita break dulu sebentar, habis ashar lanjut lagi," ujar Raka setelah melihat jam dinding menunjukkan pukul 14.30.

Yang lain menyambut waktu istirahat mereka dengan suka cita. Manusia perut karung macam Deo dan angga tentu segera melipir ke dapur. padahal tadi siang mereka sudah makan banyak. Berbeda dengan Ardan yang merasa tidak perlu makan lagi karena sudah puas menghabiskan dua toples kripik pisang dan basreng daun jeruk milik Fey. Dari menit pertama sampai terakhir, anak laki-laki itu tidak berhenti mengunyah cemilannya. Bagi Ardan, pantang kelar sebelum habis.

Lain halnya dengan Theo yang kontan merebahkan tubuhnya di lantai. Mencari posisi nyaman untuk meluruskan punggung. Sedangkan di sebelahnya Jeje nyaris tak berkutik dengan ponsel dalam genggaman. Fyi aja nih, di antara mereka, Jeje tidak menaruh fokus atas penjelasan Raka, sebab tanpa mendengarkan dengan seksama pun, dia sudah paham materi tersebut. Biasalah, otaknya encer kalau soal statistik doang mah gampil katanya. Jangan tanya kenapa bukan Jeje saja yang jadi tutornya? Dia pasti akan menjawab, "Males, dibayar kagak, dibikin stress iya."

To RAFELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang