Sebelum lanjut baca, yuk di vote dan beri komentarnya. Mari belajar mengapresiasi suatu karya.
Happy Reading♡
***
"Tugas yang sudah ibu berikan harap dikumpulkan minggu depan. Kelompoknya sesuai teman sebangku kalian masing-masing."
Seketika ruang kelas IPS 3 riuh. Mereka senang, paling tidak partner kelompok mereka itu bisa diandalkan. Meskipun ada juga yang ...
"Bu, saya keberatan."
Dari 36 murid hanya dia satu-satunya yang mengajukan keberatan. Semua lantas menoleh ke arah perempuan berkacamata bulat yang duduk disebelah Fey. Atensi kelas seluruhnya tertuju pada keduanya, Fey dan Arin. Bukan tanpa sebab, mereka cukup terkejut mendengar protes yang dilayangkan oleh murid paling pendiam sejurusan IPS itu.
"Saya boleh gabung ke kelompok lain aja nggak, bu?"
"Kenapa memangnya?"
Yailah, bu ... pake segala ditanya, pasti gara-gara gue lah, Fey membatin.
Arin bukan orang pertama yang menolaknya. Hampir satu kelas jika dipertemukan dengan Fey dalam satu kelompok pasti akan melakukan hal yang sama seperti Arin. Dan ujung-ujungnya Fey memilih mengerjakannya sendiri. Tapi memang lebih enak dikerjakan sendiri sih daripada bersama orang lain.
Alah, bullshit.
Mana pernah Fey mengerjakan tugasnya sendiri, karena pada akhirnya ia akan mengandalkan otak encer Jeje untuk menyelesaikan semuanya. Fey cuma harus menyiapkan sajen berupa makanan dan kopi susu atau kalau tidak, bisa juga diganti dengan nomor cewek. Hitung-hitung buat nambah simpenannya Jeje. Laki-laki itu pasti mau.
"Saya ...," dia menunduk ragu. Segan dengan Fey yang tengah menatapnya seraya berpangku dagu.
"Kapok kali bu sekelompok sama saya," sahut Fey sedikit melirik gadis itu yang kian menunduk dalam. "Saya kerjain sendiri aja, bu."
"Tapi ini tugas kelompok, ada penilaian tersendiri untuk itu," balas sang guru.
"Nggak-"
Ucapan Fey dengan cepat diinterupsi. "Tukeran sama saya aja, bu."
Kalimat itu diucapkan dengan lantang hingga terdengar di tiap-tiap pasang telinga. Membuat seluruh kelas menatap kagum atas keberaniannya.
Avilia.
Siapa sangka, gadis berambut bop yang juga terkenal di kalangan anak IPS karena kepribadiannya yang ceria itu tiba-tiba unjuk tangan. Tanpa paksaan ia bersedia untuk menggantikan posisi Arin menjadi partner tugas Fey.
"Ya sudah kalau begitu kalian boleh tukar tempat."
Satu kelompok dengan Avi itu bisa enak dan bisa sebaliknya. Tetapi tetap saja, bagi Fey, orang-orang seperti Avi ini menyusahkan. Fey tidak bisa membayangkan seberisik apa Avi nanti. Semoga saja telinganya kuat menghadapi cobaan ini untuk seminggu kedepan.
"Yeay, akhirnya gue bisa sekelompok bareng lo!"
Lihat, belum apa-apa sudah excited begitu. Fey curiga ada sesuatu yang membuat dia mau jadi partner tugasnya.
"Lo senang?" tanya Fey dengan kedua alis terangkat, heran.
"Banget! Selama inikan gue nggak pernah dapet satu kelompok sama lo," jawab Avi heboh.
Luar biasa.
Avi, lo gila sih!
Beneran.
Ketika yang lain pada komat-kamit baca doa -yang entah doa apa, supaya mereka nggak harus satu kelompok sama Fey, di sini malah ada yang kesenangan bisa merasakan dapat kelompok yang sama dengan Fey.

KAMU SEDANG MEMBACA
To RAFEL
Fiksi Remaja"Lo mau tahu, Ka, kenapa gue pilih hidup sebagai pembangkang?" Raka terdiam membiarkan gadis itu mengungkapkan isi hatinya sendiri. "Karena ...." Tidak ada yang tahu alasan apa yang membuat Fey betah dikenal sebagai pembangkang ulung yang disegani...