*11 | Kebenaran Tak Terduga

5 1 1
                                    

Sebelum membaca, yuk vote dulu dan jangan lupa komentarnya tentang chapter ini. Mari membiasakan diri mengapresiasi suatu karya.

Happy Reading♡

***

"Jadi namanya Rayyan, bukan Paijo?"

Fey melupakan satu kemungkinan itu.

"Dan kalian ... kembar?"

Hahaha, lucu ya hidup. Bisa gitu lho.

Seketika Fey merasa bodoh karena tidak memikirkan hal ini dari awal. Ia malah mengira Raka punya alter ego yang membuatnya harus hidup menjadi dua orang. Ternyata ini,

Ini kebenaran yang tidak seorangpun tahu tentang Raka. Bahwa dia memiliki saudara kembar. Dan poin pentingnya adalah ... dia gila.

Suara berikutnya datang dari kantung plastik yang sengaja ditaruh dengan cepat sehingga bunyinya memenuhi ruangan. Sangat cepat pergerakannya sampai Fey sedikit tersentak ketika tangannya ditarik keluar. Oleh sosok yang diyakini adalah Raka. Sebab orangnya masih pakai seragam sekolah.

Keduanya berjalan cepat melalui lorong-lorong panjang sampai ke halaman paling belakang. Dimana tiada satupun orang yang berada di sana. Setelah menjauhi keramaian, Raka melepas genggamannya. Jantungnya yang berdegup tak karuan itu berasal dari rasa takutnya. Iya, ketakutan terpancar jelas dari sepasang obsidian pekat itu.

Meski begitu suaranya tak kunjung terdengar. Apakah sebegitu frustasinya dia mengetahui bahwa rahasianya yang selama ini ia tutup rapat-rapat, akhirnya terkuak dan itu Fey orangnya. Mungkin yang ada dipikiran Raka sekarang adalah, kenapa harus dia?

Kenapa harus Felicia Agatha Farren orangnya?

Gadis yang tidak bisa ia percaya untuk membungkam mulutnya di depan semua orang.

Ada jeda panjang, sangat panjang sampai-sampai Fey sadar lebih dulu. Ia sadar jika laki-laki di hadapannya ini takut ketahuan. Makanya Fey tertawa.

"Rakaaa, raka ...."

Masih tertawa.

"Kenapa lo nggak pernah bilang sih, kalo ada kembaran yang punya gangguan jiwa?"

Dan Raka menatapnya tajam.

Tidak suka dengan reaksi Fey.

" ... gue malah mikirnya lo yang gila coba!" Tawanya makin keras dan Raka makin tidak suka.

Entah secepat apa, tapi dalam sekejap mata, kedua bahu Fey sudah Raka genggam erat. Erat banget. Seolah lelaki itu menggenggamnya dengan emosi yang turut serta.

Tawa Fey luntur. Kini kedua pasang mata mereka yang saling bicara. Di sisi Raka, matanya mencoba mengintimidasi. Lalu di sisi Fey, matanya ... masih mencoba bertanya-tanya(?)

"Sekarang lo udah tau 'kan? Terus apa?"

Fey mengernyit tidak mengerti. "Terus apa?" ulangnya.

"Iya, apa yang mau lo lakuin setelah tau kebenaran soal gue?" Nada bicaranya sungguh nggak mengenakan sama sekali. "Bongkar semuanya di sekolah?"

Hah?

Fey mendengus. "Lo nantangin gue?"

"Jadi lo ngira gue bakal manfaatin hal ini buat jatuhin lo gitu?"

Raka diam.

Fey menyeringai. "Kalo itu yang ada di pikiran lo ... kenapa enggak?"

Raka harus siap-siap ...

"Kayaknya seru deh kalo anak-anak satu sekolah pada tau."

... dengan situasi terburuk.

Cengkeraman tangan Raka semakin kuat. Fey yakin bahunya pasti akan merah setelah ini.

To RAFELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang