*04 | Perang

10 3 0
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa.
Mari membiasakan diri mengapresiasi suatu karya.

Happy Reading♡

***

Felicia Agatha Farren.

Siapa yang nggak kenal dia? Satu sekolah mengenalnya sebagai siswi dengan karakter terburuk. Tanpa dijelaskan lagi, kalian pasti tahu bagaimana Fey di sekolah. Tanpa diberitahu lagi, kalian pasti paham seperti apa sifat buruknya yang berkali-kali lipat terlihat daripada sifat baiknya.

Fey si pembangkang.

Fey si tukang pukul.

Fey si biang onar.

Mereka seolah tidak pernah melihat yang lalu. Tapi memang begitu bukan cara kerjanya? Namanya juga manusia, berorientasinya kedepan, bukan kebelakang. Yang penting adalah yang tampak saat ini bukan lima menit yang lalu, bukan kemarin, apalagi ratusan detik yang sudah menjadi bagian dari dulu.

Mereka nggak tahu kalau, sebelum jadi pembangkang Fey pernah begitu bersahabat dengan peraturan.

Mereka nggak tahu kalau, sebelum jadi tukang pukul Fey pernah nangis kejer mengadu pada Papanya karena waktu itu dia memukul seorang anak nakal.

Dan mereka nggak akan tahu kalau, sebelum Fey menjadi biang onar, dia juga pernah begitu membanggakan dengan berbagai raihan prestasinya.

Cuma ya itu, ketutup sama citranya yang keburu hancur.

Banyak yang lupa rupanya, kalau Fey pernah menjuarai berbagai macam turnamen Taekwondo antar kota, provinsi, bahkan ke tingkat nasional. Medalinya berjejer di lemari kaca bersama trophy-trophy besar. Cerita luar biasa lainnya, percaya nggak percaya, Fey ini pernah diberi kesempatan untuk menjajal pelatnas dua tahun silam. Tetapi sayangnya Fey tolak, katanya mau melanjutkan sekolah dulu. Percaya? Enggaklah! Rancu banget alasannya, padahal masuk pelatnas lebih menjanjikan.

Kalau dipikir-pikir benar juga,

Fey pernah jadi emas dulu, sebelum jadi pecundang kayak sekarang.

"Heh, bengong mulu kesambet Theo tahu rasa lo!" Suara menggelegar Deo berhasil membuat Fey terperanjat. Sadar sepenuhnya dari segala beban pikiran.

Mendengar namanya dibawa-bawa, Theo protes, "Kok jadi gue?"

"Muka lo sih pucet banget kayak setan," balas Deo dengan mulutnya yang super ringan. Langsung saja Nadeo Rarendra dihadiahi lemparan sepatu mahal punya Theo.

"Nggak jelas," cibir Theo.

Fey yang melihat adu mulut singkat itu hanya bisa merotasikan bola mata. Merasa tidak perlu ikut-ikutan yang cuma akan membuat kepalanya makin cenat-cenut.

Di markas cuma ada Fey dan si kembar Theo dan Deo. Bukan, bukan kembar beneran. Cuma banyak yang mengira mereka kembar gara-gara nama mereka yang nyerempet mirip.

Sedangkan ketiga lainnya pergi entah kemana. Kemungkinannya sih, Jeje 100% pasti lagi flirty nggak jelas sama cewek-cewek. Kalau Ardan mungkin lagi molor di suatu tempat. Nah, kalau Angga bisa jadi lagi sibuk Delivery Order, bantu orang tuanya yang notabene nggak bisa naik motor. Kok ortu Angga bolehin bolos? Ya itu karena alesan Angga nggak jauh-jauh dari jamkos atau lagi jam istirahat. Padahal, asli bolos!

"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh," salam Jeje yang baru datang dengan wajah berseri.

Bukannya dijawab teman-temannya justru memandanginya heran. "Je, lo nggak kesambet Theo 'kan?

Theo menghela napas dalam-dalam. Sabaaar.

"Maksudnya?"

"Ya tumben banget lo alim, abis ruqyah dimana?" sambung Deo.

To RAFELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang