Jangan lupa vote dan Comment!Happy Reading♡
***
Malam minggu di rumah Fey terpantau ramai. Ada Enigma squad dan Karina. Bahkan bertambah dengan kedatangan tamu tak diundang seperti Bang Seva, Kak Shella, dan Avi. Entah mau apa mereka semua berkumpul di rumah Fey.
Apalagi Avi. Agak aneh melihat setiap kali anak-anak Enigma sedang main ke rumah, Avi pasti juga ikut. Fey kan jadi berpikiran kalau gadis cerewet itu punya tujuan lain datang ke rumahnya. Jangan-jangan ...
Ssttt, jangan berasumsi!
Lantas jika sudah begini si pemilik rumah hanya bisa menghela napas pasrah.
Kini kesepuluh manusia itu terbagi menjadi dua kubu. Yang satu kubu perempuan, mereka asyik bergosip ria di kamar Fey. Sedangkan kubu laki-laki memenuhi ruang keluarga, sepertinya sedang gitaran sembari bermain uno di sana.
Fey sendiri tengah duduk lesehan di karpet bulu miliknya. Mendengarkan obrolan random yang di dominasi oleh cerita-cerita dari Avi. Sesekali Kak Shella menimpali dengan nasihat, dan Karina pun sama. Hanya Fey yang terdiam sambil sesekali membuka hp cuma untuk memindah-mindahkan menu. Tidak tahu kenapa akhir-akhir ini ia tidak bisa fokus. Padahal tak ada sesuatu yang sedang ia pikirkan.
"Gue juga paling males kalo belanja online. Suka nggak sesuai, kayak waktu itu gue sama Fey beli sepatu ukuran 39, yang dateng malah ukuran 34. Parah banget 'kan?" ujar Karina menimpali cerita Avi soal Olshop.
"Serius?!" Memang pada dasarnya Avi ini anaknya ekspresif, jadi reaksinya sudah pasti berlebihan. "Hahaha ...."
"Tanya aja Fey, iya 'kan?" Karina menepuk pundak Fey, membuat gadis itu agak terlonjak dari tempatnya.
"Hah? Apa?" Fey melongo ketika dirinya mendapat atensi dari ketiga gadis itu.
Mata Karina menyipit penuh selidik. "Lagi mikir apa lo?"
"Enggak, gue nggak mikir apa-apa," elak Fey. Tapi, namanya juga sahabat lama, Karina hapal sekali gerak-gerik Fey lebih dari siapapun.
"Bohong, dari tadi lo bengong 'kan sampe nggak fokus gitu?" tunjuk Karina tepat sasaran.
"Lo emang lagi mikirin apa, Fey?" tanya Avi penasaran. Tubuhnya bahkan sudah menyondong ke arah Fey dengan mata membulat.
"Mikirin cowok bukan?" tebak Kak Shella yang ikut-ikutan ingin tahu.
Di saat semua menyudutkannya dengan pandangan dan rasa penasaran yang sama, Fey jadi salah tingkah dibuatnya. Oh ayolah, Fey hanya memikirkan Ra-- ... eh, tidak-tidak. Fey tidak bermaksud memikirkan dia kok. Serius.
"Enggak, enggak ... gue nggak mikirin siapa-siapa. Gue cuma ...ehm ... lagi haus aja, makanya kurang fokus," Fey beralibi. Ia segera beranjak dari sana supaya bisa kabur dari berbagai pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin saja mereka tanyakan setelah ini. "Gue mau ambil minum dulu deh."
Sepeninggalnya Fey, ketiga gadis itu kompak saling berpandangan. Merasa aneh dengan sikap Fey yang begitu tiba-tiba dan tak seperti biasanya.
"Aneh nggak sih?" pertanyaan Avi kontan mendapat anggukan dari keduanya. Mereka juga memikirkan hal yang sama.
"Dia pasti lagi mikirin seseorang."
***
Di lantai bawah atmosfer-nya tak jauh berbeda dengan para gadis di lantai atas. Sama-sama berisik. Ada yang tiduran sambil bermain gitar seperti Bang Seva, tim main kartu saja tinggal Angga, Deo, dan Theo, lalu sisanya? Ardan sedang pergi ke supermarket depan kompleks, membeli snack-snack untuk mengisi toples kosong di meja makan. Maklum, selama inikan dia yang andil paling banyak dalam hal menghabiskan camilan Fey. Nah, kalo Jeje baru saja kembali dari halaman belakang. Tahu sendirikan kalau Jeje sudah pegang Hp tandanya apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
To RAFEL
Fiksi Remaja"Lo mau tahu, Ka, kenapa gue pilih hidup sebagai pembangkang?" Raka terdiam membiarkan gadis itu mengungkapkan isi hatinya sendiri. "Karena ...." Tidak ada yang tahu alasan apa yang membuat Fey betah dikenal sebagai pembangkang ulung yang disegani...