Di salah satu bangku taman, Obito terduduk sembari menangis.
Kedua lutut, dan sikunya lecet.
Sepeda biru orange pemberian Ibunya ringsek.
Telapak tangan mungil Obito meremat celana, dengan begitu kuat.
Obito takut sekali, tidak berani pulang, dan bertemu dengan Ibunya.
'Sret!'
Obito menolehkan kepala, lalu sepasang netra onyx miliknya bertemu pandang, dengan sepasang netra onyx milik Paman bersurai hitam panjang yang diikat kebelakang.
"Kenapa nangis?" Tanya Paman bersetelan jas mahal tersebut.
Obito terdiam, kemudian kembali mengalihkan pandangan, menatap air mancur taman yang ada di depan.
Obito teringat pesan Ibunya, untuk tidak berbicara dengan orang asing.
"Kok diem? Padahal Paman mau bantu beresin sepeda kamu yang rusak loh.." Ucap Paman itu dengan suara yang begitu lembut.
"Bener?" Tanya Obito sembari mendongakan kepala, menatap wajah si Paman.
"Hm!" Gumam Paman tersebut dengan senyum tulus.
"Paman ini bukan orang jahat." Batin Obito.
"Nama Paman, Itachi." Ucap si Paman memperkenalkan diri, dan mengulurkan telapak tangan.
Obito mengusap air mata yang menggenang di peluluk mata, kemudian menjabat sekilas uluran tangan Itachi.
"Uzumaki Obito."
"Namanya bagus ya?"
Obito mengangguk dengan semangat. "Um! Itu Ibu yang kasih nama.."
Itachi mengelus helaian surai hitam Obito, lalu maniknya bergulir, menatap bergantian kedua lutut, dan kedua siku Obito.
"Obito lutut, sama sikunya kenapa?"
"Obito jatoh dari sepeda."
"Ah, pantes sepeda Obito ringsek."
Obito mengangguk lesu.
"Sebelum beresin sepeda, kita mampir ke rumah sakit dulu ya? Obatin luka Obito!" Ajak Itachi.
"Gak mau! Nanti Obito disuntik!" Tolak Obito.
"Gak disuntik, cuma diobatin biar gak sakit lagi.." Ucap Itachi, mencoba memberi pengertian.
Obito menggeleng, lalu bersidekap dada, dengan kedua alis menukik, dan wajah cemberut.
"Hah.." Itachi menghela nafas menghadapi kekeras kepalaan Obito.
"Yaudah, Paman ambil kotak P3K aja ya di mobil? Obito tunggu disini!"
"Iya!" Seru Obito dengan cengiran lebar, dan kembali mengangguk.
• • •
Kini, kedua lutut, juga siku Obito telah diobati, dan ditempel plester.
Sepeda Obito pun telah selesai diperbaiki, setelah sebelumnya di bawa ke bengkel oleh Itachi.
Di dalam mobil milik Itachi, Obito duduk di jok depan, sebelah pengemudi.
Kedua manik Obito menatap penuh binar ke arah luar jendela.
"Obito suka ujan, tapi Ibu gak suka ujan!"
Itachi yang semula sedang fokus mengemudi pun tersentak, ketika mendengar celetukan Obito.
"Paman.. paman..! Kalau bau tanah basah namanya apa? Bu guru udah pernah kasih tau, tapi Obito lupa.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
FanfictionAksara rinai hujan menitik luka, jatuh semerbak aroma petrichor menggores sendu, dan pilu. ❝Aku harap kau tak pernah lupa pada aroma petrichor dan rinai hujan yang mempertemukan kita. Meski telah menggores sembilu, aku berjanji, kan kuhapus sendu da...