[Petrichor; XII]

1.2K 202 65
                                    

Sasuke duduk di dalam ruang dokter, sembari memandang kertas-kertas hasil pemeriksaan.

Lewat HLA (human leukocyte antigen) tissue typing, sumsum tulang Naruto tak cocok pada calon penerima donor yang tak lain adalah anak kandungnya.

Dan pada hasil pemeriksaannya, sumsum tulang Sasuke lah yang justru cocok pada Obito.

Hasil pemeriksannya menunjukan kecocokan genetika antara donor dan resipien.

Ya, Uchiha Sasuke adalah Ayah biologis Obito.

Uchiha Sasuke adalah orang yang telah menyelamatkan sekaligus merusak hidup Naruto.

Kendati demikian, katakanlah Sasuke bajingan. Sasuke masih tak ingin kehilangan Naruto.

Pun dengan Obito, Sasuke tak ingin kehilangan putra semata wayangnya.

"Jangan berikan hasil pemeriksaan saya pada Naruto. Cukup bilang, sumsum tulang saya cocok. Paham?"

Dokter yang duduk di hadapan Sasuke mengangguk, "Baik, Pak. Tapi sebagai pendonor, Bapak juga perlu mengikuti pemeriksaan kondisi emosional dan psikologis."

"Gak perlu. Saya gak gila."

"Tapi Pak-"

"Kamu mau saya pecat?" Potong Sasuke cepat. Disertai delikan tajam. Membuat si dokter kembali bungkam.

• • •

Tangan Naruto terulur menyentuh kaca penyekat ruang khusus. Air mata masih senantiasa mengalir dari sepasang sapphire-nya yang turun membasahi pipi.

Di dalam ruang khusus ini, Obito terbaring di ranjang pesakitan. Dengan alat bantu pernafasan, alat-alat penunjang medis lain, serta kepala yang dibalut perban.

Wajah putranya terlihat begitu pucat. Tak ada senyum lebar yang biasanya menghias. Tak ada celotehan. Tak ada pekikan kesal. Tak ada celetukan polos.

"Naruto, ini udah malem. Kamu harus makan dulu. Biar pas Obito sembuh, kamu gak gantian sakit.." Ucap Itachi yang baru tiba dengan membawa kotak makanan dan sebotol air mineral.

Naruto menoleh pada Itachi, lalu menggelengkan kepala.

"Sini!" Sasuke merebut kotak makanan dan botol air mineral dari tangan Itachi, kemudian berjalan mendekat pada Naruto.

"Dokter bilang, sumsum tulang saya cocok dengan Obito." Ucap Sasuke, membuat mata Naruto melebar.

"Gi-gimana bisa?"

"Bisa, ayo makan dulu!" Sasuke menyeret tangan Naruto, membawanya pada salah satu kamar rawat yang kosong. Meninggalkan Itachi yang berdiri sembari memijat pangkal hidung frustasi.

'Klek!'

"Kenapa harus dikunci?!" Protes Naruto saat Sasuke mengunci pintu kamar rawat.

"Biar kamu gak kabur." Enteng Sasuke, lalu mendudukan diri di sofa panjang kamar rawat.

"Ini bukan saat yang tepat buat bercanda! Buka pintunya!" Marah Naruto pada Sasuke.

Anaknya sedang terbaring, ada di ambang hidup dan mati. Lalu bisa-bisanya Sasuke menguncinya di kamar rawat?!

"Aku juga khawatir sama Obito. Tapi kalau kamu gak mau makan, aku gak akan bukain pintunya."

Naruto memandang Sasuke dengan gondok.

Rupanya pria ini memang Sasuke yang asli.

Sikap pemaksa dan suka seenaknya persis seperti saat dulu dirinya masih kecil.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang