Selesai dengan segala urusan pekerjaan dan tumpukan dokumen, Sasuke bergegas menuju kamar rawat putranya.
Kemeja biru tua Sasuke digulung sampai siku, dasi-nya telah tanggal, pun dengan dua kancing teratas kemejanya.
'Klek!'
Sasuke membuka pintu kamar rawat, yang langsung disambut dengan senyum hangat Naruto.
"Selamat datang, Ayah!" Sapa Naruto, lalu mengambil jas yang semula ditenteng Sasuke.
'Cup!'
Sasuke membalas sapaan Naruto dengan kecupan singkat di kening dan bibir.
"WLEEEK!" Obito yang menyaksikan kelakuan kedua orangtuanya membuat gestur pura-pura muntah.
"Tsk! Mandi kamu marmut!" Sasuke melangkah mendekati ranjang rawat Obito.
"Obito mandi abis Tayo!"
Dahi Sasuke mengernyit bingung, "Tayo?"
"Itu Tayo! Si bis kecil yang ramah!" Sahut Naruto sambil menunjuk layar televisi.
"Kamu juga ikutan nonton?" Heran Sasuke pada Naruto.
"Hehehe.." Naruto tertawa garing.
"Ha-ah!" Sasuke berkacak pinggang menyaksikan tingkah keduanya.
"Ini udah jam satu siang. Tiga puluh menit lagi jadwal Obito fisioterapi."
Naruto melirik jam dinding, "Ah, iya Obito. Sekarang udah jam satu. Sana kamu mandi sama Ayah!"
Obito merengut tak suka. Pantas saja sewaktu infusnya habis beberapa jam yang lalu, suster dan dokter tidak mengganti infusnya dengan yang baru.
Obito menatap Naruto penuh harap, "Obito mandi-nya di lap pake tissue basah aja ya Ibu?"
"Hm.. iy-"
"Gak! Kamu mau jadi marmut beneran mandi pake tissue basah terus?" Potong Sasuke.
Obito celingak-celinguk menatap sekitarnya. "Tapi kan disini gak ada kompor.."
"Kompor buat apa?" Tanya Sasuke.
"Buat rebus air anget!" Jawab Obito yang membuat Sasuke dilanda keheranan.
"Aku kalo di kos biasa rebusin Obito air anget buat mandi." Jelas Naruto yang berdiri di samping Sasuke.
Batin Sasuke mencelos mendengar kalimat yang diucapkan Naruto.
Seumur-umur, Sasuke tak pernah merebus air hangat di kompor untuk mandi.
"Obito.. kalau Obito mau mandi air hangat, disini gak perlu rebus air. Ibu sama Obito gak perlu rebus air lagi." Ucap Sasuke.
"Wah.. gimana caranya Ayah?" Tanya Obito antusias.
"Makannya mandi ya? Ayah gendong. Nanti di kamar mandi Ayah kasih tau caranya." Bujuk Sasuke.
"Iya!" Obito mengangguk bersemangat, "Obito mau digendong belakang ya Ayah?"
"Hn." Sasuke memposisikan dirinya duduk di pinggiran ranjang, memunggungi Obito.
"Sini Ibu bantuin!" Naruto memapah Obito bangun, kemudian membantu Obito menaiki punggung Sasuke.
"Udah!" Lapor Obito yang sudah mengalungkan lengan di leher Sasuke.
"Awas jatoh ya?" Sasuke bangkit berdiri sambil menahan tubuh putranya dalam gendongan.
"Em!" Obito mengangguk.
Naruto yang menyaksikan interaksi keduanya jadi kembali tersenyum. Bahkan setelah keduanya menghilang di balik pintu kamar mandi.
Naruto merasa sangat bersyukur Sasuke bisa menerima putranya dengan begitu baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
FanfictionAksara rinai hujan menitik luka, jatuh semerbak aroma petrichor menggores sendu, dan pilu. ❝Aku harap kau tak pernah lupa pada aroma petrichor dan rinai hujan yang mempertemukan kita. Meski telah menggores sembilu, aku berjanji, kan kuhapus sendu da...