[Petrichor; XVI]

1K 188 65
                                    

"Kenapa ya Pak Direk yang bujangan tajir bisa nikah sama janda anak satu?"

"Dipelet mungkin!"

"Sayang banget sih.. padahal Pak Direk ganteng!"

Di dalam salah satu lift, tiga orang perawat santer membicarakan urusan rumah tangga oranglain, tanpa tahu bahwa yang sedang dijadikan bahan nyinyiran sedang berdiri tepat di belakang mereka.

"Tahu juga gak? Katanya dulu istri Pak Direk kerja jadi tukang cuci piring." Ucap si perawat dengan lipstick maroon.

Perawat bertubuh molek yang berada di tengah pun ikut menyahut, "Gak sepadan banget! Udah cocok dulu Pak Direk mau nikah sama Dokter Sakura! Eh malah jadi nikahnya sama si janda.."

"Makannya hati-hati.. sekarang banyak pelakor! Kasihan gw sama Dokter Sakura!" Sambung perawat yang berkulit sedikit kecoklatan.

Naruto yang berada tepat di belakang mereka pun sontak mengernyitkan dahi.

Naruto memang sudah tak aneh dirinya dijadikan bahan gosip dan gunjingan.

Hanya saja, Naruto memikirkan perkataan mereka yang menyebut nama Dokter Sakura dan gagal menikah.

"Apa maksudnya? Dokter Sakura siapa?" Ceplos Naruto, membuat si ketiga perawat menoleh padanya.

"Ah, Dokter Sakura dulu tunangan Pak Direk. Dia juga calon istrinya."

"Tapi sayang, mereka gagal nikah."

"Iya, Dokter Sakura sampai mengundurkan diri waktu Pak Direk batalin pernikahan, terus bawa anak si janda di rawat di sini!"

"Bukan cuma Anak-nya, Ibu-nya juga ikut! Katanya si Ibu-nya nginep bareng Pak Direk di kamar rawat VIP."

"Dua malem kan?! Gila ya gatel! Belum nikah aja udah-"

"Stop! Terimakasih ya informasinya para perawan yang cantik." Potong Naruto dengan senyum palsunya.

Lalu setelah pintu lift terbuka, Naruto melangkah keluar.

"Oh, iya." Naruto menghentikan langkahnya di ambang pintu.

"Setahu saya, bukan janda-nya loh yang kegatelan sama Pak Direk. Coba deh kalian tanya langsung sama Pak Direk kalian, siapa yang kegatelan duluan." Ucap Naruto yang sudah tak tahan digunjing, sekaligus menekan kata Pak Direk dalam setiap kalimatnya.

Naruto pun kembali melangkah, melenggang pergi meninggalkan ketiga perawat yang sedang saling memaandang di dalam lift.

"Tadi siapa ya?" Tanya perawat ber-lipstick maroon setelah pintu lift kembali tertutup.

Perawat berkulit sedikit kecoklatan menggeleng, "Tapi manis ya? Androgini!"

"Siapa? Laki-laki tadi?" Tanya perawat bertubuh molek.

"Iya!"

"Manis sih.. tapi kok turunnya di lantai sepuluh ya? Bukannya lantai sepuluh itu lantai eksklusif tempat Pak Direk sama anak tirinya dirawat inap?"

"Jangan-jangan tadi istrinya?!"

"Istrinya male pregnant?!"

• • •

"Habis darimana?" Tanya Sasuke pada Naruto yang baru membuka pintu kamar rawat.

"Dari Hongkong!" Sahut Naruto ketus.

Sejujurnya, Naruto masih kesal dengan gunjingan para perawat tadi.

Biar pun beberapa orang menjulukinya malaikat jatuh, faktanya Naruto hanya manusia biasa yang bisa merasakan sakit hati dan tersinggung.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang