[Petrichor ; XIX - 18+]

1.5K 158 32
                                    

'Kriet..!'

Suara derit pintu terdengar ke seluruh penjuru gudang. Sasuke melangkahkan kaki jenjangnya masuk, menghampiri dua lelaki petugas ambulance yang duduk lesehan dengan tangan juga kaki terikat.

"Siapa?" Tanya lelaki berambut cepak dengan mata tertutup bandana.

Tak ada sahutan dari Sasuke.

Sasuke berjongkok di hadapan kedua lelaki tersebut dengan suara gemertak rahangーkebiasaan Sasuke saat menahan emosi yang terdengar begitu menakutkan.

Sepasang netra onyx Sasuke menyorot dengan begitu tajam. Kemudian, Sasuke membuka pisau lipat ditangannya, dan menempelkan ujung pisau tersebut ke sebelah pipi pria berambut cepak.

Nafas si pria berambut cepak pun seketika memburu, keringat dingin mulai turun membasahi dahi-nya.

"Ampun.. ma-maaf.. tolong jangan bunuh saya.." Ucap si pria ketika merasakan perih di pipinya kala ujung pisau mulai menggores.

Itachi yang menyusul masuk pun buru-buru melangkah menghampiri Sasuke, lalu menepuk bahunya dan menggelengkan kepala, memberi isyarat bahwa dirinya tak setuju dengan cara yang dilakukan Sasuke.

"Ha-ah.." Sasuke menghembuskan nafas berat, kemudian menjauhkan pisau lipatnya.

Sasuke ingat, dirinya sudah sepakat tak akan mengotori tangannya sendiri pada Itachi. Juga, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk menjadi sosok Ayah dan suami yang baik, bagi Obito dan Naruto.

Sasuke mengusap rambutnya kebelakang, berusaha meredamkan emosinya.

"Kalau kalian gak mau saya bunuh, tolong jawab pertanyaan saya." Sasuke menatap bergantian dua lelaki di hadapannya.

"Siapa yang suruh kalian bawa anak lelaki korban kecelakaan ke klinik kecil?" Tanya Sasuke.

"Maaf, Pak. Kami dilarang membocorkan informasi." Sahut si pria berkulit gelap dengan mata yang juga tertutup bandana hitam.

Sasuke mendengus, "Jadi kalian mau saya bunuh?"

"Ampun, Pak. Tolong jangan.." Ucap si pria berkulit gelap.

"Siapa nama kamu?" Tanya suara berat Sasuke.

"Hi-hide.."

"Hide, siapa bos kamu?"

"............."

'Plak!'

Tamparan kasar Sasuke kenakan pada pipi kanan Hide, hingga Hide sempat terhuyung dan sudut bibirnya lecet.

Lalu Sasuke menarik surai kecoklatan milik Hide, "Sekali lagi saya tanya.. siapa bos kamu?"

"Ka-kalau saya buka suara.. bos saya bilang keluarga saya yang nantinya akan dia habisi..." Jawab Hide dengan nafas tersengal.

"Huft!" Sasuke kembali menghela nafas, lalu melepaskan jambakannya dari surai Hide.

"Beritahu saya dimana keluarga kamu tinggal, nanti saya yang akan jamin keselamatan keluarga kamu!" Ucap Sasuke sambil masih menatap tajam Hide.

"Saya juga akan kasih kamu imbalan tiga kali lipat dari apa yang bos kamu kasih, kalau kamu mau buka suara." Lanjut Sasuke.

Hide yang sejujurnya membutuhkan uang untuk biaya pengobatan anaknya pun pada akhirnya menggangguk, menyetujui kesepakatannya dengan Sasuke. Sebab Hide juga berpikir, dirinya tak akan bisa selamat jika terus-menerus memilih bungkam.

"Tapi sebelum saya buka suara, boleh saya bertanya sesuatu?"

Sasuke melirik Hide dengan dahi mengeryit, "Apa?"

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang