Pagi ini, Naruto terbangun dengan peluh membasahi kening, dan sekujur tubuhnya.
Di luar sana, hujan masih merintik, dengan semerbak aroma petrichor tercium di hidung bangir Naruto.
Seperti luka yang terus berbekas,
Semenjak kejadian itu, Naruto selalu merasa sesak, acap kali mencium aroma petrichor.
Naruto mendekap tubuh Obito, lalu mencium dalam kening-nya.
Berusaha menghilangkan rasa kalut, dan sesak yang menggerogotinya.
"Ibu.." Panggil Obito dengan suara serak.
Rupanya tidur Obito terganggu.
Naruto pun buru-buru mengusap air mata yang menggenang di pelupuk, sebelum Obito melihat-nya.
"Udah pagi ya Bu?" Tanya Obito sambil mendongak menatap Naruto.
Naruto mengangguk, lalu tangannya bergerak mengusap surai jabrik Obito. "Di luar hujan, dingin. Obito mandi air anget aja ya? Nanti Ibu rebusin.."
Obito menggangguk, lalu kembali memeluk bantal guling.
Senyum samar terlukis di bibir plum Naruto, kemudian Naruto bangkit dari atas kasur, dan berjalan ke arah kompor.
Sejujurnya, seringkali Naruto membatin ketika melihat wajah Obito.
Putranya tampan sekali, jadi, apakah wajah dari Ayah bilologis Obito juga tampan?
Surai hitam, bola mata hitam, bibir tipis, hidung bangir, dan perawakan tubuh tinggi.
Entah mengapa, kadang kala Obito mengingatkan Naruto pada 'Sasuke'.
• • •
Mayoritas dari para pekerja dan pelajar akan mendapatkan jatah libur dua hari, yaitu, sabtu dan minggu.
Namun, itu tak berlaku di sekolah dasar swasta tempat Obito menimba ilmu.
Sekolah Obito hanya libur di hari minggu.
Dan pagi tadi, Obito berangkat ke sekolah bersama Naruto, diantar menggunakan angkutan umum.
Naruto melarang Obito berangkat ke sekolah dengan menggoes sepeda, sebab hujan rintik belum kunjung berhenti.
Lalu setelah mengantar Obito, Naruto bergegas ke kedai ramen tempat-nya bekerja.
Detik berganti menit, menit berganti jam.
Kini waktu telah menunjukan pukul sebelas siang.
Kedai ramen semakin dipadati pengunjung.
Terlebih di hari sabtu seperti sekarang, pesanan ramen membludak.
Di bagian dishwaser, terlihat beberapa kali Naruto menyeka keringatnya.
Naruto pontang-panting, sibuk membawa, dan mencuci mangkok-mangkok kotor.
Pasalnya, selain ini adalah weekend, salah satu teman Naruto yang juga bekerja sebagai dishwaser pun tak masuk.
Naruto benar-benar sibuk, hingga dirinya lupa bahwa hari ini ada janji makan siang bersama.
Kemarin, sebelum Itachi pulang dari tempat kos, Obito merengek ingin makan siang bersama 'Ayah' dan Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
FanfictionAksara rinai hujan menitik luka, jatuh semerbak aroma petrichor menggores sendu, dan pilu. ❝Aku harap kau tak pernah lupa pada aroma petrichor dan rinai hujan yang mempertemukan kita. Meski telah menggores sembilu, aku berjanji, kan kuhapus sendu da...