Naruto tersentak kaget saat tubuhnya dipeluk dari belakang, lalu tengkuk lehernya dikecup hingga meremang.
"Kamu masih belum terbiasa aja kalau dipeluk dari belakang." Ucap Sasuke sambil mengelus lembut perut buncit Naruto.
Bukannya Naruto tidak terbiasa, tapi trauma itu masih ada. Saat dipeluk dari arah belakang, kenangan buruknya langsung menyeruak tanpa diminta.
Setiap orang bisa berdamai dengan lukanya, tapi tidak semua orang bisa sembuh dari traumanya.
Dengan tangan gemetar, Naruto berusaha menyingkirkan lengan Sasuke yang memeluknya.
"Aku mau istirahat dulu Sasuke.." Naruto balik badan, menatap Sasuke yang berdiri menjulang di hadapannya. Kepala Naruto pening, tapi bukan karena angin malam yang berhembus dari jendela kamar yang terbuka.
"Mau aku buatin susu hangat?" Tawar Sasuke.
"Nanti aja, biar aku buat sendiri." Tolak Naruto halus. "Mending kamu mandi dulu.. kamu bau habis pulang kerja!"
"Hn."
Sasuke menyempatkan diri mengecup sekilas kening Naruto, sebelum menghilang dibalik pintu kamar mandi.
Naruto melirik jam nakas di kamarnya yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Semoga saja Sasuke tidak lupa mandi menggunakan air hangat untuk menjaga kondisi fisiknya. Sebab dari hari ini sampai dua minggu ke depan, Sasuke akan terus-terusan lembur mengerjakan segala macam dokumen dan menghadiri rapat-rapat di rumah sakit, untuk persiapan cuti menemaninya melahirkan.
Naruto menutup jendela kamarnya, lalu membaringkan diri di kasur king size-nya dan Sasuke.
Kepala Naruto masih terasa pening, jadi jari Naruto bergerak memijat pelipis dan pangkal hidungnya bergantian.
Drrrt! Drrtt!
Naruto melirik ponsel Sasuke yang bergetar di atas nakas. Lalu tangannya terulur mengambil ponsel hitam milik suaminya tersebut.
"Shisui?" Gumam Naruto saat membaca nama pemanggil yang tertera di layar. Kakak sepupu yang merangkap jadi wakil direktur pelayanan medis di rumah sakit ini kalau sudah menelefon pasti tentang masalah pekerjaan di rumah sakit.
Naruto melirik ke arah pintu kamar mandi, suara gemericik shower masih terdengar.
Naruto khawatir Shisui menelefon karena ada sesuatu yang penting untuk disampaikan. Jadi, Naruto memilih untuk mengangkat panggilan dari Shisui.
"Halo, Sas. Bisa tolong scan dokumen hasil rapat kemarin?" Suara Shisui mengalun dari sebrang panggilan tanpa perlu basa-basi. Tipikal keluarga Uchiha yang sudah Naruto hafal di luar kepala.
"Halo, Kak Shisui. Ini Naruto. Sasuke-nya lagi mandi.."
"Oh, Naruto. Sasuke kira-kira masih lama nggak di kamar mandi?"
"Baru juga masuk kamar mandi beberapa menit lalu. Ada perlu penting ya Kak? Mau aku gedor pintu kamar mandi Sasuke?"
"Hm.. ga usah digedor deh Nar."
"Dokumennya pasti penting kan Kak? Mau aku bantu cariin?"
"Gapapa Nar?"
"Gapapa lah.. dokumennya yang kaya gimana?"
"Di bagian depan dokumen ada tulisan 'Perumusan kebijakan teknis di bidang administrasi, medis dan keperawatan.' Nar. Warna map-nya biru."
"Ooh.. kalau gak salah kemarin aku liat Sasuke masukin map biru itu ke laci paling bawah nakas. Nanti aku cariin, kalau udah ketemu, aku telefon balik Kak Shisui, atau kalau Sasuke udah selesai mandi aku suruh dia scan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor
FanfictionAksara rinai hujan menitik luka, jatuh semerbak aroma petrichor menggores sendu, dan pilu. ❝Aku harap kau tak pernah lupa pada aroma petrichor dan rinai hujan yang mempertemukan kita. Meski telah menggores sembilu, aku berjanji, kan kuhapus sendu da...