Aku ingin bersikap egois Dinda. Biarkan Anna meyakini bahwa Ayahnya sangat mencintai diriku.
-Anisa Putri Keyrin-
---
Ponsel yang masih ia pegang mulai Dinda genggam dengan erat. Terdiam ia duduk di sofa memperhatikan pintu yang masih tertutup. Sekarang pukul sembilan malam, suami yang masih sibuk bekerja, Allara asik belajar dan mertuanya tengah tertidur.
Sedangkan Darrel, putra yang ia khawatirkan belum kembali semenjak tadi pagi sudah cukup membuat perasaan Dinda mulai tak tenang. Getaran kian hebat mengurung kala Darrel menyebutkan nama taman dekat dari rumah Anisa, taman yang pernah menjadi saksi, sedih maupun bahagianya.
Perlahan Dinda mengangkat benda pipih itu untuk mencari nama Anisa di dalam, mungkin akan banyak hal yang ingin ia sampaikan, banyak kisah yang akan ia ceritakan. Beberapa detik berlalu.
"Hallo, assalamualaikum Dinda."
"Waalaikumsalam Sa. Maaf, aku mengganggu kamu malam-malam begini."
"Enggak Din, kamu gak mengganggu kok, kebetulan aku lagi menemani Anna belajar. Ada apa?"
Dinda terdiam, ia ragu membahas tentang Darrel dan Anna yang mungkin bersikap biasa saja, tetapi, semakin lama tersimpan akan semakin memperkeruh pikirannya.
"Dinda. Kamu masih di sana?"
"Aku masih di sini Nisa. Ada... Ada beberapa hal yang akan aku bahas sama kamu, ini tentang Darrel dan Anna," ucap Dinda pelan.
"Tunggu sebentar. Ada apa Dinda?"
"Kamu masih bersama Anna?"
"Aku baru saja keluar dari kamar Anna Din, sekarang aku sedang berada di kamarku sendiri. Kamu boleh cerita sama aku, apa yang terjadi antara Darrel dan Anna?"
"Bukankah kita sudah sangat keterlaluan Nisa, menyembunyikan tentang mereka sampai sejauh ini. Bagaimana jika nanti Darrel mengetahui segalanya. Apa yang ada di pikiran putraku?"
Darah Anisa berdesir sangat hebat saat pertanyaan Dinda mulai mengusik. Terjatuh tubuh lemah itu di atas ranjang dengan segala gundah menyelimuti. Saat napas berat mulai keluar, Nisa menjawab.
"Lalu, apa kita akan memberitahukan kepada anak-anak bahwa mereka memiliki satu Ayah, tetapi dua Ibu? Bagaimana mungkin Anna akan baik-baik saja Din, disaat ia meyakini bahwa sang Ayah sesosok lelaki sejati dan begitu ia kagumi mendengar satu kenyataan yang pastinya akan sangat menyakitkan untuk putriku," jawab Nisa memelan. Hatinya remuk redam kala Anna selalu menyebut sang Ayah pahlawan. Ayah yang teramat mencintai Bundanya. Kenyataan lain, pasti akan meruntuhkan dunia Anna.
"Mas Adnan juga butuh pengakuan Nisa, meskipun ia telah tenang di alam sana. Tetapi, kepergian dirinya sungguh sangat tidak adil."
"Aku ingin bersikap egois sekali ini saja Dinda."
"Apa maksud kamu?"
"Biarkan Anna meyakini bahwa Ayahnya sangat mencintaiku. Anna tak sekuat diriku Dinda, dan jika kita memberitahukan segalanya, akan bertambah tak adil untuk Mas Adnan, dia pasti akan dibenci putra dan putrinya dalam waktu yang sama."
"Tapi sampai kapan? Mereka bertemu setiap hari, dan Darrel selalu menyebutkan nama Anna dengan gurat yang berbeda. Apa kamu tahu kalimat yang aku dengar hari ini dari Darrel? Dia membawa Alice ke taman yang selalu ia habiskan bersama Anna waktu kecil. Ingatkah kamu dengan kata-kata yang pernah Darrel tekankan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Darrel [END]
Teen Fiction[Squel IKHLAS] "Di saat aku meyakini kamu sebagai penyembuh. Dan sekarang berakhir menjadi penyebab luka, aku bisa apa?" ••• Jika semesta terus saja bercanda. Semua seperti terulang. Darrel Atmaja Aditama, apa yang harus ia lakukan ketika berada di...