Saat gadis seceria Alice terdiam. Dunia Darrel terhenti.
-Darrel Atmaja Aditama-
Darrel bergegas mengejar setelah motor sportnya terparkir. Langkah semakin ia percepat tatkala menatap Alice yang terduduk di temani Bima yang berdiri di sampingnya.
"Al," panggil Darrel, ia menjatuhkan tubuhnya dan duduk di samping Alice, gadis itu melihat Darrel dengan tatapan amat sayu.
"Kamu udah datang?"
Darrel mengangguk, ia melihat Bima yang terdiam sembari mengembuskan napas gusar. "Lo bawa motor gue ya Bim, gue sama Alice pulang pake taxi_"
"Nggak!" Alice meraih lengan Darrel lalu ia genggam cukup kuat. "Aku gak mau naik taxi Rel, aku mau naik motor kamu. Boleh ya?"
"Boleh," Darrel mengangkat jemarinya untuk merapikan surai panjang yang hampir menutupi wajah Alice. Di sana, lebam kebiruan yang melingkar di leher Alice membuat mata Darrel terbelalak sempurna. "Ini!" tebaknya. Netra itu terangkat, menelisik gurat cemas dari wajah Bima, tangan yang ia lipat. Terlepas.
"Leher lo kenapa?" panik Bima yang mulai melangkah dan berdiri di hadapan Alice.
"Al!" Alice menutupi lehernya, napas gadis itu memburu.
"Aku gak papa."
Darrel tertegun beberapa detik. Ia raih lengan Alice lalu mendekapnya begitu erat, menepuk punggung Alice menenangkan, sesekali mengusap surai panjang yang selalu ia gerai.
"Maaf," satu kata yang bisa di lontarkan oleh Darrel. Ia tahu ini salah, ia tahu ini tak seharusnya Darrel ucapkan, setidaknya dengan maaf Darrel menyadari satu kesalahan yang tak ingin ia ulang.
"Kita mau mau kemana?" tawar Darrel yang masih memeluk gadis itu. Alice bergeming. "Taman?"
"Iya," ber-iringan dengan anggukan, Alice menjawab, dan pelukan Darrel terlepas.
"Yaudah, kita berangkat sekarang ya?" Darrel menelisik wajah Bima yang sedari tadi tampak kusam. Lusuh, lebih tepatnya sedikit geram. Ia mendengus dengan tangan terlipat.
"Kurang hajar banget sih kalian! Nyuruh gue kesini cuma buat ngeliatin pemandangan menjijikan ini," cerocos Bima tak suka. Alice berdiri, ia merangkul tubuh Bima yang masih tegak.
"Makasih ya Bim. Lo ada saat gue butuh."
Bima menelan ludahnya susah payah. Untuk pertama kali Alice mengatakan terima kasih. Bima mengangkat jemari dan menempelkan punggung tangannya di kening gadis itu.
"Lo gak sakit," jawab Bima, Alice tersenyum.
"Gue baik-baik aja. Gak usah takut."
-DARREL-
"Sepi Rel."
Darrel berhenti untuk mempersilahkan Alice duduk di baku kayu tepat di depannya bunga. Hanya ada beberapa orang di taman kecil itu, jelas berbeda saat terakhir kali ia bermain ke sini.
Darrel berjongkok untuk mengikat tali sepatu yang copot akibat pelarian tadi, membisu, hening. Karena itulah Darrel menghentikan aktivitasnya.
Kenapa berbeda sekali. Biasanya, saat Darrel menunduk dan menampakan surainya, Alice selalu mengacak bahkan meniup sangking suka dengan rambut lelaki itu. Kali ini, saat gadis seceria Alice terdiam. Dunia Darrel terhenti.
"Al," panggil Darrel kala ia mengangkat wajah. Melihat Alice yang baru saja teralih ketika Darrel memanggilnya, ia tersenyum lalu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Darrel [END]
Ficção Adolescente[Squel IKHLAS] "Di saat aku meyakini kamu sebagai penyembuh. Dan sekarang berakhir menjadi penyebab luka, aku bisa apa?" ••• Jika semesta terus saja bercanda. Semua seperti terulang. Darrel Atmaja Aditama, apa yang harus ia lakukan ketika berada di...