Kehidupan saat beranjak dewasa sungguh menyesakkan. Angkat wajahmu dan tatap dunia kejam itu, katakan. Kamu baik-baik saja!
-Alice Freya Afras-
"Din."
"Gal," beranjak Adinda mendekat. Sedari tadi ia berputar-putar di ruang depan, perasaannya tak tenang dan Darrel belum juga kembali.
"Ada apa?"
"Darrel," ucapnya pelan.
"Kenapa?" Regal mendekatkan diri, bersitatap mereka tanpa kata. "Apa yang terjadi, Din? Ada apa dengan Darrel?"
"Dia tahu kalau aku bertemu dengan Alice."
"Kita berbicara di dalam," ujar Regal. Adinda mengangguk.
Adinda terdiam saat duduk di sisi ranjang. Menunduk menahan kepedihan tak berujung.
"Aku kira telah melakukan hal yang benar. Nyatanya masih salah."
Perlahan, lelaki itu mendekat. Ia dekap bahu Adinda dan menyandarkan kepala istrinya di dada, Regal usap kepala yang masih tertutup hijab itu pelan demi pelan. Menenangkan.
"Kenapa kamu bertemu Alice, Din? Apa yang kalian bicarakan? Dan kenapa aku tak tahu?"
"Maaf Gal. Aku bertindak lagi sendirian tanpa izin dari kamu."
"Din_"
"Aku memberitahukan Alice segalanya. Tentang kebenaran Darrel dan Anna. Aku mengatakannya kepada Alice."
Dentuman dada Regal mulai berkecamuk, dalam pelukan semakin ia eratkan, Regal bersuara.
"Apa kamu telah siap jika Darrel mengetahui segalanya?"
Adinda mendongak sehingga jemari Regal terjatuh. "Apa maksud kamu, Gal?"
"Alice pasti memberitahukan Darrel."
"Tapi gadis itu sudah berjanji tak akan mengatakan apa pun."
"Zaman sekarang. Jangan terlalu mempercayai seseorang Din, apa lagi dia belum sepenuhnya dewasa, hal seperti ini pasti mudah mereka ingkari."
"Darrel bilang, dia sama sepertiku."
"Kenapa kamu bangga saat kelemahanmu berada dalam diri orang lain?" Adinda terdiam. "Kamu terus menjaga perasaan seseorang sedangkan perasaanmu terbengkalai. Kamu mencoba menyembuhkan luka seseorang, sedangkan lukamu berdarah."
"Tapi ini perasaan dan juga lukaku. Bukan milik orang lain."
"Katakan semuanya, jangan ditutupi lagi. Mungkin sekarang waktunya Darrel tahu tentang dia dan juga kalian."
Satu tetes air bening mengalir di sisi wajah Adinda. Dan dengan cepat Regal berjongkok menjatuhkan lututnya di lantai untuk mengusap tetesan yang ikut menyusul. Ia remat kedua jemari Adinda begitu hangat, ia ciumi dengan jeda yang lama.
"Kamu takut Darrel marah?" Adinda mengangguk. "Dia mungkin akan marah sesaat setelah mendengar semua kebohongan ini. Tetapi dia bisa saja marah selamanya jika terus menyembunyikan segala hal darinya."
"Bagaimana dengan Anisa?"
"Pikirkan dirimu lebih dulu Din. Baru orang lain."
"Bagaimana cara dia menghadapi Anna? Dia tak memiliki siapa-siapa lagi. Berbeda denganku yang bisa kamu tenangkan saat sedih, lalu bagaimana dengan Anisa?"
Regal bangkit dan beranjak duduk di samping Adinda. "Dari awal seharusnya dia menyiapkan diri untuk hal yang akan terjadi. Darrel dan Anna tak mungkin terus kecil, mereka tumbuh dan dewasa bersama. Satu lagi, kebohongan tak akan bisa disembunyikan Din. Lambat laun semuanya pasti menampakan dirinya satu-persatu. Di saat itu terjadi, apa kalian sanggup menghadapi kemarahan yang jauh lebih besar dari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Darrel [END]
Fiksi Remaja[Squel IKHLAS] "Di saat aku meyakini kamu sebagai penyembuh. Dan sekarang berakhir menjadi penyebab luka, aku bisa apa?" ••• Jika semesta terus saja bercanda. Semua seperti terulang. Darrel Atmaja Aditama, apa yang harus ia lakukan ketika berada di...