Kenapa harus menunggu dia untuk melangkah pergi lebih dulu, jika kamu bisa mundur.
-Bima Astro Nadeo-
"Al, kita pulang ya, lo ngapain berdiri di trotoar ini kayak orang linglung."
"Sebentar lagi hujan."
"Al, cerita sama gue, lo kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi di dalam?"
Alice menatap jalanan yang ramai, tanpa kedipan tanpa alihan mata, fokusnya tak terganggu, lurus begitu amat kosong. Jiwanya seolah hilang dari raga, terbuang dan runtuh.
Jemarinya terangkat, ia tatap dan genggam bersama kesakitan, setelah terkepal erat Alice menangis.
"Al," panggil Bima dengan pelan, Alice tak menoleh. "Gue bawa motornya ke sini, tapi lo janji harus ikut pulang ya?"
Hendak melangkah, kaki Bima terhenti saat hujan tiba-tiba berjatuhan sangat deras. Sekali lagi ia meraih lengan Alice namun hasilnya nihil, tak ada pergerakan dan gadis itu masih membisu di tempat.
"Al, pake hoodie gue ya?"
"Gue sudah terlanjur basah Bima, untuk apa lagi gunanya?"
Bima mengabaikan ucapan Alice, ia melepas hoodie yang juga telah basah di badannya lalu ia arahkan kepada Alice.
"Pake."
"Kegedean, gue gak suka."
"Pake Al!" suruh Bima sekali lagi, Alice bergeming.
"Lo yang make sendiri atau gue pakein?"
"Bim, hoodie milik lo juga udah basah kuyup, dan lo nyuruh makenya di bawah hujan deras, percuma aja, kan?"
"Setidaknya ini lebih tebal Al, gue gak mau lo nanti sakit."
Ia mendongak. "Tapi ini udah sakit Bim," kata Alice.
"Apa lo sakit? Di bagian mana? Bilang sama gue?"
"Semuanya," tak berkedip netra sembab itu menatap Bima, tetesan yang terjatuh dari atas bahkan mengujam wajahnya tak membuat Alice memejam, ia tahan segala hal yang datang menyakitinya.
Bima tak bersuara, rasa sesak ia hembuskan dengan kasar, dalam tatapan tak teralih Bima menarik lengan Alice mendekat lalu ia dekap dengan erat, melingkarkan kedua lengan kekar itu di tubuh Alice, menjadi tameng untuk semua kerapuhan gadis yang mungkin tak bisa ia sembuhkan.
"Kenapa lo gak mau cerita lagi sama gue Al? Apa karena gue bukan Darrel? Apa perlu gue menyuruhnya untuk datang ke sini?"
Alice menggeleng dalam pelukan Bima, ia angkat kedua belah tangannya lalu ia lingkarkan di pinggang lelaki itu, menangis ia tanpa suara, lebih tepatnya tak terdengar karena beriringan dengan rintik hujan.
"Kalau gitu gue mohon sama lo, apa pun yang terjadi hari ini di rumah sakit, jangan pernah satupun lo sembunyiin dari gue."
"Apa dia menyakiti lo? Dia memukul lo Al?"
Alice menggeleng.
"Lalu apa?"
"Dia bukan bokap gue Bim. Lelaki itu bukan Papa kandung gue."
"Omong kosong apa yang lo bicarain Al_"
"Dia menjelaskan semuanya sama gue."
"Dan lo percaya gitu aja?"
Alice melepas pelukan Bima lalu mengangguk.
"Al_"
"Kamu ingin mendapatkan kasih sayang dari lelaki yang bukan Papamu! Dia berteriak seperti itu sama gue Bim," ucap Alice lirih. "Seharusnya gue sadar dari awal, tak ada satu Ayahpun di dunia ini membiarkan anak gadisnya berkeliaran begitu saja, ditinggalkan sendirian di dalam rumah bahkan tanpa penjagaan. Tak ada Bim!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Darrel [END]
Teen Fiction[Squel IKHLAS] "Di saat aku meyakini kamu sebagai penyembuh. Dan sekarang berakhir menjadi penyebab luka, aku bisa apa?" ••• Jika semesta terus saja bercanda. Semua seperti terulang. Darrel Atmaja Aditama, apa yang harus ia lakukan ketika berada di...