00.06

68.4K 5.9K 185
                                    

"Lo. Keterlaluan , Ana tuh tulus mau bantuin ngobatin memar Lo itu" ya pemuda itu Rian ,Rian tadi ingin melihat keadaan nesa di UKS tapi belum sampai UKS ia melihat nesa mendorong ana hingga terjatuh.

"Ha" Nesa melongo mendengar itu kata siapa ana tulus mengobati nya lihat balutan ini begitu kencang mencekik pergelangan tangannya.

"Bng Rian hiks n-nesa gak salah aku hiks salah " ucap ana menyenderkan kepalanya ke dada bidang Rian.

Nesa menatap tepat wajah Rian.

Rian pemuda itu membalas tatapan nesa dengan tajam sambil mengelus punggung Ana.

Menghela nafasnya , Nesa berjalan meninggalkan mereka percuma pun kalau di jelasin pasti bang Rian tidak akan percaya lagi pula koridor ini sepi tidak ada siswa siswi yang berlalu lalang "Mau k-"ucapan Rian terpotong oleh bentakan seseorang.

"ANA!"bentakan keras itu menghentikan langkah nesa ia berbalik menatap gadis yang berlari menuju ke arah Nesa.

"Rumi" guman nesa menatap gadis itu ia tidak sendirian ada inti xlion di belakang Rumi kenapa sekarang jadi rame.
Nesa belum sadar jika Rumi sudah berada di depan nya, siap untuk menjambak rambut nesa ,ia inget rumi ini temen nya ana teman terbaik ana yang sikapnya lemah lembut.

"Mampus Lo!" Rumi menjambak kuat rambut Nesa, membuat nesa ditarik kembali dari lamunannya.

"A-apaan sih shht s-sakit"Nesa tidak menyangka perbuatan Rumi. padahal dikehidupan pertama nya Rumi ini lemah lembut tidak seperti ini, sedangkan para cowok-cowok hanya melongo melihat aksi Rumi yang menjambak rambut Nesa tidak berniat melerai bahkan darah segar mengalir dari hidung Nesa.

Menghela nafas panjang ,nesa menarik helaian rambutnya dari tangan Rumi.

Keras.

Entah dari mana Fikri datang(wakil OSIS) langsung mendorong tubuh nesa hingga gadis itu jatuh terduduk.

"Lo cari mati" ucap Fikri dengan suara serak ia sedang menahan amarahnya,
Melihat Fikri marah Rumi pura pura kesakitan ia memeluk tubuh Fikri.

"Sakit RI kepala ku"

Fikri mengelus rambut Rumi"jangan urusin dia lagi ,biar gue aja."

Rumi tersenyum manis "iya, huhuhu, sakit"
Nesa? Ia masih di bawah menatap muak mereka tidak ada yang berniat menolong dirinya padahal kondisinya di sini nesa yang paling parah rambutnya yang kusut , hidungnya yang mengeluarkan darah, pergelangan tangannya yang terdapat balutan terlepas entah kemana.

Nesa menatap bng Rian oh jangan lupa kan ana yang berada di pelukannya, Fikri yang menatapnya tajam dengan Rumi yang dipeluknya, Johannes Baron Wiwin Bayu hanya menatapnya saja.

"Mau kemana Lo"

Nesa melirik Rian, tatapan kecewa sakit berada di sana"pulang capek"lirihnya.

Tatapan itu terasa ganjil Dimata Rian.

Sangat ganjil hingga membuatnya merasa tidak enak.

Padahal nesa mulai membuka hati untuk Rian tapi saya sudahlah
Mulai hari ini tidak usah lagi berharap kepada manusia.

Menyakitkan.

Bener bener memuakkan
Nesa bener bener kecewa, lebih baik di berbalik dan pulang ke rumah untuk tidur.

"Loh nona muda sudah pulang" tanya pelayan lalu membukan pintu masuk , nesa hanya tersenyum tipis lalu memasuki rumahnya.

"Nona muda tidak papa? ,wajah Anda pucet dan a-ada noda darah di baju nona"pelayan itu mengekor kepada nesa yang sedang melangkah menuju kamarnya dia butuh tidur.

NitrogenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang