00.20

35.1K 2.6K 58
                                    

Hembusan angin menerpa tubuhnya, mengerakkan beberapa helai rambut pendek itu. Sorot mata gadis cantik berambut pendek itu tertuju pada area sirkuit Eklios.

"Sedang ada masalah Elia?" Tanya Pemuda tampan yang memakai baju hitam dibalut jaket kulit serta celana Levis hitam.

Gadis cantik yang dipanggil Elia itu melirik sebentar ke arah pemuda itu lalu mengeleng, setiap Elin kesini dipastikan pemuda tampan ini akan selalu menempelinya, kedua orang ini seperti perangko.

"Elia sedang datang bulan?" Tanya pemuda itu lagi, ia terus mentap Elin dengan lekat seakan akan bila ia berkedip maka gadis cantik ini akan menghilang.

"Urus saja sirkuit mu Genta!" Elin sedikit menaiki satu oktaf suaranya, wanita mana yang tidak risih dengan pernyataan yang diberikan oleh seorang Genta buana Paramita. Pemilik sirkuit terbesar di dunia.

"Apa itu soal pacar mu lagi?" Tanya Genta sambil menyodorkan satu puntung rokok kepada Elin.

Elin menghela nafasnya, ia benar-benar tidak bisa melawan Genta, pemuda tampan yang sayangnya memiliki jiwa kepo yang terlalu tinggi.

"Haruskah aku membunuh Ayahnya? Dia berani melukai pacarku." Elin menerima pemberian Genta ia benar-benar membutuhkan benda seperti ini untuk menghilangkan beban pikiran, lalu Elin mengisap sebatang rokok itu yang diapit di kedua jarinya.

"Kau sangat mencintainya?" Tanya Genta memalingkan wajahnya dari wajah cantik milik Elin. Memandang lurus kedepan melihat berbagai macam jenis mobil sport berbaris rapi.

Elin menganguk pasti "Tentu saja, dia kan pacarku"

"Pacaran kok tidak saling terbuka. sama-sama menyembunyikan jati diri sendiri." Ucap Genta sambil melambaikan tangannya untuk memanggil salah satu pelayan.

Elin tertawa lepas mendengar ucapan Genta,  Genta Benar.  jadi selama ini mereka apa?

"Teruslah tertawa Elin." Guman Genta, Suara tawa Elin masuk dengan merdu ketelinga Genta membuat Genta tidak bisa memalingkan wajahnya dari wajah cantik itu.

"Makan Elin" Genta menyodorkan nampan berisi makanan dan minuman yang diberikan oleh pelayan tadi. Dia tau Elin pasti belum makan dari tadi.

"Suapin" ucap Elin tersenyum kecil kepada Genta, walupun menyebalkan pemuda ini selalu saja tau apa yang ia inginkan.
Genta tersenyum kepada Elin, ini yang ia sukai dari Elin. Sifat manjanya.

"Sini." Genta dengan senang hati menarik kursi yang diduduki oleh Elin supaya mendekat ke dirinya.

"Buka mulutnya" Titah Genta membuat Elin membuka mulutnya.

"Enak?" Tanya Genta mengusap lembut pipi chubby Elin.

Dengan semangat Elin mengangukan kepalnya lalu mengangkat kedua jempolnya.

"Good girl" Ucap Genta sambil menepuk nepuk kepala Elin. Mengemaskan.
Tak terasa waktu cepat berlalu, sudah selesai menghabiskan makanannya Elin tertidur di pangkuan Genta.

"Dicariin dari tadi, rupanya lagi mojok berdua sama Queen" ucap seorang pemuda yang datang menghampiri Genta dan Elin.

"Kecilkan suaramu Ferdi" Genta melirik sebentar ke arah Ferdi lalu kembali mengusap lembut rambut Elin.

"Maaf maaf. Noh tuh si monyet ngulah" ucap Ferdi menunjuk ke arah kerumunan, Ferdi juga sempat sempatnya sedikit melirik ke arah Elin yang sedang tertidur pulas.

Genta hanya menganggukkan kepalanya lalu dengan perlahan lahan mengangkat tubuh kecil Elin.

"Queen suka tidur" ucap Ferdi.

NitrogenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang