Ikhlas untuk melepaskan

254 133 68
                                    

Malam ini terasa sangat menyedihkan , Reygan masih membiarkan air matanya jatuh membasahi figura foto bapak tanpa berniat untuk mengusapnya. Untuk menghilangkan sesak yang masih bersarang di dalam hatinya, kepergian bapak adalah hal yang sangat mengejutkan karena ia tidak pernah menyangka kalau bapak akan pergi secepat ini.

Saat Reygan masih menumpahkan tangisnya, bg Pipin masuk dengan bg Ari, Satrya, Ical dan Rayhan. Mereka tidak menyangka seorang Reygan yang biasanya paling humoris bisa sehancur ini.

"Bang Rey" tidak ada yang ingin mengeluarkan sepatah katapun mereka, yang mereka lakukan hanya lah memeluk satu sama lain untuk saling menguatkan. Hanya itu yang bisa mereka lakukan.

Setelah tangis mereka mulai mereda.
Barulah bang Pipin mengatakan kata yang sedari tadi ingin ia utarakan.

" kita harus kuat ya, kita harus ikhlas jangan nangis lagi ya bapak gak suka kalau anak-anaknya nangis."
Hanya itu yang dapat bang Pipin sampaikan. Sedangkan di kamar yang lain, kamar mas Al mendengar suara tangis itu terdengar seperti alunan lagu yang sangat menyedihkan, yang ia lakukan hanyalah duduk di lantai yang dingin dengan tangis yang tidak berhenti untuk mengalir.

"Pak, Al kangen pak.."

Di tempat yang lain di kamar mama, hanya terdengar tangis dari anak-anaknya, mama sudah tidak lagi menangis walaupun hatinya masih terasa sesak, yang mama lakukan hanyalah memeluk baju bapak dengan begitu erat seolah mama sedang memeluk tubuh bapak, walaupun rasanya sangat berbeda. Mama masih tidak menyangka kalau bapak akan pergi meninggalkannya.

Malam ini semuanya memilih untuk menumpahkan semua sesak dalam hati, berharap hari esok akan lebih baik walaupun tidak akan seperti biasanya.

***
Pagi ini suasana rumah mulai terasa sepi, hanya ada keheningan yang melanda di meja makan, karena mereka sibuk tengelam dalam pikiran masing-masing.

Melihat suasana yang begitu hening, akhirnya Reygan memutuskan buat membuka suara.

"Mama tahu gak kalau si Rayhan suka ngomong sama pohon ma" Reygan bicara untuk menghempaskan suasana yang hening walaupun di hatinya masih terasa sesak.

Mama yang mendengar Reygan bicara berusaha untuk menjawab seperti biasanya seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

"Apa bang? Rayhan ngomong sama pohon?"

"Iya ma, terus Abang tanyakan Ray kamu lagi ngapain? Terus mama tau apa jawabnya?"

"Apa katanya bang?" Mama bertanya dengan penasaran

"Katanya, ini bang pohonnya lagi curhat katanya badanku sakit karena di gigitin semut, semutnya jahat ya bang dia gak berperi kepohonan." Itu ma jawabnya.

Mendengar jawan Rey semuanya sontak tertawa, tapi tidak dengan Rayhan ia sekarang menutup wajahnya karena ia malu dengan apa yang dikatakan oleh Reygan.

Setidaknya mereka bisa melupakan semuanya walau hanya sebentar. Selesai sarapan semuanya melakukan kegiatan untuk melupakan sesak yang masih melanda di hati, sekarang mereka tidak ada yang menganggap kalau bapak telah meninggal mereka hanya menganggap kalau bapak hanya pergi merantau yang tak akan pernah kembali lagi.

***

Sore ini Reygan duduk di teras dengan bang Ri dan bang Pipin yang di temani secangkir kopi dan gorengan yang dimasak oleh mas Al.

"Terkadang kita harus merasakan kehilangan untuk merasakan arti sebuah kehadiran, ternyata hidup itu memang penuh misteri yang tidak pernah kita duga sebelumnya" bang Ari memulai pembicaraan di sore hari ini.

"Mulai sekarang kita harus bisa untuk mengikhlaskan kepergian bapak, walau itu terasa sangat menyakitkan, kita tidak boleh egois, kita harus kuat untuk bisa menguatkan semuanya."

Reygan hanya diam mendengarkan semua kata-kata dari bang Ari, bang Ari memang benar kita harus kuat untuk menguatkan semuanya.

"Rencana abg, selanjutnya apa bg? Reygan bertanya kepada bang Pipin yang sedari tadi hanya diam mendengarkan pembicaraan antara kedua adiknya.

"Abang memutuskan buat berhenti kerja, Abang ingin jaga mama dan kalian di sini, Abang nanti akan jaga Restoran aja dulu buat bantu mama" bang Pipin menjawab sembari menyesap sebatang rokok yang ada di tangannya.

"Abang dari kapan merokok bang?"

"Dari tadi malam Rey" memang anak-anak bapak itu tidak ada yang pernah merokok, mungkin bang Pipin memilih untuk merokok untuk menenangkan hatinya.

Percakapan itu terus berlanjut hingga magrib  menjelang. Selesai sholat Maghrib sekarang semuanya sedang duduk bersama di meja makan, walaupun Susananya masih rame tapi hawanya terasa sangat berbeda. Sekarang mama sudah bisa tersenyum walaupun belum seperti semula.

Selesai makan, kini semuanya kecuali mama berkumpul untuk duduk di halaman rumah, hanya ada lagu sedih yang di nyanyikan Reygan, malam ini bintang kembali bercahaya, seolah disana ada wajah bapak yang sedang melihat keluarga yang telah ditinggalkannya.

"Ayah..... Dalam hening sepi ku rindu.." hanya lirik itu yang dapat dinyanyikan oleh Reygan ia tak sanggup untuk melanjutkan liriknya, air matanya kembali jatuh dengan segera ia mengusapnya karena ia tak ingin saudaranya yang lain juga ikut menangis.
****
Kini malam semakin larut tapi Reygan masih enggan untuk menutup matanya karena setiap ia menutup mata yang teringat adalah wajah bapak dan itu membuat Reygan kembali menitikkan air matanya.

"Pak abang butuh bapak, abg kangen bapak"

Menangis tanpa suara adalah hal yang paling menyakitkan, bagi sebagian orang karena hal itu malah semakin menambah sesak yang makin Malanda dalam dada.

______________________________________

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Perpisahan tanpa kata pamit adalah perpisahan yang paling menyakitkan"

"Ikhlas itu bohong yang ada hanya membiasakan diri tanpa kehadiran dia yang telah pergi"

-kami yang masih berduka-

Jangan lupa Vote sama coment ya.

THANKS MY PREN. ❤️

Tahu gak? Vote sama coment kamu itu penting buat aku, jadi jangan pelit ya buat kasih vote dan comentnya. Biar tambah semangat nulisnya.




Dear ReyganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang