Chp. 35

442 89 10
                                    

Di hotel yang ditempati oleh (Name) dan yang lainnya kini tidak terlalu ramai karena para lelaki buaya darat ehh salah. Karena para laki-laki itu sudh tertidur pulas di kamar mereka sendiri.

Yachi sendiri tidak bisa tidur dan masih terjaga sampai sekarang. (Name) yang merasa sesuatu yang ganjal pun akhirnya terbangun. Ia melihat Yachi yang masih bermain phonselnya padahal sekarang sudah pukul 3 dini hari.

"Chi? Kok lo belum tidur, sih."

"Gue gak bisa tidur," ujar Yachi pelan.

Name menghela nafas berat mendengarnya. Ia yakin, Yachi tidak bisa tidur karena kepikiran oleh kejadian yang ada di rumahnya tadi.

"Nggak mau cerita nih sama gue?" tanya Name menatap Yachi yang masih memunggunginya.

Yachi beralih duduk dengan kepalanya yang terus menunduk. Name mengangkat kepala Yachi ke atas agar menatapnya.

"Gue masih nggak habis fikir sama bokap gue sendiri. Kenapa dia setega dan sekasar itu sama gue. Belum lagi kebohongannya tentang perceraian, kenapa mereka harus nikah kalo ujungnya juga bakalan cerai? Kenapa harus ada gue sama Chiya? Gue selalu mikir kalo gue sama Chiya itu bukan anak kandung mereka." Name mendekap tubuh Yachi erat. Kejadian tadi benar-benar meninggalkan trauma besar pada Yachi.

"Fakta pahit apa lagi yang harus gue dapet? Gue capek Name! Hiks... capek.."

"Jangan nangis ya, kasian mata lo. Lo udah kebanyakan nangis tadi. Gue nggak suka liat lo nangis Chi. Jangan nangis lagi ya, lo kuat, lo bisa lewatin ini semua. Lo boleh ngeluh, nggak papa lo capek, tapi lo jangan sampai nyerah ya. I know you can trough all of this." Yachi mengangguk pelan dan tangisannya mulai mereda. Dan karena itu, ia tertidur dalam dekapan Name.

"Perempuan hebat," gumam Name lalu membaringkan Yachi disampingnya.

-+-+-+-+-+-

Pagi harinya, Name terbangun karena phonselnya yang berdering dan tertera kontak Oikawa di sana. Ia pun menggeser ke atas tombol warna hijau itu dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.

"Halo?" ujar Name dengan suara serak bangun tidur

'Bangun, udah pagi. Jangan males-males an kamu.'

"Hmm, kok kamu belum tidur?"

'Abis ngopi sama Semi sama Kuroo tadi. Jadi nggak bisa tidur.'

"Cepetan tidur, packing barang buat kamu kuliah ke Jepang."

'Udah packing, bentar lagi tidur. Kamu mandi sono, bau nya kecium banget ampek sini.'

"Ngadi-ngadi ae lu. 5 menit lagi, bye!" Name mematikan teleponnya sepihak dan turun dari kasurnya dengan lemas.

Yachi yang merasa ada pergerakan di kasur pun terbangun dari tidurnya. Ia menatap Name dengan matanya yang belum terbuka sempurna.

"Lo mau kemana?" tanya Yachi dengan suara seraknya.

"Mau mandi dulu," jawab Name lalu masuk ke dalam kamar mandi.

"Sejak kapan tu anak mau mandi pagi-pagi selain hari sekolah kayak gini." Tak mengindahkan pikirannya itu, ia kembali tidur karena matanya masih mengantuk dan badannya juga terasa pegal semua.

Yachi!!! Sayang!! Udah bangun belum?!!! Ayo bangunn!!!

Yachi yang ingin kembali tidur itu rasanya tak tenang karena teriakan Atsumu dari luar. Lantas ia pun berjalan gontai ke arah pintu dan membukanya. Ia mencium bau khas Atsumu yang sudah melekat pada tubuh pria itu. Sudah mandi toh ternyata.

"Kenapa?" tanya Yachi sambil mengucek matanya.

"Kok belum mandi sih? Masih ngantuk ya?" Yachi hanya mengangguk benar dan menyandarkan kepalanya di dada bidang Atsumu.

THE KADEKARPET✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang