Tubuh Ika semakin lama semakin menyusut. Bisa dibilang tubuhnya hanya tersisa kulit dan tulang. Meskipun dia menjalani perawatan kanker dengan rutin, namun ternyata sel sel itu masih saja aktif.
Ika menjalani kemo dimana Linda bekerja, kadang mereka berangkat bersama.
Jika kondisi tubuh Ika sedikit segar, ia meminta berangkat dengan Linda.
Sambil menunggu jadwal kemo, ia jalan-jalan di sekeliling taman rumah sakit.
Tapi jika Ika malas dan bad mood, dia berangkat sesuai jadwal dan di antar oleh driver.Hari ini jadwal Ika kemo.
"Mas, mbak Ika berangkat kemo sama siapa?" tanya Linda saat dia hanya melihat Arta.
Biasanya tiap pagi, sambil menunggu Linda dan Arta bersiap, Ika sudah duduk di ruang keluarga. Tapi hari ini, Linda tak melihatnya."Aku bingung, Lin. Menjelang subuh, dia baru saja tidur. Semalam dia mual dan muntah-muntah lagi..." ucap Arta sambil menggeser kursi makan. Linda juga melakukan hal yang sama.
Kini hanya Arta dan Linda yang sarapan. Linda tak canggung lagi. Dengan santainya dia meraih piring Arta dan mengambil nasi serta lauk pauk seadanya.
"Kenapa mas nggak panggil aku?" Linda merasa tak enak. Karena di seberang kamarnya ada yang kesakitan, sedangkan dia tidur dengan nyenyak. Rasanya tak adil.
"Ika nggak mau bangunin kamu. Soalnya kamu pulang malam, dan pasti capek." kata Arta dengan mengunyah makanan.
"Nggak papa mas. Kalo kayak gini aku jadi sungkan. Aku ngerasa nggak guna di rumah ini." ucap Linda yang ikut kuatir.
Tidak dapat di pungkiri, sejak Linda dan Ika semakin akrab, Linda merasa ikut bertanggung jawab atas kesehatan Ika."Jadi sekarang gimana Lin? Kemo atau nggak?" tanya Arta yang ikut bingung.
"Lebih baik kemo, mas. Sekarang mbak Ika biar tidur dulu. Kalo uda bangun, biar di anter driver ke rumah sakit."
"Ya uda, gitu aja. Ntar aku yang bilang ke driver."
Setelah sarapan, Linda berpamitan.
"Aku berangkat duluan ya mas." ujar Linda dan mencium tangan suaminya. Tak lupa Arta juga mencium kening Linda. Hal ini seolah menjadi kebiasaan mereka.
Ketika Linda tiba di rumah sakit, dia langsung ke ruangan rekam medis. Linda minta ijin untuk meminjam seluruh hasil resume medis milik Ika.
Dia sempat melihat arloji. Lalu dengan cepat ia berjalan menuju ruangan klinik dokter onkologi. Tampak beberapa pasien yang sudah menunggu panggilan.
Dengan sopan, Linda mengetuk pintu."Iya, masuk!" teriak orang yang di dalam ruangan. Perlahan Linda membuka pintu.
"Belum mulai kan dok?" tanya Linda setelah masuk ruangan.
"Belum. Ada apa Lin?" tanya dokter Irfan ketika melihat Linda memegang berkas di dekapannya.
"Dok, saya mau tanya tentang kondisi teman saya." ujar Linda sambil memberikan berkas ke Irfan.
Tanpa ucap pria yang bernama Irfan, menerima dokumen lalu membukanya.
Linda hanya melihat raut wajah pria yang ada di hadapannya dan berharap mendengar kabar baik."Gimana dok?" tanya Linda dengan lirih. Dia cukup kuatir dengan Ika.
"Aku uda sampaikan ke pasien tentang kondisinya.
Sel nya mengalami metastasis.""Metastasis itu apa dok?"
Irfan menjelaskan tentang proses metastasis itu.
Linda menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan perlahan.
Hatinya terasa ada yang hilang.
Linda yang awalnya hanya sekedar kasian terhadap Ika, tapi saat ini dia benar-benar sayang kepada Ika.
KAMU SEDANG MEMBACA
#3 (Never) Walk Alone=={END}
RomanceCerita ini tentang Arta Laksono. Sepupu Aji (Cinta yang berliku) dan Angga (A Drama). Ini silsilah nya. Jangan tanya silsilah ortunya ya. Emak bingung cari nama. 1. Arta + Akmal 2. Abimana+Amira+Aksa 3. Angga+Arya 4. Aji+Amar 5. Aline+Adila