Bab 14

2.4K 265 40
                                    

Di saat Linda bercerita kepada temannya, Arta juga berkeluh kesah kepada sepupunya. Angga dan Abimana. Mereka sedang berada di kantor Angga.

"Tadi pagi aku tanya ke Jey, ART nya Linda. Jey bilang, saat pertama kali tau Linda hamil, dia terus berucap, aku akan melajang dan terus berjuang." Ucap Arta.

"Kenapa dia ngomong gitu?" Tanya Angga.

"Kata Linda, laki-laki mana yang mau menerima wanita yang uda punya anak?
Linda juga nggak yakin laki-laki lain akan sayang ke anaknya.
Kalo nikah, dia kuatir anaknya akan menyebabkan masalah." Arta berucap lalu menghela nafas.

"Aku jadi merasa bersalah banget.
Aku uda merusak masa depan Linda..." Lanjut Arta dengan mata menerawang, dia benar-benar menyesal.

"Yang uda lewat, ya uda. Sekarang kak Arta mikirin ke depannya ini gimana... " Ujar Angga.

"Poin utamanya, cuma Kak Arta yang bisa nikahin dia." Sahut Abimana.

Arta menggelengkan kepala dan tersenyum.

"Dia beda, Bim. Dia merasa mampu melakukan semuanya sendiri.
Seandainya nggak bisa, dia rela merogoh duit besar buat selesaikan masalahnya."

"Wah! Kalo kayak gitu ya susah kak.... " Kata Angga.

"Susah memang. Dia beneran independen. Dan aku ngerasa aneh."

"Aneh gimana?" Tanya Abim.

"Masak aku pendekatan sama istri ku sendiri? Kan aneh...." Arta menunjukkan wajahnya yang melas.

Angga dan Abimana terkekeh.

"Tapi kayaknya Linda ini orangnya ceplas ceplos, tegas.
Kak Abim ingat waktu kita abis dari diskotik?! Terus kak Arta mabok.
Aku yang denger sindirannya ikut ngeri.... " Lanjut Angga.

"Iya, abis kena sama Linda, kena lagi sama Bunda.... " Lanjut Abimana.

"Kemarin ngomong sama dia panas adem. Beberapa kali aku nggak bisa berkutik. Soalnya yang dia omongin ada benernya.... "

"Jadi kak Arta pendekatannya jangan lewat kata-kata, jangan ngerayu dia.
Ntar kena skakmat, malah kacau. Mending lewat cara lainnya... " Angga memberi saran.

"Makanya itu, aku bingung. Aku pengen memperbaiki hubungan, tapi dia kayak singa....."

Lagi-lagi Angga dan Abim tertawa, karena Arta menggambarkan Linda seperti singa.

"Nggak usah bingung. Dekati Linda sesuai naluri kak Arta sendiri. Apalagi Linda hamil, pasti kak Arta seneng banget kan?" Kata Abimana.

"Sejak Ika meninggal, aku ngerasa, aku ini hidup untuk siapa...
Kayak nggak ada tujuan, Bim....Males gitu...
Apalagi abis buat kesalahan ke Linda, makin seperti orang tolol dan bego. Aku pengen berhentikan jantungku.
Malu...rasanya pengen mati aja...
Tapi.... Sejak tau Linda hamil, di hati ini kayak ada yang beda.
Gimana ya rasanya?
Seneng, bangga, penasaran...." Arta berucap dengan wajah yang berseri.

"Sekarang kak Arta tidur di rumah Linda, jadi uda bisa ngilangin Ika?" Tanya Angga.

"Belum lah. Ika nggak terlupakan.
Aku nginep di sana, soalnya aku harus melindungi dia, di dalam perutnya ada anakk..." Arta berkata dengan tersenyum. Ada binar bahagia dimatanya.

"Kak Arta uda tau gimana perkembangan anaknya?" Tanya Abim.

"Belum. Sebenarnya pengen tau banget. Tapi hasil USG nya nggak di bawa pulang.
Di simpan di kantor Linda.
Nanti pulang kerja mau di bawa.
Aku nggak mau maksa dia, ntar aku di usir dari rumah..." Ucap Arta dengan nada kecewa.

#3 (Never) Walk Alone=={END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang