Bab 12

2K 252 36
                                    

"Gimana ini, Nggi?" tanya Linda dengan nada melas. Begitu juga dengan wajahnya.

Setelah diperiksa oleh Anggi, yang seorang bidan, Linda memang benar hamil. Kandungannya sudah berusia 8 Minggu.

"Ya nggak tau. Kan kalian yang berbuat, kok tanya ke aku?" jawab Anggi dengan ketus, dia agak sewot dengan Linda yang memaksanya untuk memeriksa. Sebenarnya ia ingin pulang cepat, tapi gagal.

"Katanya selesai.....tapi ternyata malah nyimpen spermanya Arta." lanjutnya yang masih meluapkan kekesalan kepada Linda.

Linda menyebikkan bibirnya.

"Sahabat nggak guna. Minta saran, malah di olokin......" balas Linda dengan melirik Anggi.

Anggi menghela nafas. Dia harus sabar dan memaklumi kondisi Linda yang sedang hamil, pasti mengalami moodswing.

"Terserah kamu mau apa. Pokoknya jangan sampe di gugurkan. Soalnya bayi itu nggak salah, perbuatan orang tuanya yang salah....." Ucap Anggi dengan nada sabar.

"Tapi kita nggak sepenuhnya salah, Nggi. Kan kita uda nikah, walaupun nikah siri.."

"Klo gini, nikah sirinya di akui. Kemarin-kemarin gimana?!
Sok koar-koar mau ngomong berdua sama Arta. 
Setelah berdua beneran, kalah sama setan kasur." Oceh Anggi masih mengolok Linda lagi.

Linda memajukan bibirnya.

"Kamu nggak tau sih, gimana pinternya dia membangkitkan gai_" 

"Aku nggak perlu tau. Yang pasti kamu juga menikmati kan?" Potong Anggi.

"Menikmati apa nih?!" tiba-tiba suara Raka menyela pembicaraan mereka.

"Mbok ya ketuk pintu dulu....." Anggi menegur kebiasaan buruk Raka yang langsung membuka pintu.

"Kan nggak ada pasien." kata Raka dengan menyengir.

Raka lalu melihat Linda yang terlihat lemas dan loyo. Dia tampak pasrah.

"Dia kenapa?" tanya Raka.

"Hamil...." jawab Anggi dengan santai

"Hamil?! Serius Linda hamil ?!" tanya Raka tak percaya. Dia melihat Linda yang tak mengelak ucapan Anggi.

"Kok dia bisa hamil sich?! Gimana ceritanya? Hamil sama siapa?" lanjut Raka lagi.

Tentu saja Raka tak percaya jika Linda hamil. Pria yang dekat dengan Linda beberapa hari terakhir adalah Arta. Namun saat membicarakan Arta atau rumah tangganya, ucapannya berujung pisah.

"Okey... Aku ngaku.... "

Lalu Linda menceritakan saat Arta mendatangi rumahnya yang minta makan dan berakhir di ranjang bersama.

"Dan kalian tau? Sekitar 2 minggu kemarin, aku minta Bunda untuk menyampaikan ke mas Arta untuk mengucap Talak ke aku. Karena dia sudah memanfaatkan aku...." ucap Linda setelah mengakhiri ceritanya.

"Terus, di talak beneran?" tanya Raka.

"Aku belum ketemu dia lagi....
Aku juga nggak tau, Bunda uda sampaikan ke Arta atau belum..." Kata Linda.

"Saat ini yang aku pikirin, gimana sama pekerjaan aku?
Kira-kira, aku di pecat nggak ya?" Lanjut Linda menatap wajah Anggi dan Raka bergantian.

"Affair sesama dokter, yang ketahuan di hotel aja sampe sekarang nggak ada suaranya.
Aku dengar, manajemen juga nggak ngasih teguran.
Bagi rumah sakit ini, yang penting pelayanannya." Raka bersuara.

"Tapi si dokter nggak hamil, Ka. Nah aku?! Perutku ntar lagi membuncit... "

"Itu kan konsekuensi kamu. Dan jangan sampe kamu punya niat menyembunyikan bayi itu. Ntar dia akan sembunyi beneran dan nggak berkembang.
Kamu mau ukuran bayinya di bawah garis normal?" Ucap Anggi.

#3 (Never) Walk Alone=={END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang