Bab 4

1.6K 196 26
                                    

"Minggu depan resepsi Abimana sama Venna. Kak Arta nggak jadi keluar kota kan?" tanya Ika saat mereka menuju ke kantor.

"Meeting di luar kota, katanya di undur."

"Alhamdulillah, kak Arta bisa datang ke acara Abim." kata Ika dengan nada bahagia.

Arta meraih tangan istrinya dan mencium beberapa kali.

"Kamu kayaknya seneng banget ya?" 

"Ya seneng donk. Keluarga kita makin bertambah. Makin rame......."

"Kirain senengnya karena aku bisa datang...."

"Ya pasti donk kak. Tapi lebih seneng lagi, akhirnya Venna bisa jadi keluarga kita."

"Segitu banyaknya sepupuku yang kampret masak masih kurang?" tanya Arta.
Ika tertawa kecil saat suaminya memberikan julukan untuk sepupunya.

"Makin rame makin seru..." ujar Ika.

"Iya, kalo ketiban apes, makin banyak juga yang ngehujat." kata Arta sedikit mengeluh mengingat sepupunya yang kadang membuka aib sembarangan.

Ika tertawa kecil dan mencubit lengan suaminya.

"Baju kamu gimana? Uda jadi?" tanya Arta.

"Uda, semuanya di urus sama Aline." jawab Ika.

Ika, Aline, Amira serta Adila sepakat memakai seragam kebaya dengan warna dan model yang sama. Meskipun Ika adalah menantu, tapi mereka sangat sayang kepada Ika. Apalagi saat ini Ika seperti sebatang kara, mereka semakin sayang dan peduli.

Hari ini resepsi pernikahan Abimana dan Venna. Setiap orang tampak bahagia, begitu pula dengan Arta dan Ika. 

"Kamu mau kemana?" tanya Arta saat melihat istrinya berdiri.

"Aku pengen tong seng." jawab Ika.

"Emang ada?" tanya Arta. Dia tak percaya ada makanan sejenis tong seng di acara resepsi pernikahan. Biasanya nasi goreng, cap cay dan teman-temannya.

"Itu yang di makan Aji sama Angga apa?" ucap Ika sambil melihat ke Aji dan Angga. 2 pemuda ini tampak menikmati.

"Kamu di sini aja. Aku aja yang ambil...." kata Arta dan ia berdiri menuju Aji dan Angga.
Tak lama kemudian, Arta melangkahkan kakinya ke sisi yang lain. Dan ternyata memang benar, ada tong seng.

Usai resepsi, mereka kembali pulang.

"Kak, kok kita belum ada baby ya? Kalo Venna lebih dulu punya baby, kita gimana?" tanya Ika saat mereka terbaring di ranjang.

"Nggak usah di pikir, Ika. Pernikahan nggak melulu tentang anak. Abim dan Venna sengaja menunda punya baby, soalnya mau menikmati masa-masa berduaan. Lagian si Venna baru pindah kerja, di kontraknya dia belum bisa dapat cuti."

"Tapi kak Arta pengen punya anak kan? Jujur aja ....." desak Ika. Sedikitnya mereka sudah memikirkan keturunan.

"Bilang aja, kalo kamu pengen proses bikin anak." kata Arta dengan memainkan alisnya.

"Nggak!" seru Ika dengan menahan tawa.

"Kak Arta...." pekik Ika lirih saat Arta menghujani kecupan-kecupan kecil di pipi dan lehernya.

*******************

Ketika akan mengenakan celana kerja, Ika merasa ada sesuatu yang aneh di tubuhnya.

"Kak, ini kok bengkak ya? Kayak ada benjolannya...." tanya Ika dengan meraba di dekat area selangkangannya.

Arta menghampiri dan ikut meraba.

#3 (Never) Walk Alone=={END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang