Bab 13

2.4K 260 23
                                    

"Hamil?!" tanya Arta seakan tak percaya hingga keningnya berkerut.

"Kamu merasa menghamili dia atau nggak?" Bunda mendesak dengan pertanyaan.

"Kalo kamu nggak merasa menghamili dia, ceraikan dia.
Meskipun kalian hanya nikah secara agama, tapi seharusnya dia bisa menjaga_"

"Kita pernah melakukannya....." potong Arta. Pengakuan dengan kalimat singkat ini membuat Bunda lega.

"Aku dan Linda memang pernah melakukannya Bun.
Mungkin caraku salah....
Aku pengen melanjutkan hidupku, meskipun nggak seperti dulu lagi.
Malam itu, saat kita melakukannya, aku berharap bisa mengusir sosok Ika.
Tapi tenyata, aku malah merasa bersalah ....
Bersalah ke Ika dan juga ke Linda." Arta mengakui kesalahannya.

"Kenapa ke Ika?"

"Aku merasa aku menyelingkuhi Ika.
Aku berharap Ika kembali hidup di balik sosok Linda."

"Ya nggak bisa donk Ta.....Mereka individu yang beda..."

"Aku tau, Bun....Aku memang salah....." 

"Jadi, Linda gimana?"

"Nanti aku mau ke rumah....."

"Mau ke rumahnya ngapain? Nebar sperma lagi?" sindir Bunda.

"Ya nggak lah Bun...Ya ngomongin kehamilan dia, tapi mungkin ending nya ke kasur bareng lagi...." canda Arta.

"Ketagihan punya Linda kan?" Bunda melanjutkan candaan ponakannya.

"Apaan sih Bun! Uda ah, aku mau ke kamar Aji...." ujar Arta dengan wajah bersemu. Tapi otak  Arta kembali ke malam itu.
Dan membuatnya tersenyum sendiri dengan jantung yang berdetak lebih cepat.

Malam hari, Arta masih terdiam di dalam mobil sambil melihat rumah Linda.
Dia merasa berat melangkah masuk ke rumah ini karena malu. Beberapa kali ia melirik ponsel untuk melihat waktu.

Seperti biasa Linda makan bersama dengan Jey. Mereka satu meja makan. Sebenarnya mereka telah usai makan, tapi Linda enggan beranjak dari kursinya, sehingga mereka lanjut mengobrol di meja makan ini.

Terdengar suara salam. Mereka yakin, suara ini adalah suara lelaki.

"Saya lihat dulu ya mbak....." pamit Jey.

Tanpa menunggu jawaban dari Linda, Jey sudah melipir ke pintu utama.
Tak lama, Jey datang sambil meraih piring kotor yang sudah di tumpuk rapi.

"Lho Jey?! Mau kemana?" tanya Linda ketika Jey tanpa ucap menuju ke dapur.

Linda mencium aroma khas parfum ini. Dia menarik nafas panjang. 

'Ngapain dia datang lagi? Jangan bilang minta makan lalu berakhir di ranjang lagi....Dasar buaya!' batin Linda. 

Dia tau siapa yang datang, tapi lehernya terasa kaku untuk menoleh. Linda mendengar suara derap langkah yang semakin mendekat ke arahnya.

"Linda....." sapa Arta yang berjalan mendekati meja makan.

Linda kembali menghela nafas lalu menoleh sesaat. 

"Ada keperluan apa mas Arta datang ke sini?" tanya Linda dengan santai. Dia berusaha mengontrol emosi agar tak meluap. Arta berdiri tak jauh dari Linda, dia bisa melihat perut Linda yang membuncit.

"Itu anakku kan?" tanya Arta dengan mengangkat dagunya mengarah ke perut Linda.

"Apa aku perlu menjawab?" Linda bertanya balik dan menatap bola mata Arta.

"Baiklah. Aku mau kita_"

"Kita bicara di depan!" potong Linda sambil melirik dapur. 

Linda berdiri dan berjalan menuju ruang tamu. Arta membuntuti dari belakang.

#3 (Never) Walk Alone=={END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang