Bab 18

2.2K 255 34
                                    

Tampak beberapa motor dan sebuah mobil terparkir rapi di halaman rumah Bunda.

"Kamu jangan pake sepatu jinjit di depan Bunda. Ntar aku yang di omelin.... " Ucap Arta saat akan keluar mobil.

"Terus aku pake apa?"

"Bentar.... " Arta menutup pintu dan membuka pintu bagian belakang.
Dia sedikit berlari menuju ke sisi Istrinya.

"Pake ini ya?" Ucap Arta sambil memberikan kotak yang berisi sandal, masih baru.

"Mas kapan belinya?" tanya Linda dan menuruti ucapan Arta.

"Waktu cuti, nganterin kamu kontrol."

Linda terakhir kali menginjakkan kakinya di rumah Bunda ketika Arta mabok. Dan ia kini kembali mengunjungi rumah Bunda sambil bergandengan dengan pria yang mabok kala itu.

"Mobil Aji kemana Bun?" Tanya Arta sambil mencium punggung tangan Bunda.

"Ke Malang sama papa. Katanya mau liat rumah." Jawab Bunda.

"Sehat Lin?" Kata Bunda dengan tersenyum melihat kedatangan Linda.

"Alhamdulillah Bun.... " Jawab Linda dan mencium punggung tangan Bunda.
Linda dan Arta duduk di sofa bersebelahan, Arta belum ingin melepaskan genggaman.

"Bunda uda belikan bahan Fuyunghai Ayam sama Cap Cay." ucap Bunda.

"Iya, masakannya mbak Linda enak lho...." celetuk Aline.

"Iya Bun, besok pagi Linda masakin." balas Linda.

"Pipi mu kenapa kak?" Tanya Abimana yang ada di seberangnya.

"Demi si kecil, Bim. Minta mangga muda." Jawab Arta dengan bangga. Dia juga mengusap perut istrinya.

"Ati-ati Ta..... " Bunda bersuara.

"Nggak cuma pipi, Bun. Jari juga ketusuk kawat berduri. Nih! Sampe agak bengkak." Arta mengadu dan menunjukkan jarinya.

"Hm! Lemah!
Kamu ketusuk kawat paling 2-4 hari uda sembuh.
Nah itu si Linda kena tusukanmu, 9 bulan baru bisa meletus bisulnya.... " Balas Bunda dengan mencebikkan bibirnya.

Semua ponakan yang ada di situ tertawa.

"Ngadu bukannya di sayang malah di jatuhin... " Gerutu Arta dengan cemberut. Linda hanya tersenyum dan mengusap tangan suaminya yang ada di perutnya.

Mereka lanjut membicarakan tentang pernikahan Angga dengan Yuri.

Linda melihat Venna dan Abimana kadang bercanda dengan mesra. Mereka tak segan menunjukkan rasa cintanya.
Bahkan tanpa malu, Venna dengan bebas mencium kening Abim di depan saudaranya.
Begitu juga Abimana, dengan santainya dia bergelendot manja di lengan Venna.
Sedangkan Linda dan Arta cukup genggaman tangan.

Iri, itu yang di rasakan Linda. Karena ia merasa hubungannya dengan Arta masih ada tembok pemisah yang cukup tinggi.
Kadang Linda masih merasa takut saat akan menyentuh Arta.

"Si kecil gerakannya uda banyak?" Tanya Venna.
Sebenarnya Venna ingin mempunyai anak, tapi karena sudah menandatangani kontrak kerja, mau tak mau dia harus menunda. Karena jika melanggar, maka ia akan dikenakan sangsi berupa denda yang cukup besar.

"Belum terlalu banyak. Tapi terasa..... " Jawab Linda.

"Duh! Mesti nunggu setahun lagi.... " Keluh Venna.

"Dia kalo malam gerakannya malah kenceng, Ven." Ucap Arta.

"Kak Arta bikin ngiri mulu." Sahut Abim.

#3 (Never) Walk Alone=={END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang