Bab 26

4.5K 300 61
                                    

Sabtu sore, Arta pamit ke rumah Abimana.
Arta mendapatkan kabar jika Amira sedang berbadan dua. Reno adalah ayah dari anak yang ada di kandungan Amira.

"Mir, dia harus tanggungjawab. Kenapa sich kamu nggak bilang ke Reno?" Tanya Abimana selaku kakak kandung.

Arta mendengar curahan hati Amira. Bagaikan de javu. Apa yang di ucapkan Amira tak jauh berbeda dengan alasan Linda.

"Kita uda putus kak. Nggak perlu kasih tau dia.
Aku nggak mau ngemis-ngemis karena bayi ini.
Selain itu, dia uda punya pacar baru.
Kalo aku ngomong, dia pasti anggap aku nggak bisa move on atau cemburu.
Biar aja dia jalan sama yang lain. Aku bisa jaga anakku sendiri." Kata Amira.

"Dia uda jalan sama cewek lain? Secepat itu?!" Tanya Arya dengan geram.

"Kita temui Reno. Kita berangkat sekarang yuk!" Ajak Angga.

"Kak, nggak usah ngemis ke dia! Kita punya harga diri!" Teriak Amira.

Arta, Abimana, Aji, Angga dan Arya berangkat menemui Reno.

Ponsel Linda berdering. Ada nama Vena.

"Ya Ven?" Sambut Linda.

"Mbak Linda, kak Arta uda datang?" Tanya Vena.

"Belum. Kenapa Ven?"

"Nggak papa mbak. Aku tadi telpon Aline, katanya mereka ke rumah Reno."

"Ngapain ke rumah Reno?!"

"Aku juga nggak tau mbak. Perasaan aku nggak enak." Ucap Vena yang saat ini tengah mengandung anak pertama.

Vena mendengar rengekan anak kecil.

"Sori, Ven. Ini tiba-tiba Daven rewel." Linda ikut gelisah.

"Ya uda mbak. Aku telpon Aksa aja." Vena mengakhiri pembicaraan.

Daven yang masih berusia sekitar 1 tahun, merengek dan merentangkan kedua tangan seolah meminta gendong.

"Daven kenapa nak? Tumben manja gini?" Ucap Linda dan menggendong anaknya.
Rengekan Daven berhenti saat ada di pelukan Linda.
Wanita ini duduk di depan TV sambil memeluk anaknya.

Sekitar 30 menit kemudian.

"Papa?" Daven bersuara dan menoleh ke arah pintu.
Dan benar, ada suara motor memasuki pekarangan.

"Kamu kok tau sich kalo bapakmu datang?" Tanya Linda dengan tersenyum dan memberikan kecupan gemas di pipi anaknya.

Tapi Dven tak merespon ibunya, dia hanya melihat pintu dengan tatapan penuh harap.
Arta mengucapkan salam tapi ia tak membuka pintu. Linda membalasnya.

"Papa... " Daven kembali bersuara.

"Iya papa. Ntar lagi papa masuk."

"Lin! Dana sama Daven dimana?" Arta berteriak.

'Mas Arta kenapa nggak langsung masuk? Kenapa teriak dari luar?' batin Linda penuh tanda tanya. Dia berjalan menuju pintu utama sambil menggendong Daven.

"Jangan dibuka!" Pinta Arta saat Linda membuka pintu. Arta menahan dari luar.

"Mas kenapa?" Tanya Linda makin penasaran. Dia makin gelisah.

"Anak-anak dimana?" Tanya Arta lagi dibalik pintu.

"Dana di kamarnya, Daven ada di gendongan aku."

"Daven kasih ke Jey! Aku luka, aku nggak mau diliat anak-anak." Ucapan Arta membuat jantung Linda mencelos.

Luka bagaimana yang di alami suaminya hingga Arta melarang anaknya melihat.
Linda berteriak memanggil Jey dan meminta untuk menjaga anaknya.

Wanita ini kembali kedepan dan membuka pintu.
Linda terkejut, hatinya ikut perih saat melihat sudut bibir Arta ada darah yang mengering.
Arta mengangkat tangan dan mengepal. Ada luka di tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

#3 (Never) Walk Alone=={END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang