Bab 11

2.4K 243 41
                                    

"Apa kamu akan meninggalkan aku juga, Lin?" tanya Arta dengan berjalan makin mendekat. Linda meremas kaos yang ada di genggamannya.

"A-apa?" Tanya Linda yang mulai gugup.
Dia kembali mendapat pertanyaan yang menurut dia agak aneh dari seorang Arta. Linda kesulitan untuk menjawabnya.

"Kamu dengar pertanyaan aku kan?" Arta kembali bertanya.
Arta meletakkan satu telapak tangannya di lemari dan mengunci tubuh wanita ini di satu sisi.
Linda sedikit mendongak melihat wajah suaminya.
Jantungnya berdetak kencang. Dia tak pernah berdiri sedekat ini dengan Arta.
Linda memperhatikan tiap inci garis wajah Arta, dan ternyata suaminya cukup tampan bagi seorang lelaki. Tidak ganteng, tapi berkharisma.

"Jawab Lin!" ucap Arta dan menatap Linda. Pandangan Linda seolah terkunci dengan bola mata Arta yang tajam.

Nafas gadis ini tersenggal ketika wajah mereka hanya berjarak beberapa mili saja. Mereka bisa merasakan hembusan nafas yang satu dengan yang lain.
Arta tersenyum dalam hati ketika melihat raut wajah istrinya yang tampak kikuk dan kebingungan. 
Linda menundukkan wajahnya. Yang dia lihat saat ini kancing kemeja suaminya.
Tapi tak lama, Arta menyentuh dagu Linda dan seolah memerintah untuk mendongak.
Arta sedikit mengangkat alisnya seakan membutuhkan jawaban.

"A-Aku......
Aku merasa...... aku tidak bisa menjadi istri yang baik.
Aku pikir, meninggalkan rumah adalah yang terbaik untuk ki_"

Mata Linda sedikit terbelalak saat Arta mengecup singkat bibirnya dan membuat Linda tak dapat meneruskan kalimatnya.

Kecupan pertama, Linda tidak merespon.
Begitu juga dengan kecupan yang kedua. Linda masih diam.

Linda bingung dan cukup terkejut apa yang telah di lakukan Arta.
Dia merasa tindakan Arta melewati batas. Sebagai wanita independen dan berpendidikan, dia ingin menolaknya.
Namun ketika dia teringat statusnya sebagai istri, dia tak mampu berbuat apa-apa. Dia takut berujung dosa. Karena dia wajib melayani suaminya dan Arta berhak mendapatkannya.

Arta kini tidak lagi mengecup, dia melumat bibir istrinya dengan perlahan dan lembut. Sambil menikmati bibir istrinya, tangan Arta membuka simpul kimono.
Sentuhan tangan Arta yang meraba tubuhnya membuat Linda berdesir dan merinding.

Tangan Arta yang tadinya mengunci tubuh Linda, ikut bekerja berusaha melepaskan kimono istrinya.
"Let me in, Lin..." bisik Arta saat melepaskan lumatannya. Detik berikutnya ia kembali melumat bibir Linda.

Bibir Linda sedikit terbuka ketika ia merasakan kimono lepas dari tubuhnya. Arta tak membuang kesempatan, lidahnya menerobos masuk dan membuat Linda mengeram.

Saat Linda tenggelam menikmati lumatan Arta, pria ini melepas kancing kemejanya.
Setelah tubuh atasnya terbebas tanpa helai, lengan Arta melingkar di pinggang dan tangan lainnya menarik pelan kaos dari tangan Linda lalu membuangnya secara asal.

Arta sedikit menarik tubuh Linda agar lebih dekat, hingga tubuh mereka kini tak berjarak. Mereka bisa merasakan detak jantung yang satu dengan yang lain.

Lumatan Arta semakin menggebu-gebu ketika benda kenyal milik Linda menempel di dadanya.
Linda melenguh ketika bibir Arta secara tiba-tiba pindah ke lehernya.
Wanita ini berusaha menahan agar tak larut dalam kobaran gairah suaminya.
Tapi apa daya ketika Arta memberikan sentuhan yang memabukkan.

Linda seperti tersihir, dia hanya diam ketika Arta menggiringnya berjalan pelan menuju ranjang.
Kepalanya menggeliat membuat Arta semakin bebas menikmati leher istrinya.
Tanpa Linda sadari, tangan Arta menurunkan tali mini dressnya dan berhasil lolos turun dari tubuhnya.

Arta rasanya ingin sekali meremas kasar benda kenyal istrinya yang sejak tadi menggodanya. Tapi dia menahannya. Dan kini, Arta berusaha merebahkan tubuh istrinya di ranjang.
Dan setelah berhasil, kini bibir Arta perlahan turun menikmati dada istrinya. Dia mendengar erangan Linda saat ia mengulum dan meremas dada Linda secara bersamaan.

#3 (Never) Walk Alone=={END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang