Bab 25

2.9K 293 40
                                    

Linda dan Arta sepakat memanggil anaknya Dana. Bocah ini membuat heboh keluarga Arta. Dia menjadi pusat perhatian.
Karena Dana adalah ponakan mereka yang pertama.
Apalagi sepupu Arta yang perempuan. Hampir tiap pulang kerja atau kuliah, mereka menyempatkan ke rumah Linda hanya untuk melihat Dana.

"Ta, kamu buat adiknya si Dana aja ya? Dana biar sama Bunda. Supaya rumah nggak sepi." Ucap Bunda saat menggendong Dana.

"Bunda minta adeknya Dana kayak kita nyeplok telor. Lagian Amar sama Aji mau di kemanain Bun?" Tanya Arta.

"Kamu nggak tau kalo Aji minggat ya?"

"Minggat?!" Arta tak percaya apa yang diucapkan Bunda.

"Iya. Bunda jodohin sama anaknya teman, dia nggak mau. Eh, tau-tau Amar bilang kalo Aji nggak pulang, terus bajunya dibawa. Kan bisa ngomong sama Bunda, kenapa harus minggat?"

Arta hanya tertawa mendengar aduan Bunda.

"Sekarang Aji kemana Bun?" Tanya Linda.

"Keluar kota. Katanya mau liat apartemen. Jauh amat liat apartemen di pulau lain. Emang di Surabaya nggak ada yang jual apartemen?" Bunda kembali mengoceh.

Arta tak bisa menjelaskan alasan sebenarnya jika Aji mencari cintanya. Kuatir Bunda marah.

Tak lebih dari satu jam, Bunda pamit pulang.
Arta menggendong Dana dengan perasaan sayang.

"Mas, jangan di cium terus!" Linda memperingatkan suaminya yang menggendong sambil mencium pipi anaknya beberapa kali.

"Aku nggak ngerokok, Lin." Ucap Arta mengalihkan Dana ke istrinya.

"Bukan rokoknya. Tapi kita ini bawa kuman sama virus."

"Gemesin! Pipinya tembem.... "

"Sama kayak mamanya." Lanjut Arta dan mencuri ciuman di pipi istrinya yang memang lebih berisi.

Linda hanya tersenyum. Dia merasa sangat bahagia karena Arta adalah ayah yang baik.
Linda akui, segala hal tentang Dana, Arta mengharuskan Linda memberi tahunya secara detail dan jka anaknya butuh sesuatu, ia akan memberikan yang terbaik untuk.

"Mbak Linda, ada tamu." Kata Jey di ambang pintu.

"Siapa Jey?" Tanya Arta.

"Mas Raka" Jawab Jey.

"Temui dulu mas! Aku kenyangin Dana bentar. Biar dia nggak rewel."

Arta meninggalkan istri dan anaknya di kamar.
Ternyata tak hanya Raka, di ruang tamu ada Anggi dan Budi juga.

"Linda dimana?" Tanya Anggi.

"Dikamar. Bentar lagi juga keluar." Jawab Arta.

"Gimana rasanya ada si kecil?" Tanya Budi.

"Heboh. Bingung. Soalnya dia nangis, kita nggak tau maunya gimana.
Gini masih nangis.
Gitu masih nangis." Arta terlihat semangat saat membicarakan anaknya.

"Hei... Sori abis kasih makan si kecil." Linda bersuara dan berjalan menuju ke arah teman-temannya.

"Uda di kasih makan apa?" Tanya Anggi.

"Bekatul." Canda Linda dan duduk di sebelah suaminya.

"Aku pikir makanannya berbagi sama ikan." Balas Anggi.

"Kirain kalian lupa sama aku. Anakku uda hampir 2 bulan, kalian baru datang kesini." Protes Linda.

"Mau liat bayi nggak boleh sembarangan. Kasian, masih rentan. Kita ini pembawa virus." Ujar Raka.

#3 (Never) Walk Alone=={END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang