Bab 20

2.5K 273 35
                                    

Arta tertawa mengakak melihat Linda yang bersembunyi di balik selimutnya.
Selama ini Arta melihat sosok Linda yang dewasa, realistis, berani mengungkapkan dan tegas.
Tapi kali ini, ia melihat Linda dari sisi yang berbeda. Dia bisa menjadi wanita yang pemalu.

Dalam balutan selimut, Linda yang tadinya menghadap Arta, perlahan berbalik arah memunggungi suaminya. Saat kondisi hamil seperti ini, Linda lebih menyukai posisi miring.

"Lin.....Linda..." Panggil Arta dengan sabar

"Apa?!" Tanya Linda dengan nada ketus.

"Aku mau tanya. Ini kenapa botol parfumku di bawah bantal?" Tanya Arta dan membiarkan Linda berlindung diselimut. Dia mencoba mengajak bicara istrinya untuk mencairkan suasana.

'Duh! Kenapa parfumnya nggak aku kembalikan?' batin Linda dengan memejamkan mata. Dia kesal dengan dirinya sendiri.

"Tadi ada kecoak masuk kamar sini. Aku panik, yang aku liat parfum, ya uda aku semprot aja. Biar kecoaknya mati.
Aku taruh situ buat jaga-jaga." Linda menjawab di balik selimut. Dia belum berani melihat Arta.

"Emang sekarang kecoaknya dimana?" Arta menahan tawa.

"Ada di balik lemari. Aku tungguin, dia nggak keluar-keluar. Sampe aku ketiduran di sini." Linda memberikan alasan supaya tidak di ledek.

"Jadi supaya kamu mau tidur disini, harus ngejar kecoak dulu?" Arta menggoda Linda. 

"Mas Artaaaaaa...... " Rengek Linda karena malu. Arta tak kuat menahan tawa. Sedangkan Linda semakin cemberut mendengar tawa Arta yang begitu lepas. Namun di sisi lain, dia merasa bahagia bisa membuat tertawa suaminya. Lalu ia ikut tersenyum di dalam selimut.

"Lin, kamu nggak sesak nafas? Kasian adeknya kurang pasokan oksigen." Ucap Arta dengan sedikit menarik-narik selimut.

"Masih bisa nafas kok.... " Balas Linda. Dia semakin erat memegang selimut.

Beberapa detik kemudian Linda merasakan selimut bagian kakinya sedikit terangkat.

"Mas! Maaaaass.... " Linda berteriak lirih dan  mengikik ketika Arta menyusup paksa ke dalam selimut.

Arta tak peduli dengan teriakan istrinya, dia terus merangkak hingga wajahnya tepat di atas perut istrinya. Gerakan Arta yang lambat dan tampak berhati-hati, membuat jantung Linda berdetak kencang.
Suhu di dalam selimut ini makin tinggi.

"Mamamu berisik,dek." Ucap Arta lalu mencium perut Linda bagian samping.

"Geli mas...." Linda merasakan kumis tipis Arta menembus baju tidurnya.

Pria ini kembali merangkak hingga ia mengungkung tubuh istrinya.
Linda tak bisa berkata lagi saat Arta sudah ada di atasnya.
Perlahan Linda menurunkan selimut hingga kepala mereka terbebas dari selimut.

"Tumben geli?!" Tanya Arta dan menatap Linda yang ada dibawahnya. Wajah Linda terlihat pasrah.

"Kena kumisnya.... " Linda berkata lirih dan melihat bola mata suaminya.

"Bukan dasternya yang terlalu tipis?" Tanya Arta dengan mengangkat alisnya membuat Linda kembali malu.

Wanita ini tak menjawab, dia menarik hidung suaminya dengan tersenyum. Beberapa detik Arta terdiam dan memandang wajah Linda hingga istrinya sedikit salah tingkah. Melihat Arta sesaat, lalu menoleh ke arah yang lain.

"Lin, untuk kesekian kalinya aku bertanya, kamu mau kan kita nikah?" tanya Arta. Linda kembali menoleh ke arah suaminya.

Mereka saling menatap dengan hangat. Linda terdiam dan tampak berpikir.

#3 (Never) Walk Alone=={END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang