"Makin hari, aku liat kamu makin sumringah aja, Lin." kata Anggi ketika makan siang.
"Masak sich?! Perasaan biasa aja...." balas Linda dan mengunyah makanan.
"Biasanya kamu itu dikit-dikit ngedumel. Apalagi kalo ada komplain pasien...."
"Soalnya akhir-akhir ini komplainnya nggak berat. Nggak sampe ke manajemen atau legal."
"Sekarang Arta antar jemput kamu terus ya?" tanya Anggi.
"Iya. Dia kalo urusan anak atau kehamilanku ini, kadang kebangetan. Over protective."
"Berarti sayang donk. Emang kebangetannya gimana?"
"Masak aku nggak boleh minum kopi. Nggak boleh makan cumi atau rawon. Pokoknya nggak boleh makan atau minum yang warnanya gelap. Katanya takut anaknya hitam."
Anggi tertawa kecil dan menggelengkan kepala.
"Ilmu baru nih Lin. Kayaknya aku harus berguru ke Arta...." ucap Anggi dengan sisa tawanya.
"Aku juga nggak mau berdebat. Jadi kalo pengen kopi, dia buatin minuman susu coklat hangat. Sambil ngeluarin sabda kafein untuk ibu hamil. Pokoknya riweh."
"Gimana perasaanmu hidup sama dia? Happy?" tanya Anggi menatap sahabatnya.
"Aku sendiri nggak tau, rasa bahagia itu yang gimana?
Dulu aku mencari rasa bahagiaku saja. Tapi sekarang nggak bisa, Nggi.
Lagian, aku ngeliat dia tersenyum sambil pegang perutku, itu uda buat aku bahagia, Nggi.
Dia buatin susu tiap pagi aja, aku uda seneng.
Aku harap dia juga merasakan kebahagiaan yang sama seperti aku.
Fokusku hanya kebahagiaan dia. Jangan sampe dia mencari kebahagiaan diluar."Linda seolah pasrah.
Dia tak menuntut cinta Arta. Tapi dia berusaha memberikan kebahagiaan untuk Arta melalui buah hati mereka. Anggi tersenyum dan mengusap lengan Linda seakan memberi dukungan.Pukul 17 lewat beberapa menit, Arta menjemput istrinya.
"Lho! Kok ada Jey dan pak Joko?" tanya Linda saat akan memasuki mobil ada Pak Joko yang duduk di belakang kemudi, dan Jey duduk di sebelah pak Joko.
"Iya, buat teman di jalan. Biar nggak kesepian." ucap Arta.
Saat di perjalanan, Arta memberi pesan kepada Jey dan pak Joko untuk selalu menjaga Linda.
Bahkan 2 ART yang ada di rumah Ika juga diminta menginap di rumah Linda.Linda menatap Arta yang terus mengoceh, sesekali Arta melihat jalanan.Linda menahan senyum.
Sadar diperhatikan, Arta langsung terdiam dan menatap Linda."Kenapa?" Tanya Arta.
"Nggak papa. Aku liat mas ngomong." Ucap Linda tak bisa menahan senyuman, bibirnya mengembang.
"Kok liat aku ngomong?! Tapi kamu dengar yang aku omongin kan? Paham kan?"
"Denger dan paham mas...." Jawab Linda berbohong. Padahal sejak tadi ia tak mendengar apa yang diucapkan Arta. Dia hanya menatap wajah suaminya dari sisi samping. Karena Linda akan merindukan wajah ini.
Saat di bandara, mereka berjalan menuju pintu keberangkatan, Arta menggandeng tangan istrinya.
Mereka berhenti beberapa langkah sebelum pintu."Teman mas dimana?* tanya Linda.
" Tuh!" ucap Arta sambil mengangkat dagunya ke ruangan di balik kaca. Linda melihat beberapa lelaki sedang mengobrol.
"Mereka minta Check in barengan. Kalo bisa duduknya nggak jauhan."lanjut Arta lagi.
"Ya uda. Mas masuk aja."
"Jangan lupa pesan aku tadi! Abis ini langsung pulang! Istirahat...." ucap Arta dan mencium kening istrinya beberapa kali. Lalu ia membungkukkan badan dan mencium perut istrinya. Linda mencium tangan Arta.
KAMU SEDANG MEMBACA
#3 (Never) Walk Alone=={END}
عاطفيةCerita ini tentang Arta Laksono. Sepupu Aji (Cinta yang berliku) dan Angga (A Drama). Ini silsilah nya. Jangan tanya silsilah ortunya ya. Emak bingung cari nama. 1. Arta + Akmal 2. Abimana+Amira+Aksa 3. Angga+Arya 4. Aji+Amar 5. Aline+Adila