Dusk - 1

1.3K 209 119
                                    

"You don't need everyone to love you, just a few good people."

— Charity Barnum

♣♣♣

"MENGAPA KAU PERGI?!" Adalah hal yang ia katakan alih-alih makian yang diwanti-wanti Wei Ying.

Bibir Wei Ying bergetar, begitu pula jantungnya yang bertalu-talu. Wajah berang Jiang Cheng hanya beberapa inci di depannya, menciutkan tekad siapapun. Seorang alpha yang pemarah benar-benar sesuatu yang tak ingin dihadapi omega, terlebih setelah kejadian di masa lalu. Aroma badai dan petir memenuhi udara, membuat sesak siapapun yang menciumnya. Penuh kebencian, amarah tua dan kepahitan lama.

Jiang Cheng mengguncang kerah Wei Ying, membuatnya tersentak dan tiba-tiba aroma tertekan sang omega jantan bocor, ikut membanjiri ruangan dengan rasa sebu. Emosinya kacau dihadapkan pada kemarahan alpha yang ia anggap saudara, instingnya membunyikan alarm bahaya yang coba Wei Ying tahan—ini saudaranya, mereka akan baik-baik saja—hingga tanpa sadar pun air mata menyengat bercucuran. Namun yang terisak bukan Wei Ying, melainkan Jiang Cheng yang terpengaruh aroma menyedihkan kakaknya.

Dalam sekejap ruangan itu berganti nuansa, dua aroma kesedihan menyatu padu, mendorong siapa saja untuk berduka. Mereka bertiga kemudian sama-sama menangis, berduka untuk lara yang tua, kemalangan yang menimpa beserta seluruh perasaan yang tiada mampu diungkapkan dengan kata-kata.

Jiang YanLi meraih kedua saudara laki-lakinya dan akhirnya mampu berkabung dengan benar atas penderitaan yang telah masing-masing emban dalam diam. Biarlah kata-kata menjadi sunyi, cukup bahasa tubuh yang menjadi perantara maksud hati.

(Ini seperti ketiganya terlempar ke masa lalu lagi, di pojok dermaga sebagai anak-anak, menangis bersama-sama.)

Menit-menit berlalu lambat sampai Jiang YanLi kehabisan tisu dan air mata. Wei Ying pun demikian, sama sekali tidak menyangka Jiang Cheng akan menangis begitu lama. Ia menyayangkan mata saudarinya yang sembab; mereka tambah seperti terkena flu berbarengan. Itu cukup lucu.

"Berhentilah menangis Jiang Cheng. Feromonmu akan mengganggu Jiejie. Lihat wajahmu sangat jelek." ujar Wei Ying sambil menyerahkan segelas rebusan jahe hangat.

Jiang Cheng menerimanya masih sambil menitikkan air mata—tahun-tahun belakangan sangat sulit baginya, pria muda yang dihadapkan pada raksasa Wen yang perkasa tanpa bantuan orang tuanya, mencoba kuat seorang diri sebagai kepala keluarga—dan mendengkus, "Tutup mulutmu Wei Ying. Ini semua salahmu."

"Oke, oke, salahku. Sekarang kau minum itu dan jangan malah membuatnya asin dengan tetesan air matamu."

Kepala keluarga Jiang tersebut menurut.

Jiang YanLi mengusap kepala keduanya dan tersenyum lembut, terlepas dari matanya yang bengkak. Sudah sangat lama sejak ia mampu menangis sebanyak itu dan rasanya sangat melegakan. Ia dapat merasakan ikatan ketiganya tersambung kembali, rasanya seperti keluarga yang utuh lagi.

"Aku mencarimu sekian lama, kenapa kau malah terdampar di rumah Lan WangJi?" tanya Jiang Cheng, matanya tak menatap Wei Ying. Dia sedikit banyak tahu bahwa Wei Ying dibeli Lan WangJi dan beberapa bulan kemudian menjadi tunangan pria tersebut, tapi detailnya tidak banyak.

Wei Ying melengkungkan alisnya, "Ah... Mereka tidak memberitahumu?"

"Ck, tentu saja tidak. Hanya suatu hari Lan XiChen dan Jin ZiXuan datang minta tolong padaku untuk menggeledah rumah bordil tertentu agar mencari dokumen milikmu karena kau pernah kerja disitu! Dan ya, aku mengiyakan. Aku juga meninju pria menjijikkan pemilik tempat itu. Selain itu aku tidak tahu apa-apa, bukankah kau berhutang penjelasan?! "

DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang