The Fall - 2

1.2K 187 6
                                    

You, as an omega, are a vulnerable creature. That's the first fact you should know.

 Panduan & Tata Cara Hidup Omega, Bab 1 

♣♣♣

Ketika Wei Ying membuka matanya, aroma disinfektan dan antiseptik mengarungi udara. Ruangan tempatnya berbaring lemah adalah kubus putih, dengan lambang kedukaan dimana-mana. Siapapun yang masuk tempat ini sudah pasti mengalami musibah.

Pada saat dia membuka mata setelah seminggu koma, tak ada satupun orang yang terlihat. Wei Ying hampir yakin bahwa Keluarga Jiang telah meninggalkannya disini, enggan merawatnya lagi setelah kejadian naas tersebut. Seperti kaset rusak, adegan itu berputar dalam kepalanya, memengaruhi Wei Ying secara emosional selama bermenit-menit, sebelum akhirnya ia lepas kendali. Menjerit ketakutan akan bayangan yang tak bisa ia enyahkan dari otaknya.

Jiang YanLi tergopoh-gopoh memasuki kamar Wei Ying, menekan tombol pemanggil dokter sambil terus menenangkan Wei Ying yang tantrum. Tidak dapat mengenali apapun atau siapapun sebab trauma yang menggerogoti kepala.

Dokter masuk bersama perawat tanpa sedikitpun keanggunan, langsung menancapkan suntikan obat penenang yang membuat Wei Ying kembali terkulai usai 'mengamuk'. Satu jam kemudian pemuda itu terbangun lagi, kali ini dengan lebih tenang dan ada Jiang YanLi di samping. Wei Ying tidak sendirian, tidak ditinggalkan.

"Jie...." Suaranya serak kering seakan-akan bertahun-tahun tak digunakan.

Jiang YanLi dengan sabar membuatnya minum dari sedotan, lalu tersenyum manis seraya berkata: "A-Ying, syukurlah kamu sudah sadar."

Wei Ying samar-samar mengingat bagaimana ia tantrum dan menjerit tak terkendali. Dia juga ingat melihat sosok buram Jiang YanLi—baju ungu muda dengan suara lembut yang menyejukkan kalbu—maka dari itu Wei Ying merasa bersalah. "Maaf Jie... Aku... Tadi...."

Tangan Jiang YanLi mengelus bagian kepalanya yang tidak terbebat perban, "Tidak apa-apa. Bukan salahmu. Kejadian itu pasti sangat mengerikan hingga membuatmu trauma."

Sejenak, mata Wei Ying melebar. Dirinya teringat kembali bagaimana peluru Yu ZiYuan habis tak bersisa dan Jiang FengMian yang terus membanting setir demi menghindari hujan timah panas. Dia juga ingat Yu ZiYuan yang menggebrak pintu mobil hinga terbuka, mendorongnya keluar dan mengorbankan diri mereka sendiri saat mobil terguling usai tanjakan menurun yang curam. Wei Ying bahkan tidak tahu bagaimana rupa akhir kedua orang tersebut, namun bayangan wajah berbalur darah keduanya menghantui Wei Ying saat itu.

Lalu pemuda itu menangis. Untuk pertama kalinya sejak kematian orang tua kandungnya.

"Maaf Jie... Maafkan aku... Akulah penyebabnya... Aku yang... Aku—"

Wei Ying mengindahkan rasa sakit tajam dan kesemutan yang melanda lengan kirinya, juga kedua kakinya saat ia beringsut mendekati Jiang YanLi. Jemari tangan kanannya penuh lecet dan kulitnya terkelupas, namun ia tetap menggenggam tangan Jiang YanLi. Menyalurkan setiap rasa bersalah dari gemetarannya.

"Tidak A-Ying... Bukan salahmu...." Jiang YanLi, sebagai kakak terbaik di dunia, sudah pasti mengatakan itu. Namun Wei Ying tahu dari kolam duka di dalam pupil wanita tersebut, bahwa segalanya tidak akan pernah sama lagi.

Kesedihan dan luka tengah menenggelamkan mereka dalam lautan nestapa.

Selama di rumah sakit, Jiang Cheng tidak pernah menjenguknya. Jiang YanLi selalu berkilah bahwa Jiang Cheng sibuk mengurus bisnis keluarga mereka setelah Jiang FengMian wafat. Namun Wei Ying jelas tahu bahwa bukan itu alasannya. Jiang Cheng tahu pembunuh orang tua mereka adalah Wen, Jiang Cheng tahu bahwa malam itu Wei Ying menendang 'pilar berharga' Wen Chao hingga nyaris cacat seumur hidup.

DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang