Sometimes, unfortunate, some comfort comes with pain. As if the pleasant feeling is just a warning that after this there will be another suffering awaiting.
—Essai: Bunga di Tepi Jalan—
♣♣♣
Wei Ying tidak tahu apa yang mendasari Lan WangJi memesannya setiap malam guna menemani pria itu minum. Namun setiap kali hal itu terjadi, Lan WangJi akan terus menekuni ponsel canggihnya seolah keberadaan Wei Ying hanyalah asap.
Tapi berkat itu pula, selama sisa malam, Wei Ying berhenti merasa mual dan memaksakan senyum kepada setiap pengunjung mabuk di tempat terkutuk ini. Dia hanya perlu melenggang ke tempat Lan WangJi (sembari menghindari tangan-tangan jahil yang berusaha mencoleknya) dan duduk di sana senyaman yang ia mau. Bahkan jika hanya ada keheningan di antara mereka, Wei Ying merasa lebih aman.
Aman dari komentar menjijikkan alpha mabuk yang tidak punya uang untuk memesan seorang omega dan aman dari pertanyaan yang mungkin akan mengoyak hati Wei Ying.
Lan WangJi mengenalinya, tapi tiada bertanya sekalipun mengapa Wei Ying ada di kubangan lumpur ini. Setidaknya Wei Ying tidak perlu menjelaskan betapa miskin dirinya sampai harus jual diri demi menyambung hidup, atau dia sudah terlalu putus asa untuk bergantung kepada siapapun. Tidak setelah Keluarga Jiang porak-poranda akibat perbuatan Wei Ying. Tidak jua setelah Wen Ning meregang nyawa karena salahnya.
Sekarang duduk di ujung sofa bersama Lan WangJi yang pendiam adalah salah satu zona nyaman Wei Ying. Hanya duduk, mengacuhkan seluruh hingar-bingar di belakang, serta sesekali melirik Lan WangJi; sudah cukup bagi Wei Ying.
Tapi ini hanyalah sementara, sebentar lagi Lan WangJi akan bosan dengan tingkahmu yang terlalu pasif. Bahkan omega lain dapat bekerja lebih baik darimu! Bukankah manajer bilang ini merupakan latihan? Otak kiri Wei Ying memprotes keras. Bagaimana Wei Ying mendapat uang melimpah jika dia tidak lihai mengambil pelanggan?
Jika Wei Ying tidak menghasilkan uang yang cukup untuk memberi makan dua mulut, A-Yuan akan dilempar keluar pintu. Sedangkan Wei Ying terjebak di neraka ini, selamanya. Ia tidak bisa lagi kehilangan keluarganya yang lain.
Pukul dua pagi, ketika Wei Ying bersiap-siap tidur, Rong Hua menggedor pintu kamarnya. Membuat A-Yuan menggeliat terganggu dan itu jelas membikin Wei Ying geram. Apa yang dilakukan jalang itu jam segini?
Wei Ying membuka pintu dengan marah, namun malah mendapati Rong Hua bersama dua pengawal beta. Pria itu mengerutkan kening dan berkata, "Ada apa ini?"
Rong Hua, alih-alih menjelaskan dengan baik-baik, malah menggunakan jalan pintas. "Seret dia." Dua pengawal beta itu mengangguk dan meraih Wei Ying. Wei Ying menghindar.
"Apa-apaan ini?!" serunya.
"Tidak bisakah kau tutup mulut, homo sialan? Kau harus melakukan pekerjaanmu!"
Wei Ying terperangah. Dia ingat bahwa besok adalah hari pertamanya bekerja sebagai pelacur, tapi apa ini?! Siapa yang lebih dulu memesannya? Mereka tidak memberi tahu Wei Ying tentang klien pertamanya. "Aku tidak mau! Tidak ada penjelasan tentang alpha brengsek mana yang memesanku, maka aku tidak mau!"
"Ck, banyak omong! Cepat seret dia! Tuan akan marah pada kita jika dia tidak segera ke studio!" ujar Rong Hua. Buah dadanya memantul ketika ia berbicara.
Para pengawal itu berusaha meraih Wei Ying lagi dan kali ini berhasil. Wei Ying sudah cukup lelah dengan tekanan batin berada di tempat terkutuk ini dan bekerja sepanjang malam sehingga tenaganya tidak banyak. Belum lagi beta-beta itu mengeluarkan dominasi mereka terhadap omega (meskipun tidak kuat tapi tetap saja membuat merinding). Wei Ying benci dirinya yang lemah terhadap aura mereka, benci kepada gender sekundernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire
Fanfiction⚜ Alex-cchi & Xiao Reina ⚜ 魔道祖师 - 墨香铜臭 | Módào Zǔshī - Mòxiāng Tóngxiù ⚜ Relationship: Lán Zhàn | Lán Wàngjī/Wèi Yīng | Wèi Wúxiàn ⚜Additional Tags: Alpha/Beta/Omega Dynamics, Smut, Angst and Hurt/Comfort, Fluff, Broken Families, Pining, Explicit Se...