Friendzone with Benefit - 2 ❣

2.4K 186 45
                                    

Mengandung konten seksual eksplisit yang mungkin membuat Anda tidak nyaman dalam batas-batas tertentu. Read with your own risk!
____________________________________


You know our love would be tragic (oh yeah)

So you don't pay it, don't pay it no mind
We live with no lies
Hey, hey
And you're my favourite kind of night ♪

-The Weeknd - "Earned It (Fifty Shades of Grey)"-

♣♣♣

Wei Ying terengah-engah.

Seluruh tubuhnya membara oleh api yang menggelora dari dalam nadinya. Semua sel-sel daging Wei Ying meneriakkan kenikmatan yang berlebihan, membuat omega tersebut pusing dan merasa seolah melayang di tepi nirwana.

Mungkin dia sudah dekat untuk mencapai surga gara-gara Lan WangJi yang entah sudah berapa lama menyiksanya.

(Oh well, Wei Ying sendiri yang menawarkan beberapa 'hal' kepada Lan WangJi dan mereka memiliki kesepakatan tertulis.)

"Wei Ying?" Suara serak Lan WangJi menandakan kepuasan terhadap sesuatu, dan hal itu memicu omega batin Wei Ying menjerit lagi.

"Y-Ya, Lan Zhan...?" Tergagap Wei Ying menyahut, sekujur tubuhnya lemas setelah dihantam gelombang gairah.

"Kau ingat kode merahnya?"

Dengan mantap Wei Ying menjawab, "Ya. Aku baik-baik saja Lan Zhan, walaupun seluruh tubuhku hancur dipermainkan olehmu seperti ini, aku menyukainya." Diiringi senyum lemah yang manis.

Lan WangJi berusaha sekuat tenaga tidak membanting kemaluannya ke dalam liang hangat Wei Ying saat itu juga. Pujaan hatinya terlalu manis, sangat rentan ketika ia mempercayakan tubuhnya di bawah belas kasihan Tuan Kedua Lan.

Akibat dari senyum yang memabukkan, Wei Ying dihadiahi benda yang melesak ke dalam lubangnya dengan tergesa-gesa. Buttplug itu tenggelam di dalam Wei Ying, membuat sang empunya mengerang tak berdaya. Erangannya berubah isakan semanis madu ketika Lan WangJi menyalakan fitur vibrasi benda tersebut. Wei Ying meronta sia-sia sebab tangan dan kakinya dibelenggu ke ujung-ujung ranjang mewah itu. Matanya di tutupi sutra hitam berkualitas tinggi paling lembut, tunas merah di dadanya dijepit dengan nipple clamps, dan sekarang saung intimnya diinvasi oleh benda besar yang bergetar.

"Lan Zhan! Hhhaahh! Aahh! L-Lan Zhan ampuni aku-ahhn-tolong kasihani aku! Er Gege... A-Aku mohon padamu, ahhh ahhn, tidak-ugh!"

Wei Ying mengoceh, bibirnya meneteskan saliva, pipinya ternoda oleh air mata, kulitnya memerah dengan sangat cantik seperti buah persik. Kakinya menyebar terbuka, gemetar dan malu sebagai reaksi dari vibrasi benda di dalam dirinya. Penisnya yang tadinya layu, kini kembali mengeras dan mengeluarkan butiran jus cinta.

Lan WangJi menaikkan intensitas vibrasi buttplug-nya sampai maksimal, dan Wei Ying serta merta melengking keras. Dia bergerak-gerak gelisah, menggelengkan kepalanya sebagai reaksi penderitaan. Namun ia tidak pernah menjentikkan jarinya (sebagai bentuk kode merah: berhenti) -artinya meskipun menderita, Wei Ying tidak merasa tidak nyaman-dan Lan WangJi tersenyum puas. Ia mengecup pipi Wei Ying dengan lembut, masih acuh terhadap rintihan memalukan omega tersebut.

"Lan Er Gege, tolong-ahh! T-Tidak... Haahh ahh, kasihanilah aku...." Wei Ying berkata dengan lembut, berupaya meluluhkan hati Lan WangJi agar mau mengampuninya setidaknya sedikit.

Lan WangJi membuntuti ciuman di sepanjang garis tubuh Wei Ying, dia bahkan mencium kedua puting Wei Ying yang terjepit menyedihkan. Di akhir, Lan WangJi mencium penis Wei Ying dan mengulumnya, lagi. Wei Ying serta merta menjerit terkejut, gelombang kesenangan yang lebih hebat menyerbunya tanpa ampun.

DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang