07 - Desa Terbelakang

1.8K 440 24
                                    

Assalamualaikum dan selamat siang,

Apa kabar hari ini?

Maaf yaa, Wiya updatenya lama.

Selamat membaca :)

***

Nasib Sky' benar-benar apes. Setelah beberapa jam naik pesawat dilanjutkan dengan menumpang bus yang mengharuskannya menahan muntah mencium keringat-keringat penumpang lain, dikiranya ia bisa lega saat becak butut yang disewa Yada membawanya ke kampung halaman pria itu.

Tapi lihatlah dirinya sekarang! Belum lagi sampai di rumah Yada, celana mahal limited edition-nya sudah kotor karena ulah pick-up sialan yang mencipratkan air comberan kearahnya. Bukannya berhenti dan minta maaf, pengendara pick-up itu malah balik meneriakinya seolah disini dialah yang bersalah. Dasar orang kampung tak punya tata krama!

Jangan tanyakan bagaimana ceritanya ia berakhir mengikuti Yada pulang kampung. Keputusan ekstrem itu tiba-tiba ia ambil karena menurutnya ide Yada untuk liburan sejenak itu bisa dikatakan bagus juga. Ia sudah resmi melepas Le-Roi, juga nama besar keluarga Malik. Jadi untuk sekarang, ia berencana untuk mengambil cuti sepanjang yang diinginkannya sebelum memulai kembali proyek musik barunya. Yada juga berkata di kampung halamannya ini banyak terdapat pantai indah dengan view langit yang cantik dimana salah satu pantai tersebut biasa dipakai para wisatawan untuk surfing. Semakin tertariklah Sky'. Ia bahkan sudah membawa beberapa celana renang dan juga sunblock.

Tapi sepertinya ia lebih baik tetap di Jakarta. Kampung Yada adalah definisi sebenar dari bencana. Ini adalah kampung terjelek yang pernah disinggahi Sky' sepanjang hidupnya. Kampung halaman Papa-nya di Purworejo bahkan lebih modern dari tempat ini. Ah, ia menyesal mengapa tak pergi ke Purworejo saja. Meski Eyang dan Uti sudah meninggal dunia, tapi masih ada abdi setianya yang baik hati disana.

Jalanan banyak yang berlubang. Di kiri-kanan jalan banyak pohon-pohon besar yang ia yakin akan menimbulkan kesan angker saat malam hari. Rumah-rumah penduduk tampak kumuh dan sempit, dan satu hal lagi yang membuat dirinya seperti kehilangan orientasi adalah minimnya kendaraan yang berlalu lalang. Sebenarnya di negara Indonesia bagian manakah dirinya berada saat ini? Apakah keluarga Yada tinggal bersama orang-orang suku pedalaman? Bukankah tempat ini berseberangan dengan pulau Bali yang eksotis? Tapi mengapa tak tersentuh modernitas sama sekali?

-AHLAN WASAHLAN ILA MA'HADIL HADITS AL-BINA-

-WELCOME TO ISLAMIC MODERN BOARDING SCHOOL AL-BINA-

-SELAMAT DATANG KE PONDOK MODERN AL-BINA-

2,5 km -->

"Sebentar lagi kita sampai, Mas. Itu plang pesantrennya udah kelihatan." Yada menunjuk plang besar di tepi jalan.

Sky' membaca sekilas plang hijau mengkilap tersebut dan bulu kuduknya berdiri seketika. Pesantren? Apa maksudnya ini? Jadi keluarga Yada tinggal di pesantren? Kenapa bocah sialan ini tak memberitahunya sejak awal? Kalau tahu begini, sampai mati-pun ia tak akan pernah mau ikut kesini! Salah satu tempat yang ia sumpahi tak akan pernah diinjaknya adalah tanah pesantren, tempat dimana orang-orang sok suci bermukim.

Shit!

"You live in boarding school? Kenapa gak bilang sejak awal, goblok? Aww!"

Bukannya menjawab, Yada malah menatap Sky' prihatin. Sky' mengumpat begitu melihat Yada yang tampak menahan diri untuk mengejek dirinya yang memegangi kepala karena terjedot tiang becak. Sepertinya becak baru saja melewati lubang yang cukup besar.

"Hati-hati dong, Pak! Kalau bocor kepala gue gimana?!!"

Yada meringis seraya membekap mulut Sky' yang tertutup masker. Ia buru-buru meminta maaf pada supir becak yang hanya ditanggapi dengan senyum oleh bapak paruh baya tersebut.

Langit Diatas LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang