13 - Akhir Yang Memalukan

1.5K 350 33
                                    

Assalamualaikum dan selamat pagi...

Hampir tiga bulan Langit-Wiya gak update, maafin yaa?

Banyak kendala terjadi akhir-akhir ini mulai dari mood buka wattpad yang entah kenapa hilang sampai laptop yang bikin ulah.

Oh ya, meski udah abis lebaran, aku tetap mau ngucapin minal 'aidin wal faidzin semuanyaa...mohon maaf lahir dan bathin :)

Selamat membaca Langit dan Wiya, mudah-mudahan masih ingat alurnya. 

Jangan lupa vote dan komen yaa?

***

"Rumah lo gak punya tangga yang lebih tinggi apa? Hosh ... hosh ..." Sky' melempar tangga kayu berat yang dibawanya ke tanah. Bunyi gedebuk keras membuat Yada yang mengekor di belakang seketika menjadi panik. Mereka baru saja menyeberangi kolam ikan di sebelah kiri joglo dengan hati-hati dan saat ini sudah berada di depan tembok yang memisahkan antara joglo dengan klinik Salam.

"Mas Langit jangan aneh-aneh dong! Bisa digorok kita kalau ketahuan sama bapak ngintipin Mbak Jin!"

Sky' mengibaskan tangan Yada dari lengannya. Wajah lelaki kurus itu tampak memutih pucat pasi, tapi Sky' tak peduli.

"Bapak lo gak bakalan tau kalau lo gak ember! Ide luar biasa ini dengan sendirinya mampir ke otak gue yang jenius, bisa apa lagi diri ini selain bersyukur? Ini salah satu usaha gue buat ngeliat Wiya, kenapa lo malah nahan gue sih? Kalau gak mau bantuin diem aja deh, Cungkring!" hardiknya sembari mengibaskan rambut abu-abunya yang tertiup angin ke belakang.

Yada hanya bisa pasrah melihat aksi nekat Sky'. Mantan gitaris Le Roi itu jika sudah kambuh penyakit gilanya bisa sangat-sangat berbahaya. Tiga tahun menjadi asisten Le-Roi, ia sudah dibuat hampir jantungan berkali-kali. Dulu, Sky' bahkan pernah hilang dari apartemen selama satu malam untuk balapan liar. Membuat panik semua orang. Jadi hal seperti ini seharusnya bukan apa-apa.

Ide untuk memanjat tembok tiba-tiba saja terlintas di otak Sky' yang katanya ber-IQ 148 itu karena ia belum bertemu Wiya sejak pagi. Katanya juga, nutrisi untuk kebahagiaannya belum terpenuhi. Sky' bahkan rela menunggu hingga hampir tumbuh jenggot di warung bubur tadi pagi—mengabaikan tatapan penasaran dan kagum orang kampung.

Disisi lain, Yada tak punya nyali untuk mencegah karena meski sudah menjadi mantan bos, ia tetap segan pada Sky' dan masih menganggap lelaki itu sebagai bosnya. Entahlah, Sky' seperti punya aura sendiri yang membuat orang-orang segan dan patuh tak peduli sebrengsek apapun sifatnya.

"Mas, please turun. Nggak sopan ngintipin orang kayak gini, Mas. Apalagi perempuan. Umur Mas Langit udah 26, gak malu kalau dilihatin orang? Mas Langit itu seharusnya masih berduka karena diselingkuhi mbak Jessica, minimal patah hati gitu lho. Bukan malah ngintip kayak penguntit gini. Ketertarikan Mas ke Mbak Jin itu mungkin juga murni cuma rasa penasaran. Sadar, Mas!"

"Lo banyak bacot juga ternyata ya? Kenapa jadi bawa-bawa nama Jessica sih? Gue gak punya waktu buat nangisin cewek murahan kayak gitu. Lagian semua ini terjadi juga gara-gara elo! Lo yang maksa gue ikut lo pulang kampung, kan? Sekarang bantuin, cepetan! Demi hubungan persahabatan kita yang udah terjalin selama tiga tahun, Da!"

"Ta-tapi, kenapa harus pakai cara kayak gini, sih? Kalau mau kenalan langsung aja ke klinik, ajak ngobrol gitu, kan lebih sopan?"

"Ngobrol itu urusan nanti. Sekarang gue pengen liat orangnya dulu. Gue pikir-pikir, kayaknya gue harus pelajari dulu sebenarnya Wiya itu orangnya kayak gimana. Mau observasi dulu lah sebelum pedekate. Kenapa pas ngobrol sama bapak lo dia bisa ketawa-ketawa, tapi sama gue dinginnya kayak batu arca? Ya ampun, kenapa gue malah ngejelasin panjang lebar ke lo sih? Cepetan bantuin, ini berat banget, Oon!!"

Langit Diatas LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang