17 - Goyahnya Tiang Sebuah Negeri

1.1K 294 42
                                    

Assalamualaikum dan selamat pagi!

Langit Wiya update lagi nih...

Selamat membaca semuanyaa :)

***

Desa Salam pagi itu gempar. Para warga berbondong-bondong mendatangi klinik saat mendengar ada keributan besar disana. Sky' ikut menyeret Yada. Niat si Cungkring itu untuk tidur hingga siang pupus seketika.

Seorang bapak paruh baya sedang memurkai anak perempuannya yang sepertinya masih SMA karena kedapatan hamil diluar nikah. Namanya Anggun. Dan seperti namanya, anak tersebut memang tampak anggun dan pendiam. Masih menjadi misteri bagaimana kisahnya sehingga seorang yang tampak tak banyak bicara dan tak pandai bergaul itu sampai hamil. Singkat cerita, gadis tersebut dibawa ke klinik karena beberapa hari ini mengeluh pusing dan mual. Dugaan awal adalah masuk angin, tapi ternyata ada makhluk yang hidup di dalam dirinya.

"Anak tak tahu diuntung! Bapak menyekolahkanmu biar jadi orang pintar, tapi apa yang kamu lakukan, hah? Anak siapa yang ada dalam perutmu itu? Anak siapa? Jawab bapak!"

Gadis itu hanya menangis terisak. Mulutnya tak mengeluarkan sepatah kata-pun selain permintaan maaf. Ia terduduk di kaki ayahnya, bersimpuh meminta ampun sembari sebelah tangan menutupi sebelah pipinya yang merah karena bekas tamparan. Ibu gadis itu tergolek lemas diatas sofa, pingsan. Mungkin syok mendengar berita kehamilan anaknya.

Ini adalah kali pertama Sky' melihat kejadian seperti itu. Biasanya ia hanya melihat drama-drama seperti ini di televisi. Teman artisnya banyak yang hamil diluar nikah, tapi reaksi orang tua mereka tak ada yang se-ekstrem ini. Biasanya urusan akan beres dengan dua cara. Nikah atau menggugurkan kandungan mereka.

Buat apa marah-marah? Toh semuanya sudah terjadi juga.

"Maaf, Pak. Maaf..."

Rupanya si bapak tersebut masih tak puas hati. Ia menepis tangan anaknya dari kakinya dan kembali berujar dengan muka memerah. "Keluar kamu dari rumah! Saya nggak sudi punya anak pembuat malu seperti kamu! Pencoreng arang ke muka orangtua! Kamu bukan anak saya lagi!"

Tangis gadis itu pecah. Para warga yang menonton kejadian itu tak melakukan apapun selain berbisik-bisik. Ada yang menenangkan ayah Anggun yang sedang mengamuk itu, tapi tak digubris sama sekali. Sedangkan yang lain, mereka prihatin dan penasaran, tapi sepertinya tak berani ikut campur.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam..."

Suasana langsung hening seketika begitu seorang pria paruh baya berpeci putih tiba diikuti tiga orang pria muda di belakangnya. Sky' tak pernah melihat pria ini sebelumnya. Tapi ia langsung tahu bahwa beliau adalah pemimpin pesantren karena Yada membisikinya. Orang-orang memanggil pria paruh baya itu dengan panggilan Pak Kyai. Pria itu belum terlalu tua, usianya mungkin baru kisaran enam puluhan. Wajahnya bersih dan sejuk dipandang mata. Sisa-sisa ketampanan masa muda melekat disana diperkuat dengan aura bijaksananya yang membuat orang-orang segan dan hormat padanya.

Kerumunan langsung memberi jalan. Sepertinya para warga desa begitu patuh pada sosok yang baru datang tersebut. Sky' menganga begitu melihat bapak Anggun yang tadinya meledak-ledak langsung terdiam dan langsung menundukkan kepala di depan pria tersebut.

"Pak Kyai,"

"Ada apa ini?" Kyai tersebut bertanya dengan lembut. Hati siapapun yang mendengar nada bicaranya langsung sejuk seketika.

Bapak Anggun terdiam. Hanya menunduk dan membiarkan saat salah seorang warga yang sejak awal menonton kejadian itu bercerita secara singkat pada sang Kyai mengenai apa yang terjadi.

Langit Diatas LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang