09 - Bidadari Desa Salam

1.8K 453 37
                                    

Assalamualaikum dan selamat soreee...

Langit dan Wiya update!

Selamat membaca ya, jangan lupa vote dan komen juga :)

***

Sky' keluar setelah menghabiskan waktu setengah jam di kamar mandi. Sebelah tangannya mengusap pelan rambut abu-abunya dengan handuk putih. Ia sudah membersihkan seluruh tubuhnya dengan teliti dan kini saatnya mengaplikasikan cream pelindung untuk tubuh dan wajahnya. Sebagai artis besar, kesehatan kulit adalah hal utama yang menjadi fokus perhatiannya—selain tubuh tentu saja. Ia harus selalu good looking dimana dan kapan saja. Ia bahkan membawa satu tas penuh rangkaian skincare mahalnya tak peduli kampung ini berudara bersih dan bebas polusi.

Rumah Yada sangat payah, tak ada shower apalagi air hangat. Kamar mandi joglo ini hanya menyediakan bak besar serta gayung, tapi Sky' bersyukur setidaknya airnya sangat bersih dan jernih. Well, namanya juga kampung, katanya membatin. Apa yang diharapkannya?

"MAS LANGIT!! MAASS!!"

Teriakan Yada dari luar membuat Sky' cepat-cepat menutup botol pelembab kulitnya dan bergegas. Jam sudah menunjukkan pukul satu dan sepertinya Yada tak sabar untuk mengajaknya makan siang.

"Lama banget ngapain aja sih, Mas? Ini mau kemana wangi-wangi begini?"

Sky' mengerutkan alis. "Kenapa heran? Gue biasanya emang wangi, kali!"

"Ya, tapi kan ini di kampung, Mas? Gak perlulah pake-pake skinker segala! Gak ada asap disini. Debu juga gak ada. Mataharinya juga ketutup sama pohon-pohon."

Sky' berdecak. Memilih menarik kursi untuk duduk. Bocah cungkring di hadapannya ini mana paham dengan pentingnya menjaga kesehatan termasuk kesehatan kulit? Sinar UVA dan UVB benar-benar berbahaya untuk kulit, tak hanya bisa mengakibatkan sunburn dan menimbulkan dark spot, tapi juga bisa menyebabkan penuaan dini dan kanker kulit sebagai efek jangka panjang.

"Baju kotornya tadi ditaruh dimana?" Yada bertanya lagi.

"Gak ingat gue. Kayaknya gue lempar di ranjang deh, atau di bawah kolong? I don't know. Lo cari aja sendiri."Sky' menjawab masa bodoh.

Yada melotot. "Kan saya udah pesan baju kotornya taruh di keranjang, Mas. Masa begituan harus diingatin terus sih?"

Sky' menaikkan alis menantang. "Lo sekarang kok banyak bacot sih?"

Yada berdehem. "Ehm, ya udah, makan dulu sini."

"Bapak lo mana?"

"Udah makan duluan."

Sky' mengamati meja dan lagi-lagi dibuat syok begitu melihat hidangan yang tersedia. Yada selalu punya kejutan absurd untuknya setiap hari. Jika kemarin ia menghidangkan udang-udang mini untuknya, kali ini si Kurus itu menyediakan rebusan ulat-ulat hijau, lalu ikan-ikan mini yang dilumuri cabe, lalu omelet yang sepertinya gosong karena permukaannya yang kecokelatan dan sambal yang baunya menyengat.

Tempat ini benar-benar aneh! Kenapa nelayan-nelayan tempat ini hanya memanen hewan-hewan kecil? Seminggu ia disini, kalau tak salah baru sekali Yada memasak ikan normal. Ikan dalam artian bisa ia bedakan daging dan tulangnya.

"Lo serius kita makan ginian? I even don't know what this weird thing is..." katanya menunjuk-nunjuk jijik rebusan ulat di dalam mangkuk dengan sendok. Benda-benda aneh itu tak akan pernah masuk ke perutnya. Tidak akan pernah!

"Oh, itu. Namanya pakis, Mas. Sayuran tempatan yang berasal dari hutan. Ini tadi saya tumis pake cabe rawit sedikit, dijamin rasanya pasti enak. Jadi don't worry memory lah. Ayo makan!" Yada menjelaskan dengan semangat. Sepertinya kekesalannya karena kasus baju kotor sudah raib entah kemana.

Langit Diatas LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang