11 - Perkenalan Dengan Wiya

2.1K 449 31
                                    

Assalamualaikum dan selamat siang...

Semoga sehat selalu dan selamat beraktivitas!

Sky' dan Wiya updatee, jangan lupa vote dan komen yaa? 

***

Hari ini, Sky' bangun dari tidur dengan semangat baru.

Keputusannya untuk kembali ke Jakarta dibatalkan seketika setelah bertemu Wiya untuk pertama kalinya. Seperti ada yang sesuatu dari dalam diri gadis sombong itu yang menariknya untuk berkenalan lebih jauh. 'Cantik' jelas merupakan faktor utama yang memantik rasa penasarannya-well, Reynand Langit Malik-Najendra tak pernah bisa mengabaikan gadis cantik-lalu mungkin sikap cuek dan ketidak-peduliannya. Entahlah, ia akan mencari tahu tentang itu nanti. Seringai kecil terbit sendiri di bibirnya begitu menyadari bahwa mulai saat ini, hari-harinya di tempat ini pasti akan jauh menjadi lebih menyenangkan.

By the way, Pak Pulungan benar-benar keterlaluan! Saat kemarin ia mengantar barang ke dapur pesantren karena gambling dari pria tua itu, Wiya sama sekali tak berada disana. Ia sudah mengutuk sebal dan hampir membuang barang-barang berat menyusahkan itu ke selokan, tepat sebelum salah seorang santri perempuan yang menatapnya penuh pemujaan berbaik hati memberi info gratis bahwa Wiya hanya membeli barang sementara gadis itu sendiri ditugaskan di klinik desa Salam yang sungguh Demi Tuhan Yang Maha Baik—klinik itu berada tepat di samping tembok joglo. Ia sempat kesana kemarin, tapi klinik tersebut sudah tutup.

Lalu, dirinya sampai tak bisa tidur tenang tadi malam saking bersemangatnya menunggu hari ini.

Reynand Langit Malik-Najendra tak akan pernah menyia-nyiakan gadis cantik. Makhluk-makhluk berdada itu adalah muse-nya dalam menulis lagu. Puluhan lagu Le-Roi yang ditulisnya adalah hasil dari kekagumannya pada wanita. Katakanlah ia pecinta wanita, tapi memang begitu adanya. Selain para wanita ular dan seorang wanita lagi bernama Nyonya Sandra Malik, maka semua wanita di dunia adalah mahakarya terindah Tuhan untuk dunia.

Setelah mengatur smartwatch, Sky' memulai lari paginya. Lari pagi hari ini entah kenapa terasa berbeda dengan kemarin. Langkahnya lebih ringan dan senyuman ibu-ibu yang menatapnya ia balas dengan sapaan 'selamat pagi'. Ibu-ibu tersebut tersipu-sipu seperti anak remaja yang kasmaran. Benar, itu reaksi alami orang-orang saat bertemu dengannya. Sky' terkekeh. Sepertinya hanya Wiya saja yang sok tak peduli melihatnya. Tapi Sky' akan memaklumi itu karena Wiya cantik. Orang cantik bebas berbuat apapun.

Matahari belum keluar dari peraduan saat ia melintasi kebun pesantren. Kepalanya celingak-celinguk mencari Wiya, dan begitu memastikan gadis itu tak berada disana, ia kembali melanjutkan langkah mengambil satu putaran hingga ke batas kampung sebelah. Mudah-mudahan saat ia kembali nanti Wiya ada di kebun itu. Semoga saja.

Satu jam kemudian, Sky' berhenti di depan sebuah warung sarapan begitu menyadari dirinya kehausan. Melihat dari ramainya pengunjung yang datang, warung itu sepertinya menyediakan menu yang enak—setidaknya menurut selera orang-orang kampung. Sky' lebih menurunkan letak topinya agar tak menjadi pusat perhatian.

Ia membaca sejenak papan kumuh disamping jembatan. Warung ini ternyata menjual aneka sarapan pagi seperti bubur ayam, nasi uduk, lontong pecel, dan beberapa menu lain yang namanya saja membuat Sky' bingung. Dilihatnya orang-orang yang berada disana kebanyakan sedang makan bubur nasi dengan teh manis.

Sky' memutuskan untuk memesan tiga porsi bubur tersebut begitu teringat Yada dan Pak Pulungan di rumah. Sejak berada disini, Yada sudah bersusah payah memasak dan mencuci pakaiannya sementara Pak Pulungan tak mengambil sepeserpun uang yang diberikannya. Ia terkadang merasa canggung juga karena sejak dulu dirinya bukan tipe orang yang bisa hidup dengan belas kasihan orang lain, apalagi dengan semua serba-gratis. Menjadi orang kaya membuatnya terbiasa memberi, bukan diberi.

Langit Diatas LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang