Bab 33 Kita yang Terhubung oleh Bintang

2 0 0
                                    

"Chiara, ini Csilla mau ngomong. Katanya nggak percaya kalau malem itu kita cuma makan-makan biasa, nggak ada yang spesial," jelas Igor terus terang.

"Kamu gila, ya?" tanyaku masih tanpa suara. Mau ditaruh di mana wajahku? Igor membuatku terkesan seperti wanita pencemburu dan penuh kecurigaan di hadapan Chiara.

"Ini." Dengan santainya, Igor menyodorkan ponselnya ke dekat wajahku.

"Halo, Csilla," sapa Chiara.

"Halo ...." Aku kehilangan kata-kata.

"Maaf, ya. Bikin kamu salah paham, tapi serius aku beneran nggak ada apa-apa lagi sama Igor. Kemarin itu murni cuma ketemuan biasa aja, nggak ada yang spesial. Kamu pasti udah denger cerita pas kami putus, kan?" tanya Chiara.

"Eng ...." Aku bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan itu. Rasanya sangat tidak etis menjawab bahwa aku memang mengetahuinya. Bukankah itu seharusnya menjadi rahasia mereka?

"Anggap aja pertemuan kemarin itu sebagai permohonan maaf aku ke Igor gara-gara sikap aku yang terlalu berlebihan. Aku akui, waktu itu aku keterlaluan, banget!"

Terdengar helaan napas Chiara. "Kamu percaya sama Igor, ya," lanjutnya.

"Eng .... Thanks, ya. Maaf ganggu. Seharusnya Igor nggak perlu telepon kamu cuma gara-gara masalah ini. Sekali lagi maaf, ya," balasku.

Aku sungguh tidak enak dan juga malu kepada Chiara. Kudorong tangan Igor agar ponsel itu menjauh dariku. Aku menggeleng sebagai tanda aku tidak mau lagi berbicara dengan gadis itu.

"Thanks, ya, Chiara. Kayaknya dia udah percaya sekarang. Aku tutup sekarang, ya. Salam buat Daniel."

Chiara sekali lagi tertawa kecil. "Oke, moga abis ini nggak ada salah paham lagi, ya. Aku nggak ada sangkut paut lagi sama hubungan kalian. Jadi, kalau ribut jangan aku yang dicari!"

Setelah Igor menutup teleponnya. Dia langsung mencecarku lagi, "Gimana? Udah percaya? Masih kurang bukti apa lagi?"

Aku membuka mulutku hendak menyela, tetapi Igor tidak memberiku kesempatan.

"Kenapa? Mau bilang itu bukan Chiara?"

Aku mengatupkan mulutku kembali. Lelaki itu benar-benar bisa membuat duniaku jungkir balik. Kedatangannya selalu penuh dengan kejutan. Seakan-akan kejutan hari itu belum cukup, Igor menunjukkan sesuatu di layar ponselnya.

"Baca ini!"

Layar ponsel Igor menunjukkan ramalan bintang miliknya. Saat aku membaca bagian akhirnya, aku sudah tidak bisa menahan mataku yang mulai memanas dan kabur oleh genangan air mata. Mataku mengerjap-ngerjap menoba mencegah agar air mata itu tidak tumpah.

Lagi-lagi aku seperti dilemparkan kembali ke masa remaja, saat pertama kalinya aku di dekatkan dengan Igor. Ramalan bintang itu seperti kembali terulang setelah sembilan tahun berlalu. Di sana tertulis, jodoh yang cocok untuk Taurus adalah Virgo.

Aku tidak menolak saat Igor memelukku. Tangannya yang kekar benar-benar mendekap tubuhku.

"Gimana, Virgo? Masih mau bilang apa?" tanyanya.

"Gimana caranya kamu bisa tahu aku di sini? Maksudku, kamu tau aku bakal ke sini?" Aku benar-benar penasaran.

"Kamu nggak ngerasa ada yang aneh semalem?"

Aku mencoba mengingat-ingat dan tiba-tiba saja panggilan telepon dari Tiffany adalah satu-satunya alasan yang paling masuk akal.

"Tiffany?" tanyaku ragu-ragu.

Igor mengangguk, aku bisa merasakannya dari gerak dagunya yang berada di puncak kepalaku.

Entah bagaimana caranya Igor meyakinkan Tiffany hingga dia mau membantu Igor menemukanku. Dia berutang penjelasan kepadaku dan aku berutang oleh-oleh kepadanya.

"Masih ada pertanyaan lain, Virgo, Csilla?" tanya Igor lagi.

"Kamu nggak mau bilang cinta atau sayang ke aku? Nggak ada ucapan apa-apa?"

Dekapannya mengendur. Dipegangnya kedua bahuku. "Jangan mulai ngebayangin adegan film Korea lagi! Kamu jangan harap aku bakal romantis kayak cowok-cowok itu. Aku nggak bisa!"

"Oke," ucapku sambil memasang wajah sedikit kecewa.

"Biar aku nggak ngomong sayang-sayangan. Kamu punya aku sekarang!" ucapnya tegas.

Sebelum aku sempat menikmati kebahagiaan yang menyeruak keluar setelah mendengar kalimat terakhir Igor. Dia sudah memelukku sekali lagi. Pelukan yang membuatku merasa bahwa segala hal yang sebelumnya sempat keluar jalur, sudah kembali ke porosnya.

Ternyata memang benar apa yang selalu didengungkan tentang cinta pertama. Meski bertahun-tahun sudah berlalu, meski terpisahkan oleh jarak yang membentang, setiap kali pemiliknya datang menyapa, rasa itu akan muncul kembali tanpa diundang. Aku sendiri sudah merasakannya, bahkan lebih spesial.

Cinta pertamaku ditunjukkan oleh bintang, dipertemukan kembali kepadaku oleh bintang, dan disatukan lagi oleh bintang.

Kita yang Terhubung oleh BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang