Bab 28 Yang Spesial untuk yang Spesial

1 0 0
                                    

Sudah hampir tiga hari belakangan, aku bolak-balik memutar video tutorial yang sengaja kuunggah ke ponselku. Sebentar lagi hari ulang tahun Igor yang ke-26 dan aku sudah berniat untuk memberinya sebuah kue ulang tahun yang kubuat sendiri.

Bukannya aku tidak mampu membelikannya kue buatan tangan profesional yang dari segi rasa dan bentuknya sudah pasti lebih baik. Hanya saja, akan terasa lebih spesial bila yang kuberikan adalah hasil karya tanganku sendiri.

Semua bahan yang kuperlukan juga sudah kubeli, bahkan takaran resepnya pun sudah kuhafal di luar kepala. Aku hanya tinggal mengeksekusinya dengan baik sehingga hasilnya tidak terlalu memalukan.

Malam sebelum ulang tahun Igor, saat kami saling berbalas pesan, sama sekali tidak kusinggung tentang ulang tahunnya. Padahal aku sambil menimbang semua bahan yang kuperlukan. Rencananya, aku akan bangun subuh-subuh untuk mengerjakan kue ulang tahun untuknya.

Sebenarnya, aku bisa saja mengerjakan kue untuk Igor malam itu, tetapi tidak tenang rasanya mengingat Igor bisa datang sewaktu-waktu tanpa diundang. Kejutan yang kurencanakan bisa gagal. Alasan lainnya, aku takut diserang rasa kantuk yang bisa membuat ketelitianku berkurang sehingga risiko gagalnya lebih besar.

[Aku tidur dulu, ya. Ngantuk banget.] Khusus malam itu, aku ingin tidur lebih awal, khawatir besok tidak terbangun tepat waktu.

[Tumben? Cepet amat.]

[Ngantuk, mau gimana lagi? Nite, Igor.]

Kumatikan ponsel agar tidak tergoda untuk melanjutkan obrolan kami yang seperti tidak ada habisnya.

Pukul tiga pagi aku bangun, hal yang tidak akan pernah mau kulakukan tanpa alasan yang jelas dan mendesak. Namun, subuh itu, dengan senang hati dan semangat menggebu-gebu, aku melakukannya untuk Igor. Yang ada dipikiranku waktu itu tidak muluk-muluk, cukup buat kue yang layak dimakan dan terlihat cantik.

Akhirnya, setelah tiga setengah jam berkutat di dapur. Sebuah kue ulang tahun yang sangat sederhana sudah selesai kukerjakan. Kue berbentuk bulat dengan diameter dua puluh senti, dengan lapisan krim di luarnya.

Untuk menutupi ketidakmampuan tanganku memoles krimnya hingga halus, kususun wafer berlapis cokelat agar seperti pagar yang mengelilingi kueku itu. Tidak sia-sia tips yang kuikuti sebagai rencana cadangan seandainya kueku tidak sesuai ekspektasi.

Untuk bagian atasnya, kutaburkan cokelat bubuk. Tidak lupa kutambahkan hiasan dari cokelat putih berbentuk dedaunan di atasnya. Aku hampir saja lupa menancapkan hiasan bertuliskan "Happy Birthday" di atasnya.

Setelah puas memandang dan memotret kue ulang tahun pertamaku itu, aku langsung memasukkannya ke dalam kotak. Bila itu tidak segera kulakukan, bisa-bisa seharian aku akan mengagumi dan memuji betapa mahirnya diriku.

Seharian, aku tidak menghubungi Igor. Aku juga sudah berniat untuk mengabaikan semua pesannya yang masuk ke ponselku. Aku akan berpura-pura sibuk padahal rasanya sudah tidak sabar untuk melihat wajah Igor begitu melihat kejutan dariku.

Hingga sore, rencanaku berjalan dengan lancar karena seharian Igor memang tidak menghubungiku sama sekali. Aku masih berpikir positif, bisa saja Igor mengutamakan untuk merayakan hari bahagia bersama keluarganya atau dengan teman-temannya. Lagipula tidak ada kewajiban untuknya melaporkan apa kegiatan yang dilakukannya.

Seandainya nanti malam dia datang, maka tiup lilin dan potong kuenya akan kami lakukan di rumahku. Namun, seandainya dia tidak datang, maka aku yang akan ke rumahnya. Tiffany sudah kutodong untuk memboncengku ke sana.

Pukul setengah tujuh malam, aku mengajak Tiffany untuk mengantarku ke rumah Igor. Kue buatanku sudah aman di dalam kotaknya. Sengaja aku tidak mengabari Igor tentang kedatanganku. Kalaupun dia sedang keluar, aku tidak masalah untuk menunggu.

Kita yang Terhubung oleh BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang