14. Rakana Abimanyu

1.1K 95 0
                                    

Pemandangan cantik nan indah selalu tersaji di setiap pagi Rakana, muka bare face istrinya adalah yang paling dia suka. Alina memang selalu cantik, mau make up look apapun yang dipakai. Memuji istri sendiri tentu tidak masalah. Kecantikan Alina membuat Rakana harus pintar-pintar menjaga istrinya itu, banyak pria yang masih saja mendekati Alina. Beruntung berita baik datang di keluarga Rakana, tentu membuat Alina semakin terikat dengan Rakana.

Kehamilan istrinya memang hal yang paling menggembirakan untuk Rakana, walau sebenarnya keluar jalur dari rencana awal. Rejeki mana boleh ditolak, harus disambut dengan suka cita. Rakana sendiri semakin tidak sabar untuk menggendong anaknya nanti. Tangannya terasa gatal ingin cepat-cepat menggendong anak lagi. Walau beberapa kali menggendong Kala tentu rasanya berbeda dengan menggendong anak sendiri.

"Mama, ayo bangun" bisik Rakana, sesekali sembari mengecupi kening istrinya.

"Diem Mas! Capek tau" jawab Alina

"Tolong elusin pinggang Alin, Mas" pinta Alina dengan sigap Rakana mengelus pinggang istrinya itu.

"Kemarin emang ngapain aja? Jangan terlalu capek sayang"

"Ya aktifitas seperti biasa Mas, cuma tubuh aku sedang menyesuaikan adanya baby. Maklum kalau pegal-pegal terus merasa capek"

"Namanya juga hamil muda, bukannya Mas Raka dulu udah pernah mengalami waktu dengan Mbak Natasya?"

Seharusnya Rakana memang tidak asing dengan keluhan seperti ini. Natasya juga pernah mengalami hal yang dirasakan Alina tapi tidak pernah Rakana melakukan seperti itu. Wanita itu memang memilih merasakan sakitnya sendiri tanpa berbagi dengan Rakana, faktor marah yang menyebabkan Natasya seperti itu. Marah tidak terima adanya bayi di rahimnya serta penolakan Rakana tentang usulan untuk menggugurkan janin.

"Tidak, dia tidak pernah seperti itu. Untuk Mas sentuh saja hanya karena keadaan tertentu. Natasya marah karena Mas melarang dia menggugurkan kandungannya" ucap Rakana, jujur Alina kaget dengan pernyataan suaminya sendiri.

"Ya bagaimana tidak marah. Tapi ya sudahlah semua sudah berlalu Mas. Lagi pula Mbak Natasya sudah damai di tempat terbaiknya. Jangan lagi mengomongkan orang yang sudah tidak ada, kirim doa aja Mas biar jalannya terang"

"Iya, dia sudah tenang"

"Mas tadi udah minta ijin ke Miss Vany. Enggak tega Mas lihat Rila berangkat ke sekolah dengan keadaan seperti itu"

"Alin juga enggak tega Mas! Biar dia istirahat, nanti biar Alin cek lagi luka-lukanya" ucap Alina

"Ya udah, Mas mau olahraga dulu. Mama jangan kelamaan rebahannya inget anak-anak dan Mas yang harus diberi makan" ucap Rakana

Rakana meninggalkan Alina yang masih mau rebahan di kasur empuknya. Dia ingin berlari pagi, mumpung cuacanya mendukung. Rakana termasuk jarang untuk berolahraga, kesibukan di rumah sakit lah penyebabnya. Apalagi setelah menikah, tubuh Rakana malah menjadi semakin berisi. Berarti tandanya dia memang diurusi istri dengan baik.

"Wah Pak Rakana, udah berapa putaran?" tanya tetangga Rakana.

"2x ini keliling komplek, Pak Samsul sendiri?" tanya Rakana

"Saya baru mulai, cuma jalan kaki aja. Udah enggak kuat lari" ucap Samsul

"Bener gitu, biar istri betah di rumah Pak Raka" sambung Samsul

"Hehe iya Pak, kalau begitu mari Pak Samsul" pamit Rakana

Setelah lari Rakana melanjutkan olahraganya di rumah. Olahraga simple di halaman rumah seperti pull up, sit up, push up dan semacamnya. Biar absnya tidak hilang ditelan oleh lemak-lemak di perutnya. Mempertahankannya adalah bagian yang paling susah, bagaimana tidak dia disuguhi berbagai macam makanan yang enak-enak setiap harinya.

Breath (Sequel Of Alina Journey) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang